[6]

207K 22.7K 281
                                    

Happy reading!

Kenard dan Catrionna turun dari kereta kuda setelah sampai di kediaman keluarga Gilson sekitar jam satu siang.

Para pelayan yang telah siaga di depan pintu untuk menyambut kedatangan tuannya itu, secara serempak menundukkan kepala dengan tangan kanan diletakkan di depan pundak bagian kiri.

Mereka memasuki kediaman keluarga Gilson setelah pelayan membukakan pintu utama. Saat itu juga, Kenard menoleh ke arah belakang di mana Catrionna berada. "Ikuti aku."

Mereka melanjutkan langkah dengan Catrionna masih berada di belakang Kenard. Mereka berhenti di depan sebuah pintu kamar dengan corak burung elang raksasa berwarna coklat keemasan.

"Ini kamar kita."

Catrionna berdehem canggung. "Kita? Hmm.. Oke." Ia sebisa mungkin menyembunyikan senyum senangnya dengan memalingkan wajah ke arah lain.

Kenard membuka pintu kamar itu. Interior yang disuguhkan sangatlah megah. Sekali lihat saja, barang-barang yang terdapat di dalam kamar ini sudah jelas memiliki kualitas yang tinggi.

Mata Catrionna masih betah menyusuri isi detail kamar sampai matanya menyorot ke sebuah ranjang berukuran besar.

"Kau baik-baik saja?" celetuk Kenard tiba-tiba. "Wajahmu merah sekali."

Catrionna terkesiap. Kedua tangannya dengan cepat menangkup sisi-sisi wajahnya. "Eh.. Ya! aku baik."

"Aku akan ke ruang kerja." Kenard berjalan ke arah pintu untuk segera keluar. Setelah tangannya meraih ganggang pintu, Kenard kembali bersuara. "Kau bisa istirahat dulu." ucapnya, lalu menutup pintu dengan rapat.

"Pernikahan jenis apa ini?" tanya Catrionna mencibir. "Sangat jauh dari ekspektasiku."

Catrionna berjalan ke arah lemari, mengambil beberapa lembar pakaian sepasang, lalu membawanya ke kamar mandi.

Setelah urusan pakaiannya selesai, Catrionna merangkak ke arah ranjang dan berbaring dengan posisi terlentang di tengah-tengah.

"Aku seorang wanita yang sudah menikah, tetapi kenapa aku merasa sangat kesepian." gerutu Catrionna.

Catrionna mulai mengatur posisi dan menyelimuti dirinya sebatas dada. Tangannya menepuk-nepuk ranjang seperti mencari-cari sesuatu, tetapi belum juga mendapatkannya. Kini giliran matanya menyipit, memindai barang-barang seisi kamar.

"Owh.. Aku butuh guling."

Catrionna merubah posisinya menjadi tengkurap. "Kenard sialan! Dasar suami kaku!"

Berbeda dengan Catrionna yang sedang menahan kesal dengan Kenard karena meninggalkannya seorang sendiri, Kenard justru dengan tenang membaca dan meneliti berkas-berkas terkait beberapa perbatasan wilayah kerajaan yang akhir-akhir ini sedang menunjukkan gejala kerusuhan, atau yang lebih parah lagi pemberontakan.

Sebagai jenderal militer, Kenard sebisa mungkin meminimalisir hal buruk itu terjadi, demi kelangsungan keamanan kehidupan yang ada di dalam kerajaan.

Mengenai Catrionna yang ia tinggalkan sendiri di kamar mereka, alih-alih mengajaknya ke ruang kerja untuk menemani atau hanya sekedar membunuh rasa bosan, sungguh tidaklah mungkin. Karena apa yang ada di dalam ruang kerjanya sangatlah bersifat rahasia. Begitupun dengan ayahnya dulu saat masih hidup, ia bahkan tidak diperbolehkan hanya sekedar mendekati pintunya.

Hanya orang tertentu yang ia perbolehkan masuk, seperti Leonard, sang tangan kanannya.

"Ada apa Leo?" tanya Kenard ketika menyadari ia tengah diperhatikan.

"Ada undangan dari istana Tuan. Ini tentang penobatan Pangeran Alberto yang akan naik menjadi putra mahkota." terang Leo menjelaskan.

Kenard mendongakkan kepalanya. Terlihat sekali sedang berpikir karena keningnya berkerut. "Kau tidak salah berucap? Pangeran Alberto atau Pangeran Albern?"

Leo mengulurkan sebuah undangan berupa gulungan dengan stempel resmi kerajaan. "Benar Pangeran Alberto Tuan."

"Baiklah." ujar Kenard setelah membaca undangan tersebut. "Kalau begitu, besok kau datang denganku."

Leo menelengkan kepalanya. "Bukankah Tuan seharusnya datang dengan Putri Catrionna Arches?"

Seketika Kenard mendengus geli. "Aku kadang lupa kalau sudah menikah."

Tbc.

Ken & Cat (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang