[43]

88.9K 10.9K 355
                                    

Lama ya? Hehehe

Tiga part terakhir keknya suram bgt ya, jadi.. Mari bermanis-manis dulu, sebelum...

Happy reading!

Sinar matahari sudah tampak meredup di sore hari. Angin berhembus sedikit kencang, menggoyangkan dedaunan berwarna kekuningan hingga membuatnya terlepas dari tangkai, terombang-ambing di udara dan mendarat sempurna di atas permukaan tanah.

Catrionna menarik nafas dalam-dalam sebelum menghembuskannya secara perlahan. Suasana di sore hari, taman belakang kediaman Gilson dan kesendirian benar-benar membuatnya merasa nyaman sekaligus tenang. Tentu saja sebelum sebuah tangan kekar terulur dari belakang tubuhnya dan memeluknya dengan hangat juga erat. Tanpa menoleh pun, ia sudah tahu siapa pelakunya.

Kenard Gilson, suami kakunya yang sedikit mencair sejak insiden di pesta perburuan kala itu.

Catrionna menggeliat tak nyaman saat wajah Kenard menyeruak di lekuk lehernya. Jambang tipis di wajah lelaki itu menggesek pelan hingga menimbulkan rasa geli saat lelaki itu menggerakan wajahnya, "Ken.."

"Hm?"

"Lepaskan aku," pinta Catrionna sambil berusaha melepaskan lilitan tangan Kenard di perutnya, tetapi nihil. Kekuatannya tidaklah sebanding dengan lelaki itu. Karena Kenard terus bersikeras, Catrionna akhirnya mengalah dan membiarkan Kenard melakukan apapun yang ia inginkan.

"Cat.." gumam Kenard. Suaranya terdengar lebih kecil karena wajahnya masih terbenam di leher Catrionna.

"Ada apa?" tanya Catrionna saat mendengar helaan nafas Kenard yang terdengar berat dan penuh tekanan.

Kenard membalikan tubuh Catrionna agar menghadapnya, "Pelakunya sudah tertangkap."

Catrionna terdiam kaku dengan ekspresi wajah memucat. Pelaku yang mengincar nyawanya.. sudah tertangkap. Itu artinya.. apakah sekarang ia bisa bebas keluar dari rumah? Berjalan-jalan juga berbelanja bahan-bahan untuk membuat kue lagi? Memikirkan itu saja rona wajah Catrionna sudah terlihat membaik. Ekspresi kesenangan di wajahnya benar-benar tidak bisa disembunyikan.

"Benarkah!?" jeritnya antusias. "Aku sudah boleh keluar rumah, kan?" tanyanya penuh harap. Karena terlalu senang, kedua kakinya bahkan beberapa kali berjinjit secara tidak sadar. Sejak peristiwa itu Kenard tidak memperbolehkannya keluar dari rumah, bahkan menghadiri acara jamuan teh dari Putri Celine sekalipun.

Tetapi gelengan kepala dari Kenard kembali memupuskan harapannya. "Kenapa?" tanyanya dengan lesu. Bibir bawahnya sudah maju beberapa senti hingga membuat Kenard terkekeh kecil.

"Kau boleh keluar," kata Kenard dengan pelan selagi mengamati perubahan wajah Catrionna yang kembali menatapnya dengan mata berbinar cerah, "tetapi nanti. Setelah dia mendapatkan ketetapan hukuman atas perbuatannya," lanjutnya lagi.

"Malangnya nasibku.." cicit Catrionna dramatis. Ia bukannya tidak tahu bahwa tujuan Kenard mengurungnya di rumah untuk sementara waktu adalah untuk kebaikannya. Ia tahu itu dan menurut tanpa protes, tetapi ini sudah terlalu lama.

Melihat raut putus asa istrinya membuat Kenard tidak tega.Tangannya terulur dan mengusap pucuk kepala Catrionna yang tengah menunduk dengan lembut, "Keluar bersamaku?" tawarnya ragu-ragu. Kenard masih merasa was-was ketika membawa Catrionna keluar rumah. Ia takut kejadian itu akan terulang lagi. Meski pelakunya sudah tertangkap, bukan tidak mungkin ia memiliki komplotan di luar sana. Interogasi yang berjalan alot karena pelaku belum juga mau membuka mulutnya membuatnya semakin yakin akan hal itu. Pelaku itu pasti memiliki seseorang di belakangnya, tidak mungkin ia berbuat senekat itu jika sendirian.

Ken & Cat (END)Where stories live. Discover now