[45]

91.3K 11.1K 363
                                    

Happy reading!

Catrionna menghela nafas jengah untuk kesekian kalinya. Matanya melirik malas ke arah jendela kamar. Sinar matahari telah menyingsing begitu tinggi, pertanda hari telah siang. Namun dirinya masih berbaring miring di atas ranjang dengan perut dilingkari lengan kekar, serta kedua kaki yang dililit oleh kaki seseorang di belakangnya.

Karena sudah tidak tahan, kedua tangannya mulai memberontak untuk menyingkirkan tangan yang berada di perutnya. Usahanya sia-sia, pemilik lengan kekar itu tidak kunjung melepaskannya, malah semakin mempererat dekapan tangannya.

"Ken," panggil Catrionna dengan sabar.

Kenard menggumam pelan. Wajah laki-laki itu masih betah bersembunyi di tengkuk istrinya.

"Tolong lepaskan aku," pinta Catrionna.

"Tidak akan."

Catrionna menolehkan kepalanya ke belakang, "Aku tidak akan menemuinya jika kau tidak mengizinkan aku pergi."

"Berhenti berbicara tentangnya. Aku tidak suka, Cat."

"Kau pikir aku menyukainya?" dengus Catrionna kesal. Wanita itu akhirnya menyerah dan beralih mengelus lengan kekar Kenard yang berada di perutnya.

"Kau menyukaiku," sahut Kenard sambil membalikan tubuh Catrionna agar menghadapnya.

Decakkan Catrionna terdengar nyaring. Kepalanya tergeleng heran karena melihat wajah Kenard yang masih saja datar meski baru saja berbicara hal manis, "Aku pasti sudah gila karena menyukaimu," cetusnya.

Kenard terkekeh serak, "Tergila-gila denganku, Nyonya Gilson?"

Catrionna mendelik tajam tetapi bibirnya tidak bisa menahan senyuman. Tangan kirinya mengepal lalu memukuli dada bidang suaminya sedikit brutal, "Ken!" pekiknya malu-malu. Wanita itu segera saja menyembunyikan wajahnya di dada bidang suaminya yang baru saja ia pukuli. Sudahlah, Catrionna tidak akan membantahnya. Pertahanannya lemah jika Kenard sudah bersikap seperti itu.

"Bisakah kita seperti ini sepanjang hari?" tanya Kenard tiba-tiba.

"Hah?" Catrionna kontan tercengang.Wanita itu memundurkan kepalanya untuk melihat wajah Kenard seksama, "Kau ini kenapa?" tanyanya sedikit was-was saat mendapati sifat datar suaminya pelan-pelan semakin terkikis.

"Aku tidak ingin kau menyukai laki-laki lain, Cat," bisik Kenard. Sorot matanya menampakkan kesenduan. Meski tidak pandai mengekspresikan perasaannya, Kenard menyadari bahwa keberadaan Catrionna begitu berarti di hidupnya. Tidak apa-apa sedikit berisik, telinganya sudah terbiasa. Yang terpenting Catrionna selalu ada di sini, di sampingnya.

Catrionna tersenyum samar. Jemari tangannya terulur, mengusap rahang Kenard dengan lembut, "Kenapa kau berbicara seperti itu?"

"Laki-laki itu terus menyebutkan namamu meski sudah aku pukuli." Bola mata Kenard terlihat memerah karena menahan tangis, "Jantungku berdetak terlalu cepat saat mulutnya menyebutkan namamu. Aku tidak suka, hatiku sakit, Cat," lirih Kenard.

Catrionna menarik kepala Kenard pelan, mendekapnya dengan lembut, "Sttt.. aku hanya menyukaimu, Ken. Kau benar, aku tergila-gila padamu. Kau tidak perlu mengkhawatikan apapun tentang perasaanku."

"D-dia.. d-ia me-manggil namamu," lirih Kenard dengan nafas tercekat.

Sebenarnya Catrionna ingin sekali tertawa saat menyadari Kenard yang tengah menangis untuk kali pertama sejak ia menjadi istrinya. Tetapi ketika merasakan pelukannya yang semakin erat, ia menyadari bahwa ketakutan Kenard memang serius. "Dia hanya tahu namaku, Ken," ujar Catrionna berusaha menenangkan. Tangannya bahkan sudah sibuk menepuk punggung Kenard pelan.

Ken & Cat (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang