Take to the SKY [ON GOING]

By mutheahra

10.5K 5.3K 7.1K

[REVISI SETELAH TAMAT] •Romance spiritual• Masa SMA itu ga harus punya cerita tentang cinta. Tapi, kalau keb... More

sambutan🎙️
•Aneh•
•MISI•
•Terjerat•
•Terungkap•
•bonus• #photoshotsofsabna
•jadi wasit•
•dandelion•
•bonus• #edisiremembering
•sebuah makna•
•misteri Tiara•
Heart
luka resa
luka resa (2)
terima?
pemaksaan cinta
argumen
don't be crazy
shafwan
•tentang rasa•
tante linda
tuduhan
soal hati bro!
rahasia cinta
•Balance•
•Regrets Always Comes Late•
•ada apa?•
•Ayah kenapa si?•
•misi kedua•
•menguak informasi•
•talk
•telponan• yuhu!
Queen of JOMBLO
35. backstreet
36. UKS
37. About Tiara
38. kecewa!
39. Nyesek?
40. Jujur!
42. pertemuan.
43. H-1
44. keberangkatan
45. welcome back friend!

after rain

44 8 7
By mutheahra

Hujan deras mengguyur SMA Laskar Pelangi setelah pengakuan Athaya siang tadi di lapangan. Bahkan hingga sore ini hujan terbilang sangat deras membuat para siswa-siswi terhambat untuk pulang cepat.

Memang ada beberapa yang di jemput dengan mobil, atau bahkan nekad hujan-hujanan, tapi sisanya setia menunggu sampai hujan itu reda.

Oh tunggu, bukankah itu momen yang tepat untuk bernostalgia? Karena hampir semua yang berdiri di depan koridor menatap mellow setiap tetes hujan yang jatuh bersama kekasih tercinta masing-masing.

Ada juga yang masih stay di dalam kelas bercengkrama dengan teman sebaya. Ada juga yang pergi ke perpustakaan dan yang gak lebih jarang lagi pergi ke kantin, terlebih ketika hujan perut memang lebih mudah lapar, bukan?

Tadi pagi memang sudah ada tanda akan turun hujan, sayang nya banyak yang mengabaikan pepatah yang bilang 'sedia payung sebelum hujan.

Resa, ya gadis itu berjalan mengendap-endap, ia ingin menghampiri Tiara yang sedang duduk sendiri.

"Eh, bengong aja!" seru Resa seraya menepuk pelan pundak Tiara. Hal itu membuyarkan lamunan Tiara yang tengah duduk di kursi depan kelas.

Hmm Resa, gumam Tiara saat tau orang itu.

"Kok Sendiri? Sabna mana?" tanya Resa lalu mendaratkan bokong nya di samping Tiara.

"Sabna ke perpustakaan, dia lagi belajar bareng sama Raja."

"Oh, tumben gak ngikut, kenapa?"

"Tadinya mau, tapi aku pengen liatin hujan," jawab Tiara dengan mata teduhnya.

"Bosen kan liatin buku?  Kirain lo bisa liat hujan lewat buku." Resa memandang Tiara, begitu pula sebaliknya.

"Gak bisa diliat, tapi bisa ngerasain kok."

"Eh ngomongin apaan ni?" Sabna tiba-tiba datang, sembari membawa beberapa lembar kertas yang belum ia masukan ke dalam tasnya. 

"Udah belajarnya?" tanya Tiara lembut.

"Udah."

"Sab, Lo baik-baik aja, kan?" tanya Resa.

"Baik, kok baik. Kenapa si emang? kok tumben nanya kabar gue? Hmmm?" Kemudian Sabna duduk di samping Tiara, berbalik dengan Resa yang spontan berdiri dengan emosi.

Sambil menggenggam tangan kanannya, Resa berkata bahwa Athaya sungguh jahat pada Sabna. Tapi hal itu justru membuat Sabna tersenyum.

"Lo mau gue apain dia? Bilang aja, biar gue yang bales!" tukas Resa layaknya jagoan sembari menyingsingkan lengan bajunya dan merekatkan kuncir rambutnya.

"Gak usahlah, lupain aja," jawab Sabna lebih tenang.

"Oh gak bisa. Nyawa ya bales nyawa!" kekeh Resa.

"Kemaren lo nonton film apaansi? Sampai segitunya." Sabna lalu mengangkat kedua alisnya.

"Orang gue gak nonton film kemaren!"

"Yaudah, duduk sini. Jangan marah-marah ah, malu noh di liatin orang!" tegur Sabna.

Resa tetap berdiri sementara matanya berusaha mencari seseorang.

"Nyariin siapa Resa?" tanya Tiara.

"Athaya lah," ketus Resa.

"Lo mau ngapain?" gantian Sabna yang bertanya.

"Lo tau kan. Gak ada siapapun dan gak akan gue biarin siapapun, nyakitin hati kalian! Kalau sampai ada yang nyakitin akan berurusan dengan gue!" tegas Resa dengan menekan setiap kata yang terucap juga merasa sangat yakin bahwa dirinya mampu melindungi dua sahabatnya tersebut.

Spontan Tiara langsung berdiri, menyamai tinggi badan Resa.

"Resa jangan gegabah, kan tadi Resa udah cerita, Athaya udah minta maaf di depan umum, ya kan? Jarang loh ada cowok yang mau mengakui kesalahannya. Berarti dia masih cowok baik-baik." Tiara memberikan saran dengan tenang.

"Dia yang terima tantangan gue, kalau sampai nyakitin hati Sabna gue bebas ambil tindakan. Sekarang salah siapa? Gue kalau udah di janjiin harus di tepatin," protes Resa.

"Lo peduli sama gue nih ceritanya, Res?" tanya Sabna setelah melihat ekspresi wajah Resa.

"Ya iyalah. Lo kan temen gue, temen mana yang gak peduli kalau temennya di sakitin si!"

"Ya, tapi gue baik-baik aja, kok."

"Jangan boong, gue tau rasanya patah hati!"

Tetap gadis keras kepala bernama Resa kalau punya opsi A, ya harus A. Sudah di setting di otaknya begitu.

Hingga matanya elangnya tertuju pada satu arah di koridor dan dia–Athaya.

Resa tergesa-gesa menuju pada sosok yang ia lihat, namun pergerakan itu tertahan karena Tiara.

"Main hujan aja, yuk!" ajak Tiara sambil menarik tangan Resa.

Sejak kecil Resa dan Tiara itu punya hobby main hujan, dan setiap hujan tiba pasti mereka bermain bersama, memori itu terekam di benak mereka masing-masing, sehingga Resa yang teringat kembali akan masa indah itu setuju untuk bermain hujan.

Sikap Resa memang keras kepala. Tapi satu yang ia tak sanggup menolaknya. Yaitu, jika yang mengajak adalah Tiara.

"Sabna ikutan, yu?" ajak Tiara bersemangat. Sabna jelas menggeleng, ia bukan penikmat hujan seperti mereka.

"Gak. entar basah, gue juga gak ada sepatu ganti buat besok," ujar Sabna dengan alasannya.

"Aelah tinggal lepas, kalau enggak entar pinjem aja ke gue," saran Resa.

Tanpa persetujuan dari Sabna, Resa menarik tangan Sabna hingga membuat gadis itu berdiri.

"Udah ayok, kapan lagi coba?"

"Eeehh." spontan Sabna langsung melepaskan genggaman Resa.

"Iya bentar dong, itu di rapiin dulu!" Sabna lalu kembali ke kursi dan memasukkan kertas-kertasnya kedalam tas.

Resa menarik kedua tangan kawannya hingga sampai di lapangan, semua pasang mata jadi teralihkan kepada mereka bertiga sekarang.

Hujan yang saat ini mereka rasakan bukan lagi terasa seperti rintikan air yang menetes pelan, tapi air nya menyerbu tanah dengan cepat. Ketiganya sengaja menatap langit walaupun tau kedua mata mereka tak mampu berlawanan dengan derai hujan tersebut.

(Bebas mau dengerin lagu yang mello, sok aja... Author gak paham lagu:v ngehe:v)

Kurang dari semenit Sabna sudah merasa tidak nyaman dengan bajunya yang basah.

"Udah ya, gue malu diliatin. Gue duluan," sela Sabna diantara hujan.

"HAH APAAN!?" tanya Resa yang tak mendengar dengan kepala yang masih saja menengadah menatap langit.

Kemudian Sabna menghampiri Resa, "GUE DULUAN!!" teriak Sabna tepat di samping telinga Resa.

"BELUM JUGA SEMENIT," balas Resa lalu menatap Sabna.

Belum sempat Sabna mengambil langkah jauh, Resa berteriak di tengah lapangan.

"WOY, SINI. KAPAN LAGI LU PADA MAIN HUJAN BARENG TEMEN SATU SEKOLAH!?" teriak Resa yang berusaha mengalahkan suara hujan.

Sabna tak peduli, ia sudah tidak kuat menahan dingin.

Setelah jauh dari lapangan, Sabna tiba-tiba bersin, seketika ia menggaruk hidungnya yang gatal cukup lama, sembari memejamkan matanya. 

Saat ia membuka matanya kembali, di hadapannya ada uluran sebuah tangan dengan jam digital di pergelangan tangan tersebut sebagai tanda serta sapu tangan yang tergenggam.

Sabna tak langsung melirik, karena ia tau tangan tersebut bukan milik seorang perempuan.

"Udah ambil." suara itu berat dan sangat gak asing di telinga Sabna.

"Makasih sebelumnya, tapi gue gak janji balikin," jawab Sabna datar dan sudah pasti Sabna tidak menolak karena ia membutuhkan sapu tangan tersebut. 

"Lah siapa juga yang minta di balikin. Simpen aja," orang tersebut memberikan sapu tangan berwarna biru tanpa corak. Lalu pergi, Sabna hanya melihat sekilas orang tersebut dari samping.

Postur tubuhnya ia kenal, seseorang yang bertingkah konyol bagi Sabna, aslinya orangnya ketus, tapi so' bersikap romantis. Kalau dilihat dari fisik Sabna akui memang tampan, terlebih notabenennya dia seorang hafidz Qur'an seperti abangnya–Shafwan.

Ya yang Sabna tau, seorang haifdh Qur'an kriterianya gak akan jauh beda dengan apa yang ia hafal juga (Al-Qur'an)

Sabna melangkahkan kakinya kembali di posisinya semula, ke tempat di mana letak tasnya berada. Sesekali angin yang berhembus makin membuat nya kedinginan.

"Mau minjem?" Sabna refleks menoleh.

"Gak usah, Ka." Begitu balasan Sabna ketika tau siapa orangnya.

"Gue gak bermaksud apa-apa. Cuma lo keliatan kedinginan, benerkan gue?" tanya Leo.

Sabna menipiskan senyumnya, "sedikit, ka."

"Yaudah pake aja, ya!" seru Leo yang hendak memakaikan jaketnya pada tubuh Sabna.

"Ehh gak usah, ka." Lain dengan Sabna yang langsung menolak, kemudian tak lama dari itu ia kembali bersin. Untung saja ia menggenggam sapu tangan dari Athaya, ya jika tidak ingus nya sudah luber kemana-mana.

"Kalau gitu gue duluan, ya!" pamit Leo, setelah mendapat persetujuan barulah Leo pergi meninggalkan Sabna sendiri di koridor.

Maafin gue ya, ka. Karena gak ngerespon balik perasaan kak Leo.

Banyak siswa-siswi yang akhirnya mengikuti ajakan Resa, namun Sabna justru heran mengapa di sana Athaya dan Resa nampak sedang bertengkar. Sementara yang lain acuh dengan apa yang mereka berdua perdebatkan, karena lebih menikmati suasana di tengah hujan.

Sabna kembali bersin, ia rasa dirinya sudah tak mampu dengan baju basah yang dikenakannya. Kalaupun menunggu hujan reda itu semakin membuat flu nya tambah parah, jadi lebih baik pulang sekarang dan nanti baru beristirahat di rumah.

Sabna memutuskan untuk melindungi tasnya di banding dirinya. Karena ada kertas penting terkait Olimpiade yang sebentar lagi akan dilaksanakan.

Sebelum pergi, ia berjalan ke kelasnya dan mengambil payung yang ia bawa tadi pagi.

Saat sudah berada di dekat gerbang, pak satpam sempat meminta Sabna untuk berteduh, namun Sabna menolak.

Beruntungnya saat keluar gerbang, ia bertemu dengan  supir pribadi Resa yang menawarkan tumpangan, Sabna mengiyakan karena hujan yang semakin deras, ya walaupun harus menunggu Resa yang Sabna sendiri nggak tau kapan anak tersebut ingin cepat pulang. Tapi setidaknya ia tidak jadi menerjang hujan yang begitu deras.

***

"Maksud lo apaan, hmm? Kamaren-kemaren lo deketin  Sabna, sekarang Tiara. Maksud lo apa?" tanya Resa dengan tatapan menantang.

"Yang pasti next target bukan elo." jawaban dari Athaya semakin membuat Resa naik pitam dan spontan menarik kerah baju milik Athaya.

"Jangan main-main sama gue!" sinis Resa.

Athaya melepaskan dengan paksa, "ck. Lo gak tau kalau sahabat lo, itu–"

"Resa!" teriak Tiara, membuat mata Resa cepat teralihkan.

"Kenapa Tiara?" tanya Resa.

"A-anu, pulang aja yuk! Udah deres banget nih hujannya," ajak Tiara sambil mengusap wajahnya.

Tiara sendiri sebenarnya masih ingin bermain hujan, namun khawatir jika terus di sini, Athaya keceplosan bilang tentang rahasia penyakitnya.

"Bentar gue ambilin jaket," ucap Athaya. Namun Resa berhasil menghentikan langkah Athaya.

"Gak usah. Mau Tiara ataupun Sabna, gak akan pernah gue biarin deket sama cowok kayak lo!" ketus Resa, kemudian berjalan menjauh meninggalkan Athaya.

"Mobil gue kayaknya udah parkir di depan. Eh tapi, beli teh anget dulu ya. Kasian lo pasti kedinginan banget," ucap Resa dengan nada yang lembut, Tiara menurut kemudian Resa langsung merangkul Tiara menuju kantin.

Sebelum Tiara dan Resa benar-benar pergi, Tiara menatap Athaya sambil menyatukan tangannya, "Maaf."
 
Suara permintaan maaf itu tak terdengar, tapi Athaya tau maksud dari Tiara dan Athaya membalas dengan senyum tipisnya.

"Al." Athaya membalikan tubuhnya.

"Ngapain lo ujan-ujanan, ka?"
sembari menatap sinis kakak perempuannya.

"Gue pengen pulang," jawab Hanna.

"Ya sebentar. Gue keparkiran." Lalu pergi meninggalkan Hanna.

Sementara Hanna berjalan melintasi sebagian siswi yang sedang bermain kejar-kejaran di lapangan.

***

"Loh Sabna?" Tiara yang tak menduga ada Sabna di dalam mobil milik Resa pun heran. Kemudian barulah ia masuk dan duduk di dekat Sabna.

"Ini siapa yang inisiatif naik mobil gue?" 

Sabna melebarkan senyumnya, "Res. Gue numpang ya?" pinta Sabna.

"Bapak yang ngajak, non Resa. Habis kasian non Sabnanya," timpal supir pribadi Resa.

"Yaudah-yaudah. Ayo berangkat, kita ke rumah Tiara dulu, ya pak!" titah Resa.

***

Karena jalanan sepi, dan gak banyak orang yang berani menerjang hujan seperti yang Athaya lakukan sekarang, jadi dia bebas mengebutkan motornya. Hal itu justru membuat Hanna tambah kedinginan akibat hembusan angin yang sangat menusuk.

Tapi karena hal itu juga, jadi membuat mereka lebih cepat sampai di rumah, walau dengan baju yang sangat basah dan sangat kedinginan.

Athaya memarkirkan motornya, sementara Hanna sibuk mencari kunci yang berada di dalam tasnya.

"Yah, basah deh kertas ulangan gue!" gerutu Hanna sembari mengeluarkan isi tasnya. Akhirnya sesi buka pintu pun di perlambat.

"Siniin kuncinya." 

Hanna pun memberikan kunci yang di genggamnya kepada Athaya, di karenakan dirinya yang masih sibuk mengeluarkan isi tasnya.

Akhirnya Athaya yang sudah mulai kedinginan mengambil alih sesi buka pintu rumah.

"Gue mandi duluan," ucap Athaya lalu meninggalkan Hanna yang masih di depan pintu.

Usai Athaya mandi dan sampai berganti pakaian, Hanna masih sibuk dengan beberapa lembaran kertas yang ia jejerkan di meja ruang tamu.

Karena risih melihat Hanna yang masih mengibas-ngibaskan sebuah kertas, Athaya langsung otomatis menarik kakaknya sampai berdiri.

"Baju lo itu basah, sadar diri ka, tar sakit!" tegur Athaya.

"Iya sebentar, ini gue lagi rapiin kertas dulu," kekeh Hanna.

"Udah-udah, biar gue sini. Lo mandi sana!" titah Athaya seraya mendorong Hanna menjauh darinya.

"Jangan sampai sobek loh ya!"

"Ya InsyaAllah." Athaya lalu duduk di kursi yang Hanna tempati tadi.

"Awas aja, kalau ada yang sobek, gue tabok!" ancam Hanna.

"Mana pernah ada cewek selain Umi yang berani nabok gue!" sahut Athaya meledek.

"OTW habis mandi!" teriak Hanna yang posisinya kini sudah ada di depan kamar mandi.

"Sip gue tunggu!"

Athaya melanjutkan amanahnya menjejerkan kertas ulangan milik Hanna. Hebatnya Semua mata pelajaran yang Hanna dapat di atas rata-rata, Athaya takjub sendiri.

"Ekhmmm sini gue tabok!" Selang beberapa menit Hanna datang sembari bertolak pinggang.

"Dih, mandi apaan, cepet amat!" proses Athaya.

"Hih biar cepet asal wangi! Daripada lama masih bau!" 

"Ekhmmm." Athaya berdehem sambil memegangi jakunnya.

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰىٓ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَآءٌ مِّنْ نِّسَآءٍ عَسٰىٓ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ  ۖ وَلَا تَلْمِزُوٓا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقٰبِ  ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمٰنِ  ۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَأُولٰٓئِكَ هُمُ الظّٰلِمُونَ

Hanna terkesima, lalu duduk di samping Athaya.

"Kok gue di ruqyah," ujar Hanna memelas.

"Siapa yang bacain ayat kursi? Orang gue bacain ayat larangan mencela orang lain!"

كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللّٰهِ اَنْ تَقُوْلُوْا مَا لَا تَفْعَلُوْنَ

kaburo maqtan ‘indallohi an taquuluu maa laa taf’aluun
  (QS. As-Saff 61: Ayat 3)  


“(Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”

Hanna membacakan surah As-Saff ayat ketiga.
Bermaksud untuk membalikkan perkataan Athaya tadi.

Hanna dan Athaya mereka adalah para penghafal Alquran. Namun, Hanna hafalannya belum selesai seperti Athaya dan Hanna masih proses menyelesaikan hafalan 30 juz nya.

Berhubung Hanna yang sudah  kelas 12 jadi dirinya diminta oleh abunya untuk fokus ke ujian dan murajaah saja.

Sementara Athaya yang sudah selesai dengan hafalan 30 juz nya sedang proses menghafal ulang untuk persiapan tasmi' (mengulang hafalan dari juz awal hingga akhir) yang di rencanakan akan dimulai bulan depan.

Jadi setiap tiga bulan sekali, Athaya wajib menyetor ulangan hafalannya dari juz awal hingga akhir.

Di tengah debat mereka yang sekaligus murajaah hafalan masing-masing, telfon rumah berbunyi dan di angkat langsung oleh Hanna.

"Waalaikumsalam."


___________________

Hola, ane comeback sementara, hiksss... Kali ini untuk update dulu. Soalnya masih dalam lingkup pesantren, jarang-jarang deh buka hp nya.

Di revisi pas di kamar nih, ketika semua sibuk stalk Ig ane buka WP buat update:) gimana?  Buat kalian loh ini.

Semoga suka part ini...



Continue Reading

You'll Also Like

2.9M 143K 22
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
439K 47.5K 21
( On Going + Revisi ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum lay...
821K 62K 30
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
905K 47.3K 76
The end✓ [ Jangan lupa follow sebelum membaca!!!! ] ••• Cerita tentang seorang gadis bar-bar dan absurd yang dijodohkan oleh anak dari sahabat kedua...