Chapter 22

689 50 8
                                    

Happy Reading!!

***

Tidak butuh waktu lama bagi Samuel dapat kembali menggunakan kakinya untuk berjalan, keinginannya sembuh dan dengan semangat yang di berikan oleh sang kekasih membuat Samuel rajin berlatih berjalan seorang diri di kamarnya tanpa sepengetahuan siapapun.

Kini laki-laki itu sudah bisa berjalan normal hanya dalam waktu kurang dari dua bulan seperti yang dokter katakan, walau belum bisa berjalan terlalu jauh dan berdiri terlalu lama. Namun Samuel masih berpura-pura kesulitan berjalan saat di hadapan orang tua dan juga tunangannya yang tidak pernah absen datang, bahkan Sherlyta pun belum tahu perihal itu karena Samuel ingin memberikan kejutan pada sang kekasih.

Kini Samuel duduk di sofa ruang tengah, menonton televisi dengan ditemani berbagai camilan yang sebelumnya Arini sediakan. Kedua orang tuanya itu akan pergi menghadiri pernikahan anak dari kerabat sang ayah yang berada di  luar kota. Dan menitipkan anak laki-laki satu-satunya itu pada Cesil, sang calon mantu untuk menjaga Samuel. Awalnya laki-laki itu menolak, namun Arini tidak menerima protesan dari anaknya, membuat Samuel mendengus kesal.

Setengah jam kemudian Cesil sampai di kediaman Samuel dengan membawa rantang yang sudah bisa di tebak berisi makanan. Tidak sedikit pun rasa bahagia di hati Samuel saat sosok cantik yang beberapa tahun menjadi kekasihnya itu datang dengan senyum yang mengembang manis, membuat siapa saja yang melihatnya akan terpesona begitupun dengan Samuel. Tapi itu beberapa dulu, karena kini senyum itu sudah tergantikan oleh senyuman lain yang lebih bisa memikatnya hanya dalam waktu singkat. Berengsek memang, tapi Samuel tidak bisa membohongi hatinya sendiri.

Cesil duduk di samping Samuel, meletakan rantang berwarna merah muda yang dibawanya di atas meja lalu membukanya satu per satu. Samuel tak lepas memperhatikan perempuan cantik berwajah jutek itu, ada sedikit rasa bersalah dalam dirinya yang melintas begitu saja. Membuatnya terus merapalkan kata maaf dalam hati untuk perempuan yang tidak bersalah itu.

Samuel mengakui bahwa ia salah, mengkhianati perempuan sebaik Cesil. Tapi apalah daya perasaan tak mampu ia kendalikan, hatinya menginginkan Sherlyta, meskipun sebelumnya perempuan di depannya lah yang ia inginkan, tapi sekarang berbeda.

“Kamu kenapa ngeliatin aku gitu banget?” Samuel mengalihkan tatapannya kembali ke arah layar televisi tanpa menjawab pertanyaan yang diberikan tunangannya. Cesil menghela napasnya, menatap laki-laki yang menjadi raja di hatinya selama hampir sembilan tahun itu dengan serius.

“Adnan, aku kok ngerasa kamu akhir-akhir ini berubah sama aku. Kamu gak lagi sehangat dulu, dan pancaran mata kamu juga sekarang berubah. Kamu lebih banyak diam saat bersamaku, tidak pernah lagi kamu menghubungiku sesering dulu, tidak pernah lagi kamu memberi perhatian dan mengunjungiku. Dan tidak ada lagi ungkapan sayang dan cinta yang dulu selalu kamu ucapkan," Cesil menghela napasnya perlahan, menatap serius ke arah sang calon suami.

“Aku gak ngerti, Nan, apa yang membuat kamu berubah seperti ini. Aku juga tidak mengerti dimana letak kesalahanku.”

Ucapan yang Cesil utarakan membuat hati kecil Samuel tersentil, rasa bersalah itu kian besar apalagi melihat setetes air mata yang terjatuh dari sudut mata perempuan yang pernah mengisi hatinya beberapa tahun ini. Samuel membawa Cesil ke dalam pelukannya, memeluk tubuh ramping itu dengan erat.

“Maaf, maafkan aku, Sil.”

Cesil mengeratkan pelukan pada tubuh tegap milik tunangannya itu, tangisnya semakin menjadi saat kata maaf yang selalu di ucapkan Samuel tanpa memberi tahu alasan yang mendasari kata maafnya.

Perlahan Cesil melepaskan pelukan di tubuh Samuel, menatap tepat pada bola mata berwarna hitam tajamnya, tatapan laki-laki itu sulit untuk dirinya tebak, membuat Cesil sulit untuk mengetahui apa yang tengah ada dalam pikiran calon suaminya.

SherlytaWhere stories live. Discover now