[48]

90.3K 10.8K 659
                                    

Mari berbahagia dulu di part ini hohoho

Happy reading!

Kenard mengulurkan tangannya, kembali merapikan selimut yang melingkupi Catrionna meski sudah berulang kali ia lakukan. Wajahnya berekspresi datar, tetapi binar di matanya tidak bisa berbohong. Ada sirat takjub sekaligus ketidakpercayaan di sana.

Catrionna mendesah jengah. Sudah hampir seharian ia tidak boleh beranjak dari atas ranjang. Tubuhnya bahkan sudah terasa pegal-pegal.

"Aku hanya ingin duduk!" dengus Catrionna saat Kenard menahan bahunya agar terus berbaring. Sudah seminggu berlalu sejak tragedi yang menimpanya, tetapi ia selalu berada di atas tempat tidur, kecuali untuk urusan mendesak seperti ke kamar mandi. Tentu saja dengan Kenard yang tetap mengawasi. Laki-laki itu tiba-tiba berubah menjadi sangat protektif kepadanya.

"Kau masih harus istirahat, Cat. Luka di leher----"

Decakkan Catrionna terdengar nyaring, "Aku sudah terlalu banyak istirahat, Ken. Kau mengerti?"

Kenard tidak menjawab, tetapi tangannya dengan cekatan membantu Catrionna untuk duduk menyender di kepala ranjang. Dengan diam, karena jika ia salah bicara sedikit, istrinya itu akan langsung mengomel padanya. Kenard bingung, mengapa akhir-akhir ini Catrionna berubah semakin galak?

Setelah menarik selimut untuk menutupi kaki Catrionna hingga batas pinggangnya, Kenard kembali duduk di depannya dan terdiam. Tetapi matanya menyorot serius ke arah perut sang istri, keningnya bahkan sampai berkerut. Melihat itu, Catrionna lantas mendengus geli.

Wanita itu mengangkat gaun pendeknya hingga memperlihatkan perutnya yang terlihat sedikit menonjol. Hanya sedikit, karena buah hati mereka masih terlalu kecil di dalam sana. "Kau boleh menyentuhnya kapan pun kau ingin, Ken," ujarnya.

Catrionna memahami perasaan Kenard yang masih campur aduk hingga sampai saat ini laki-laki itu hanya menatap lekat dengan binar takjub sekaligus tidak percaya, alih-alih menyentuh perutnya. Catrionna mengulurkan tangannya, mengambil tangan kanan Kenard untuk ia letakkan di atas perutnya. "Tidak apa-apa, dia akan sangat senang karena sentuhan ayahnya." Catrionna mencoba meyakinkan lagi.

Tetapi tangan kekar Kenard masih bergeming, meresapi kulit Catrionna yang terasa dingin di telapak tangannya. Pancaran di matanya semakin jelas. Berkilat bagai anak kecil yang baru saja mendapatkan jajanan manis dari bibinya.

Secara perlahan tangannya bergerak mengusap permukaan perut istrinya dengan lembut, sangat hati-hati. Kenard mengerjap pelan, berusaha menetralisir matanya yang mulai berkabut. Dadanya bergemuruh hebat, terasa sesak, namun menyenangkan. Laki-laki itu larut dalam angannya, meresapi perasaan bahagia di dalam hatinya.

Tak lama setelah itu, wajahnya tiba-tiba mendekat ke arah perut Catrionna. Mengecupnya dengan sangat lembut serta mata terpejam erat. Kenard tidak tahan, matanya mulai memanas. Tidak mampu membendung rasa haru yang kini menguasai dirinya.

Ia akan menjadi seorang ... ayah.

Tidak lama lagi akan ada sesosok makhluk kecil yang akan berbagi darah dengannya, setelah sekian lama.

Catrionna tersenyum lembut. Tangannya mengusap rambut belakang Kenard pelan. Mengirimkan perasaan hangat yang kini membumbung di hatinya.

"Apakah kalian baik-baik saja?" tanya Kenard dengan suara berat sedikit serak, terlihat menahan tangis karena matanya sudah memerah. Laki-laki itu kini sudah menegakkan tubuhnya kembali.

Catrionna mengangguk. Tangannya terangkat mengusap rahang tegas suaminya, "Kita baik-baik saja, Ayah Kenard," kata Catrionna dengan mata sama merahnya. Sama-sama tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan yang kini tengah mengelilingi mereka.

Ken & Cat (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang