Menunggu, sudah Sherlyta lakukan selama sepuluh tahun ini. Tak ada lelah meski kabar berita sekalipun tidak pernah mampir ke telinganya. Bosan kerap terjadi tapi keyakinan dia kembali membangkitkan semangatnya lagi. Hingga dimana hari itu tiba, dia kembali, namun sayangnya bersama kenyataan pahit yang terpaksa harus Sherlyta terima dimana sang cinta pertama datang bukan untuk memenuhi janji, melainkan memberi kabar bahagia yang terasa menyakitkan untuknya. Kehancuran itu Sherlyta rasakan dengan dua kabar menyakitkan yang mau tak mau harus dirinya terima. Menyiksa hati dan perasaan yang pada akhirnya keadaan memaksanya untuk egois, menyakiti dan mengecewakan semua orang demi mewujudkan kebahagiaan dirinya sendiri yang telah lama di dambakan. Meski sementara, setidaknya Sherlyta tidak merasa sia-sia walau harus rela di benci sedemikian rupa. Selalu ada keegoisan di setiap keinginan dan selalu ada alasan di setiap tindakan. Dan Sherlyta berharap ketika tiba saatnya nanti semua akan paham mengapa dirinya memilih jalan yang menghancurkan banyak orang.