Not Presumed

Door UchigaTaehyung05

296K 23.4K 2.2K

Sasuhina (Sasuke dan Hinata) Canon Rate T semi M Satu bulan setelah Hinata kembali dari misi solonya, dia dik... Meer

Prolog
1#
2#
3#
4#
5#
6#
7#
#9
#10
#11
#12
#13
#14
15#
16#
17#
18#
19#
20#
21#
22#
23#
24#

#8

10.7K 967 42
Door UchigaTaehyung05

Seorang kunoichi bersurai indigo menampilkan wajah leganya saat berhasil melewati pintu rumah sakit Konoha. Setelah tiga jam lamanya terjebak di dalam ruangan yang dipenuhi bau obat-obatan itu, akhirnya Hinata bisa bebas juga. Shizune begitu mengkhawatirkan kondisi kehamilan Hinata. Apalagi Hinata mengandung di usia yang begitu muda. Keguguran adalah masalah yang sering didapati jika sang ibu muda tidak mengetahui apapun yang dilarang dan diperbolehkan saat mengandung. Karena itulah Shizune tidak pernah lelah memberikan nasihat berulang kali asalkan Hinata dan calon bayinya baik-baik saja.

Hari ini Hinata tidak akan langsung pulang ke mansion Hyuuga. Ia melangkahkan kakinya ke suatu tempat. Suatu tempat yang menyediakan banyak cemilan yang Hinata sukai. Semenjak mengandung, Hinata jadi sering merasa lapar di malam hari. Karena itu Ia harus memiliki stok makanan di dalam kamarnya sendiri.

Hinata memasuki sebuah supermarket yang baru dibuka sebulan yang lalu. Supermarket ini menyediakan barang yang lengkap. Tak begitu heran jika tempat ini selalu ramai dikunjungi warga Konoha.

Hinata melangkah ke sebuah lorong khusus makanan. Di tangan kanannya terdapat keranjang untuk membawa barang-barang yang akan dibelinya. Hinata mengambil beberapa cemilan yang ingin dimakannya juga beberapa cemilan yang adiknya sukai. Rata-rata makanan yang Hinata ambil berbahan dasar tomat. Memang agak aneh dirinya yang menyukai makanan manis tapi kini beralih jadi menyukai makanan bercita rasa tomat. Mungkin karena efek kehamilannya. Jadi, Hinata memaklumi hal tersebut walaupun tak tahu kenapa harus tomat yang disukainya.

"Eh...Hinata-chan!" Saat lagi asyik memilih cemilan, Hinata dikejutkan oleh suara yang di kenalnya. Hinata pun membalikkan tubuhnya dan mendapati kunoichi merah muda kebanggaan desanya berdiri di sampingnya.

"Konnichiwa Sakura-chan!" Sapa Hinata sembari menampilkan senyuman hangatnya. Sakura pun membalas sapaannya dengan ramah.

Sakura melirik keranjang belanjaan Hinata. Dirinya sedikit terkejut melihat cemilan yang Hinata ambil hampir sama persis seperti cemilan yang Ia ambil. Sakura pun mengerutkan dahi nya bingung.

"Sejak kapan kau menyukai tomat, Hinata-chan?" Tanya Sakura heran. Setahunya teman Hyuuga nya ini sangat menyukai makanan manis, tapi mengapa dia membeli banyak makanan yang juga disukai pria pujaannya?

"Oh i-ini..." Hinata menjadi bingung untuk menjawabnya. Tidak mungkin Ia menjawabnya dengan jujur jika selera makannya berubah semenjak mengandung bayi dari pemuda Uchiha itu.

Hinata tahu betul bagaimana perasaan Sakura terhadap Sasuke. Sakura begitu mencintai pria itu. Jika dia sampai tahu bahwa dirinya tengah mengandung bayi milik Sasuke, Hinata tak dapat membayangkan betapa kecewanya Sakura padanya. Selain wajah kekecewaan Ayahnya, wajah kekecewaan Sakura juga begitu Hinata takuti. Dirinya sama sekali tidak berniat mengkhianati Sakura, semuanya terjadi begitu saja. Tapi bisakah wanita itu memahaminya nanti?

"I-ini untuk A-ayahku." Jawab Hinata gugup. Sebenarnya itu jawaban yang aneh bagi anggota klan Hyuuga. Tapi Sakura bukanlah anggota klan Hyuuga. Jadi, dia pasti tidak tahu jika Ayahnya tidak menyukai makanan berbahan pengawet seperti ini.

"Benarkah? Aku tak tahu jika selera Ayahmu sama persis seperti Sasuke-kun." Seru Sakura riang. Berbeda dengan Hinata yang jantungnya langsung berdetak cepat saat mendengar nama pemuda itu.

"B-benarkah? A-aku juga b-baru t-tahu." Itulah kenyataannya. Hinata memang baru tahu jika Sasuke menyukai tomat. Jadi selama ini dirinya menyukai makanan yang disukai Sasuke. Setelah mengetahui fakta itu, kini Hinata merasa selera makannya tak begitu aneh mengingat bayinya ini memang milik Sasuke.

Entah mengapa perasaan Hinata berubah tidak enak. Ia ingin cepat-cepat pergi dari tempat ini. Namun melihat Sakura yang masih ingin mengobrol dengannya membuat Hinata mengurungkan niatnya.

"Naruto bodoh itu sangat ceroboh. Seandainya saja tidak ada aku disana dipastikan kakinya juga ikut buntung." Omel Sakura yang tiada hentinya membicarakan keteledoran teman setimnya itu.

Mendengar cerita tentang Naruto membuat bibir Hinata melengkung kan senyuman indah. Juga rona merah yang menghiasi pipi putihnya. Apapun keburukan Naruto yang dikatakan Sakura tak membuat perasaan Hinata luntur dengan mudahnya. Ia begitu mencintai pemuda Uzumaki itu. Tapi mengingat dirinya sekarang, apakah Ia masih pantas untuk mencintai Naruto?

Hinata menundukkan kepalanya murung. Ia merasa tak tahu malu masih mengharapkan cinta Naruto disaat dirinya tengah mengandung anak dari pria lain. Naruto pantas untuk mendapatkan wanita baik-baik. Bukan wanita yang telah ternodai seperti dirinya ini. Apalagi yang telah menodainya adalah Uchiha Sasuke, sahabat Naruto sendiri.

Melihat wajah murung Hinata, membuat Sakura salah paham. Dia mengartikan jika Hinata merasa sedih karena Naruto tak juga memahami perasaannya. Sakura pun merasa geram kepada sahabat Uzumaki nya itu. Ia tahu betul bagaimana perasaan Hinata yang mencintai Naruto seorang diri. Tapi tak menyangka jika Naruto begitu bodoh sampai tak menyadari ada perempuan sebaik Hinata yang begitu tulus mencintainya sampai saat ini. Hinata memang bukanlah tipe perempuan agresif seperti dirinya dan Ino. Dia tidak menunjukkan rasa cintanya dengan terang-terangan. Namun melihat bagaimana perlakuan Hinata pada Naruto yang berbeda dengan orang lain, telah membuktikan dengan jelas betapa pedulinya Hinata pada pria bodoh itu.

"Hinata." Sakura memegang kedua bahu Hinata dan menatapnya dengan tatapan tegas.

"Kumohon lebih percaya dirilah!" Ucap Sakura yang membuat Hinata menyadari sesuatu. Selama ini dirinya memang kurang percaya diri dalam menyukai Naruto. Apalagi semenjak Naruto dikenal sebagai pahlawan Konoha. Dirinya semakin merasa rendah diri. Ditambah sekarang Ia tengah mengandung anak pria lain. Tentu kepercayaan dirinya semakin menyurut.

Hinata tahu niat Sakura baik. Tapi dirinya tak bisa berjuang lagi untuk meraih cintanya. Kini ada satu nyawa yang harus lebih diperhatikannya. Hinata mengangkat kepalanya dan menatap Sakura dengan tatapan haru. Ia begitu senang bisa memiliki teman sebaik Sakura.

"T-terima kasih, Sakura-chan. K-kau begitu baik padaku." Hinata tak dapat menampung air mata harunya. Satu tetes air matanya pun jatuh melewati pipi mulusnya. Melihat itupun membuat Sakura terkekeh geli. Sahabat Hyuuga nya ini sangat rapuh. Lebih rapuh dari sayap kupu-kupu yang akan robek jika tak hati-hati menyentuhnya.

"Sudahlah, jangan menangis! Kita ini sahabat jadi wajar jika saling mendukung satu sama lain." Hinata menghapus air matanya. Kata-kata Sakura sungguh membuatnya tenang. Ternyata Sakura juga menganggap nya sebagai sahabat. Hinata sangat senang mengetahui hal itu. Walaupun nanti Sakura akan membencinya dan tidak akan menganggap nya sahabat lagi, bagi Hinata itu bukanlah masalah. Hinata akan tetap menganggap Sakura sebagai sahabat baiknya sampai kapan pun.

"Oh ya, Hinata-chan. Bolehkah aku meminta bantuanmu?" Pinta Sakura dengan mata memelas. Ia baru teringat sesuatu yang hampir dilupakannya. Rencananya selesai berbelanja, Sakura akan ke mansion Hyuuga untuk meminta bantuan Hinata. Namun siapa sangka mereka malah bertemu di tempat ini.

"Boleh." Tanpa ragu Hinata pun mengiyakan permintaan Sakura.

"Kau sangat baik Hinata-chan!" Seru Sakura senang. Hinata pun turut senang karena bisa membantu sahabatnya itu.

***

Hinata mengusap keringat yang mengalir di pelipisnya dengan punggung tangannya. Akhirnya tugasnya selesai juga. Hinata menatap dengan senang hasil masakannya yang telah tertata rapi di meja makan. Ternyata bantuan yang diminta Sakura adalah sesuatu yang berkaitan dengan keahliannya. Tidak begitu sulit bagi Hinata untuk mengiyakan kembali permintaan Sakura itu.

Hinata sedikit merasa penasaran orang penting seperti apa yang akan mereka sambut hari ini. Pasalnya Sakura memintanya memasak banyak makanan. Juga ruangan ini telah tertata dengan indah seperti akan diadakan pesta.

Hinata mengelilingi tempat asing ini. Ia pikir tadi Sakura akan mengajaknya ke rumahnya. Tapi malah ke sebuah apartemen yang belum pernah Hinata kunjungi ini.

Tampilan apartemen ini tampak sederhana. Dengan penataan ruangan yang tersusun rapi. Saat pertama tiba disini, tempat ini begitu kotor dan dipenuhi dengan debu. Seperti tak pernah ditinggali sebelumnya.

Melihat Sakura yang membersihkan tempat ini seorang diri membuat Hinata tak bisa tinggal diam. Ia ikut membantu Sakura membersihkan beberapa ruangan. Walaupun sebenarnya dirinya tak diperbolehkan untuk terlalu banyak bekerja, tapi Hinata merasa tidak tega membiarkan Sakura melakukannya sendirian.

Setelah semua ruangan telah bersih, barulah mereka mulai memasak. Sakura tidak begitu ahli dalam bidang ini tapi dia sangat ingin membantu Hinata. Hinata senang akan niat baik Sakura dan Ia tidak ingin membuat Sakura merasa kecewa karena tidak dapat melakukan apapun. Sebelumnya mereka berdua pernah memasak bersama dan hal itu membuat Hinata bersumpah tak akan membiarkan Sakura menyentuh peralatan dapur dan bumbu-bumbu masakan lagi. Alhasil Hinata tadi hanya menyuruh Sakura melakukan hal-hal yang mudah. Seperti mengupas bawang, wortel, dan kentang walaupun hasilnya tetap tak sesuai dengan yang Hinata inginkan. Tapi melihat Sakura senang dengan hasil usahanya membuat Hinata juga turut senang.

KLEK!

Mendengar suara pintu yang dibuka itu membuat pikiran Hinata teralihkan. Ia berhenti menelusuri tempat ini lagi. Sakura telah kembali itu artinya dirinya boleh berpamitan untuk pulang.

Sakura memang menyuruhnya untuk ikut menyambut tamu pentingnya. Tapi sepertinya Hinata harus pulang dulu untuk mengganti pakaiannya yang sedikit dibanjiri keringat. Sangat tidak sopan berpakaian kotor seperti ini jika ingin menyambut seorang tamu penting.

Hinata berjalan pelan ke arah ruangan depan. Langkahnya teratur bersamaan dengan orang yang memasuki tempat ini tadi. Hinata melangkah semakin ke arah depan sedangkan orang itu melangkah semakin memasuki tempat ini. Yang satu dengan alunan langkah penuh kehati-hatian nya dan yang satu lagi dengan langkah tegasnya.

"Sakura-chan, semua masakannya sudah siap. Aku pamit pulang du--" lidah Hinata tercekat. Mata bulannya membola sempurna. Serta seluruh tubuhnya dialiri hawa ketakutan yang membuatnya bergetar hebat tanpa bisa dikendalikan. 

Mata berbeda warna itu pun saling bertemu. Oniks dan lavender. Yang satu memancarkan aura ketakutan dan yang satu lagi aura penuh kebekuan. Saat bibir tipis itu menampilkan seringaian seramnya yang menimbulkan rasa trauma dan luka lama yang berusaha Hinata tutup, disaat itulah Hinata tak dapat mempertahankan kesadarannya. Tubuhnya limbung ke samping dan hendak menghantam lantai marmer ruangan ini. Namun dengan cepat orang berjubah krem itu berada dibelakangnya. Tangannya yang tinggal satu menahan bahu mungil itu. Tubuh mungil itupun bersandar di dada bidangnya.

Aroma lavender menguar dari tubuh wanita itu. Ini adalah aroma yang begitu ingin dihirupnya setibanya di desanya ini dan siapa sangka keinginannya itu langsung terpenuhi tanpa harus bersusah payah mencarinya dahulu. Bibir tipisnya masih melengkungkan seringaian di wajah tampannya. Mata berbeda warna itu menatap wajah yang sudah lama ingin dilihatnya. Mungkin dia tidak menyadari perasaannya tapi tatapan matanya seolah menggambarkan segala isi hatinya.

To be continued





Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

57.6K 6.4K 54
Chris adalah seorang duda yang memiliki empat anak,anak nakal yang selalu sulit diurus semenjak cerai dengan istri. suatu saat ia bertemu dengan hyun...
161K 27.3K 30
Semua orang pasti memiliki idola di hidup mereka, sama halnya dengan Lalisa yang begitu mengidolakan penyanyi asal Korea Selatan bernama Jennie. Sepe...
368K 30K 62
"ketika perjalanan berlayar mencari perhentian yang tepat telah menemukan dermaga tempatnya berlabuh💫"
146K 15.2K 61
FREEN G!P/FUTA • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...