Chapter 42

1.2K 61 5
                                    

Selamat Membaca!!

***

Sudah lima bulan Samuel mencari dan menunggu sang kekasih. Laki-laki tampan itu semakin kacau, tubuhnya kurus, jambang di wajahnya mulai tumbuh dan tidak terawat.

Kepergian Sherlyta memang berdampak besar bagi Samuel. Selama ini juga hubungan Samuel dan kedua orang tuanya menjadi renggang, terutama Arini, sang ibu. Samuel menganggap bahwa kepergian Sherlyta ada sangkut pautnya dengan sang ibu yang menolak keras hubungannya.

Samuel tidak tahu harus ke mana lagi mencari. Ia tidak ingin menyerah tapi tubuhnya sudah lelah. Gita merasa prihatin melihat keadaan kekasih dari sahabatnya itu, lidahnya sudah gatal ingin mengucapkan dimana Sherlyta berada, tapi hatinya menolak. Ia sudah terlanjur berjanji pada Sherlyta untuk tidak memberi tahu laki-laki dengan sedikit jambang di wajah tampannya yang mulai tumbuh.

Drett ... drret .. dret.

Gita merongoh ponselnya yang berada di dalam tas selempang kecilnya, membaca pesan yang baru saja masuk. Setelah itu, Gita yang baru saja keluar dari butik langsung berlari dan menghentikan taksi yang lewat di depannya.

Cesil yang kebetulan ada di sana menatap bingung sahabatnya itu begitu pula Samuel yang baru saja datang hendak menjemput Gita untuk mengajak perempuan itu kembali mencari Sherlyta.

Cesil dan Samuel saling berpandangan, seolah sama-sama bertanya tentang apa yang terjadi dengan perempuan berambut kecoklatan itu. bersamaan pula Cesil dan Samuel mengedikan bahunya lalu saling membuang muka ke arah berbeda. Entah kenapa masih ada sedikit rasa kesal di hati Samuel jika melihat perempuan yang tak lain mantan tunangannya itu. Rasa kesal yang ia anggap bahwa Cesil berhubungan dengan kepergian Sherlyta.

Sedangkan Cesil sendiri masih merasakan sakit hati, sebab laki-laki yang masih dicintainya hingga saat ini lebih memilih perempuan lain dari pada dirinya.

"Aku gak nyangka, kamu jadi sekacau ini cuma gara-gara di tinggal perempuan brengsek itu," ucap Cesil kembali menatap Samuel dari bawah hingga atas. Kepalanya menggeleng beberapa kali dan tersenyum meremehkan.

"Jaga ucapan kamu, Sil! Lyta bukan perempuan berengsek, dia tunanganku, perempuan yang sangat aku cintai. Kamu gak berhak bicara seperti itu apa lagi di depanku!" geram Samuel.

Cesil kembali merasakan hantaman tak kasat mata di dadanya saat pembelaan itu kembali di layangkan sang mantan tunangan.

Cesil merasa iri karena laki-laki yang dulu pernah mengisi ruang kosong dihatinya kini dengan terang-terang membela perempuan lain di depannya, perempuan yang sudah merusak kebahagianya.

Cesil iri karena Samuel berani berjuang sekeras ini mencari tunangan yang sudah jelas-jelas meninggalkannya. Ia jadi berpikir apakah laki-laki itu juga akan bertindak sama jika dirinya yang menghilang? Apakah dia akan mencarinya sekeras ini? Atau malah sebaliknya? Ini membuat Cesil semakin membenci Sherlyta dan berharap perempuan itu tidak pernah kembali lagi.

Samuel pergi menaiki mobilnya meninggalkan Cesil dengan kekesalan dan kebencian yang bertambah. Samuel melajukan menuju rumah orang tuanya, hari ini ia terlalu lelah dan ingin istirahat, mengistirahatkan tubuh dan juga pikirannya.

Selesai memarkirkan mobil di pelataran rumah, Samuel berjalan lemah, membuka pintu utama bercat coklat tua itu lalu masuk ke dalam rumah, tidak lupa menutup kembali pintu tersebut. Langkahnya terhenti di depan anak tangga saat seseorang menghalangi jalannya.

Wajah Samuel mendongak, menatap seseorang yang berdiri di depannya. Samuel menghela napas lelah lalu mengusap wajahnya kasar. Menatap orang di depannya dengan datar. Tubuhnya bergeser ke arah kiri lalu melanjutkan langkahnya menaiki tangga melewati orang tersebut.

SherlytaWhere stories live. Discover now