Chapter 32

629 45 2
                                    

Happy Reading!!!

***

Hari ini Samuel kembali memutuskan untuk pulang ke rumah Sherlyta. Ini sudah hari kedua ia pulang ke rumah kekasihnya, dan ini akan menjadi malam ketiganya tidur bersebelahan dengan Sherlyta.

Tepat pukul eman sore dirinya sampai, mencari keberadaan Sherlyta yang belum juga terlihat, di meja makan ia sudah melihat berbagai masakan yang masih mengepul tersusun rapi dan juga cukup banyak. Senyum laki-laki itu terbit saat di meja itu tersaji juga cumi telur asin, salah satu makanan kesukaannya yang lain. Ia berpikir mungkin kekasihnya itu tahu dirinya akan kembali pulang ke rumah ini.

Langkah besar Samuel menaiki tangga menuju kamar yang semalam ia tempati. Suara gemericik air terdengar dari kamar mandi, membuatnya yakin bahwa Sherlyta berada di dalam sana. Samuel merebahkan tubuhnya di atas ranjang, membuka dua kancing teratas kemejanya setelah dasi biru tua yang di pakainya ia lempar sembarang ke sisi ranjang. Terbayang kehidupannya nanti setelah ia resmi menikahi Sherlyta. Ah, betapa bahagianya dia meski hanya membayangkannya saja.

“Loh, kamu udah pulang?”

Samuel langsung bangkit dari berbaringnya mengubah posisi menjadi duduk, tersenyum manis ke arah kekasihnya yang baru saja keluar dari kamar mandi, masih mengenakan handuk putih sebatas paha, juga rambut yang di gelung ke atas.

“Sini,” titah Samuel.

“Iya nanti, aku pakai baju dulu," jawab Sherlyta sambil berjalan menuju lemari yang arahnya berlawanan dengan dimana Samuel yang duduk di ranjang.

Laki-laki tampan yang masih mengenakan kemeja putih seperti tadi pagi yang kini sedikit kusut itu mengembungkan pipinya. Lalu bangkit dari duduknya menghampiri Sherlyta yang sudah berada di depan lemari tengah memilih pakaian yang akan perempuan itu kenakan. Samuel menarik lengan kekasihnya itu pelan hingga Sherlyta berbalik, lalu menatap Samuel dengan kening berkerut.

“Kenapa?”

Tanpa menjawab pertanyaan yang diberikan Sherlyta, Samuel langsung mendaratkan bibirnya pada bibir Sherlyta, mengelumnya lembut seperti biasa.

Sherlyta menghela napas pelan dengan apa yang dilakukan kekasihnya, lalu membalas lumatan-lumatan yang di berikan Samuel.

“Buka mulutnya,” pinta Samuel, kemudian melumat kembali bibir tipis itu semakin dalam dan Sherlyta membalas, menyeimbangkan permainan Samuel yang cepat tapi terkesan lembut. Kabut gairah mulai nampak di kedua mata Samuel membuat Sherlyta memilih menarik diri sebelum Samuel semakin tidak terkendali.

“Udah, ya. Kamu mandi dulu lalu turun, kita makan malam sama-sama. Gita juga udah pulang kayaknya," ucap Sherlyta menyeka bibir Samuel yang terdapat sisa salivanya.

“Tapi aku belum puas, Sayang."

Sherlyta tersenyum, mengecup bibir Samuel singkat lalu membalikan tubuhnya membelakangi sang kekasih dan mengambil gaun tidurnya. Samuel menghela napas kecewa, lalu masuk ke dalam kamar mandi setelah sebelumnya ia sempatkan mengecup leher bagian belakang Sherlyta.

“Laki lo balik lagi ke sini?” tanya Gita saat Sherlyta baru saja sampai di ruang tengah, duduk bergabung menonton televisi.

“Iya,” singkat Sherlyta menjawab.

“Lo gak apa-apa kan soal tadi?” cemas Gita. Sherlyta menggeleng kemudian tersenyum.

Gita menatap Sherlyta yang sedari tadi pandangannya lurus ke depan, tatapannya kosong, keningnya juga sedikit ada kerutan. Gita tahu sahabatnya itu tengah menyembunyikan sesuatu yang di sebut beban. Beban yang pasti tidaklah ringan. Gita sebenarnya ingin bertanya, tapi ia tahu sahabatnya itu tidak akan mau berbagi.

SherlytaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora