Take to the SKY [ON GOING]

By mutheahra

10.5K 5.3K 7.1K

[REVISI SETELAH TAMAT] •Romance spiritual• Masa SMA itu ga harus punya cerita tentang cinta. Tapi, kalau keb... More

sambutan🎙️
•Aneh•
•MISI•
•Terjerat•
•Terungkap•
•bonus• #photoshotsofsabna
•jadi wasit•
•dandelion•
•bonus• #edisiremembering
•sebuah makna•
•misteri Tiara•
Heart
luka resa
luka resa (2)
terima?
pemaksaan cinta
argumen
don't be crazy
shafwan
•tentang rasa•
tante linda
tuduhan
soal hati bro!
rahasia cinta
•Balance•
•Regrets Always Comes Late•
•ada apa?•
•Ayah kenapa si?•
•misi kedua•
•menguak informasi•
•talk
•telponan• yuhu!
35. backstreet
36. UKS
37. About Tiara
38. kecewa!
39. Nyesek?
40. Jujur!
after rain
42. pertemuan.
43. H-1
44. keberangkatan
45. welcome back friend!

Queen of JOMBLO

69 14 21
By mutheahra

Sabna bangun sebelum subuh lalu berniat untuk men-charge ponselnya, karena sudah semalaman ponsel itu menyala, gara-gara terlelap tidur ketika Athaya sedang berbicara dari telfon kemarin.

Entah bagaimana nanti saat di sekolah, Sabna malas menerka apa yang akan terjadi.

Sebelum benar-benar mematikan ponselnya ia sempat men-chek notif WA yang masuk. Dan teratas di raih oleh Athaya dengan total 50 message.

Jarinya lalu membuka pesan tersebut.

08***

Alesan lo ga mau terima gue apaan?

Gue bukan anak malem, apalagi doyan minum. Buat beli narkoba aja gak cukup. Apalagi nyewa cewe. #astagfirullah

Selain gue sayang sama keluarga dan elo, gue juga sayang sama kuota, jadi gak gue pake buat nge-game.

Terlebih gue juga hafal rumus matematika dasar sampe internasional. Gue si masi SMA, tapi otak mahasiswa.

Oh satu lagi, gak pernah minat tawuran, kalau pacaran masih mikir.

Pertanyaan pertama telah dia salin sebanyak 49 kali. Sudah Sabna jelaskan pun, masih batu. Kadang juga Sabna tak mengerti apa yang ada di pikiran Athaya, kenapa terus memaksa untuk menjadi pacarnya, dasar aneh.

Sisa pesannya hanya Sabna jadikan lelucon belaka.

Sabna juga sempat membuka chatannya dengan Tiara, yang kemarin dichat-nya. Namun di sana tertera terakhir di lihat seminggu yang lalu.

Diantara dua kemungkinan, gadis itu gak punya kuota atau terlalu fokus dengan Olimpiade sejarahnya. Yang pasti Tiara adalah gadis yang jarang sekali berduaan dengan ponselnya. She is nerd.

Usai sholat subuh Sabna kembali ke meja belajar, karena ini adalah waktu terbaik bagi otak untuk menerima pelajaran.

Sabna memang terbiasa belajar sehabis Subuh dibandingkan malam hari. Terlebih kemarin waktunya tersita hanya mendengar ocehan Athaya. Tunggu, harusnya Sabna yang bercerita. Ia mencoba untuk acuh, lalu kembali memilih fokus dengan beberapa soal yang belum dikerjakannya kemarin.

***

"Ka, sebenarnya lo masih suka sama si–singa bajingan?" Athaya yang tengah sarapan tiba-tiba bertanya pada Hanna yang telah siap untuk berangkat sekolah sedari tadi. Padahal jam menunjukkan pukul 05:50.

Mereka lupa bahwa jam di rumahnya dilebihkan 20 menit, awalnya sekedar ide Hanna agar Athaya yang dahulu sulit dibangunkan Tahajud. Tapi lama-kelamaan mereka terbiasa bangun lebih awal dari biasanya, maka dari itu kecerdasan mereka bukan main.

Belajar pada jam segitu dengan sungguh, jelas memudahkan mereka menerima materi, yang entah waktu tersebut digunakan untuk latihan soal atau sekedar membaca materi.

Hanna menyipitkan matanya, "Hah, siapa singa bajingan?"

"Maksud gue–Leo," terang Athaya.

"Udah tau cewek susah move on, pake di tanya segala!" balas Hanna ketus, bisa-bisanya Athaya merusak mood nya di pagi hari.

"Lagian gak sopan banget sih, ngatain kakak kelas bajingan. Sebut kek sekali-kali, pake 'kak' bagaimanapun dia kakak kelas lo, ketos juga kan, beradab napah!" omel Hanna, bisa di pastikan Hanna kalau moodnya ancur ya sudah, bakal ngomel terus.

Athaya beralih memperhatikan kelender meninggalkan piring yang hanya bersisa sendok. "Ohh pantes. di buletin make pulpen merah. PMS ya, lo?"

Hanna melengos, bagaimana bisa adik laki-lakinya sangat memperhatikan jadwal, jadwal PMS pula. Bisa di bilang Athaya itu kalau peduli, bakal banget. Jadi beruntung lah Hanna, bisa di jagain terus.

"Oh ya, ini punya lo bukan?" Athaya menunjukkan gelang, dengan huruf A yang ia ambil dari kamarnya tadi. Hanna menggeleng.

"Bagus. Berarti gue bisa kasih ke seseorang," ucap Athaya pelan lalu menaruh di saku celananya.

"Seseorang siapa?" Kepo Hanna yang rupanya mendengar ucapan tersebut. Athaya tak menjawab, justru menyelempangkan tasnya dan melangkah pergi.

"Gak disiplin kan, piring nya cuci dulu Al!" titah Hanna

"YAAAAA, TAPI PULANG SEKOLAH!" teriak Athaya dari luar sembari memakai sepatunya.

Lalu Hanna menyusul, dan berjongkok di samping adiknya, kemudian membisikkan sesuatu tepat di samping telinga Athaya. "Efek-efek merah jambu, nih," Goda Hanna sembari menyentuh dagu adiknya.

Athaya seperti biasa, ia selalu memasang wajah ketusnya yang menjadi salah satu ciri khasnya. Terlebih Athaya paling gak suka kalau di colek dagu sama kakak perempuan nya itu.


"Buruan naik!" titah Athaya yang sudah menyalakan mesin motornya.

"Sabar dong, ini di kunci dulu pintunya!" jawab Hanna.

Barulah setelah itu Athaya memberikan helm pada Hanna.

***

Setelah siap dengan seragam lengkapnya di depan cermin. Di pikirannya tiba-tiba terlintas akan pesan dari Athaya yang menanyakan kenapa dirinya menolak untuk menjadi pacar cowok tersebut, membuat Sabna berniat untuk memamerkan sebuah pin yang pernah ia taruh di laci waktu lalu.

Kemudian langsung membuka laci di hadapannya, ia merauk beberapa benda yang ada di dalamnya, barulah menemukan benda yang membuatnya tersenyum tipis. Yaitu, sebuah pin bertulis 'Queen of jomblo'. Kemudian ia pun tertawa kecil seraya menatap pin tersebut.

Flashback on

"Eh woy, gua punya penghargaan nih buat temen angkatan kita, khusus nih khusus!" ujar ketua angkatan mereka, kala usai di wisuda.

Satu angkatan ricuh, mencoba menerka penghargaan apa yang di maksud dan siapa yang akan mendapatkannya.

Sang ketua mendekati Sabna yang tengah berbincang dengan Tiara dan Resa.

Ketiganya jadi melongo, heran ketika mereka menjadi sorotan satu angkatan.

Resa dengan tegasnya bertanya 'pada ngapain si?' sembari membalas satu persatu tatapan tersebut.

"Gua secara pribadi punya kenang-kenangan untuk salah satu diantara lo," ucap si ketua angkatan.

"Siapa si? Gue?" tanya Resa dengan pedenya, sembari menunjuk dirinya.

"Bukan dih. Sabna nya gue, lah," ujarnya sembari menaikkan turunkan alisnya kearah Sabna.

"Gue? Lah emang gue kenapa?" tanya Sabna.

"Because you are the most different." Sabna justru bingung dan lebih memilih diam.

"Penghargaannya ada dua. Pertama cuma lo satu-satunya cewek yang nyambung gua ajak ngomong. Jujur gua lebih suka cewek asik daripada modal cantik doang."

Waktu SMP memang Sabna akrab dengan semua kalangan di sekolah, berhubung dia juga cerdas jadi topik pembicaraan nya pun luas dan yang pasti lawan bicaranya gak akan merasa monoton.

"Terus cuma lo doang yang gak pernah suka sama cowok. Gua gak bermaksud bilang gak normal, tapi kebanyakan orang kayak lo setia. Cocoklah Ama nama gua!"

Si ketua angkatan tersebut memanglah cogan berperawakan atlet yang di dambakan satu sekolah, stylenya kece dengan sikapnya yang friendly. Sengaja men-jomblo katanya demi wanita idamannya suatu saat nanti.

Sayta–nama si ketua angkatan tersebut. Ia memberikan sebuah pin bertulis queen of jomblo pada Sabna. Membuat semua orang tertawa. Sebagai hinaan akibat penghargaan konyol tersebut. Sabna menerima pin tersebut dengan hormat.

"Heh, yang jomblo bukan cuma Sabna doang kali. Gue sama Tiara juga!" ucap Resa frontal.

"Etsss, lo sama Abadi apaan? Lagi LDR kan sekarang?" balas Satya.

Akhirnya timbulah perdebatan antara Resa dan Satya. Keduanya sama keras kepalanya. Sementara Sabna menarik Tiara dari keseruan debat tersebut.

Sabna gak tau apa yang terjadi setelah kepergiannya dan Tiara. Yang ia tau hanya Resa yang ngambek setelah kejadian tersebut.

Flashback off

Setelah mengingat kejadian tersebut lalu Sabna memasukkan pin itu ke saku bajunya, rasanya ia ingin memakainya ketika SMP dulu, cuma rasanya beda kalau memakainya di SMA LASKAR PELANGI. Bisa jadi sorotan publik untuk kedua kalinya nanti.

Setelah siap dengan seluruh perlengkapan sekolah, barulah ia turun untuk sarapan. Saat ini di meja makan sudah ada Gibran dan Ghania yang sedang makan berdua, suap-suapan pula, membuat Sabna tersenyum tipis dari atas tangga.

"Ayah, selalu punya sisi romantis, Sabna mau dapet jodoh yang gak jauh beda sama ayah," batin Sabna.

"Anak kecil mau makan. Mau juga dong di suapin." Lalu ia menyengir memang jarang sekali ia tunjukan.

Langkahnya kini sudah ada di bawah, dan kini duduk di samping Bunda.

"Sini mau ayah suapin?" tawar Gibran, Sabna malah menggeleng, "Tapi boong. Sabna kan ngak manja kayak Bunda," gurau Sabna, biasanya memang seperti itu Sabna, menggoda bunda untuk membuatnya marah jika ada Gibran.

Sabna menghabiskan satu piring nasi goreng tanpa sisa, setelah itu segera berpamitan dengan dua sosok special didekat nya. Gibran ingin mengantar Sabna ke sekolahannya, namun Sabna menolak.

"Sabna bareng Tiara, Yah. Soalnya kita biasa jalan. Sekolahanya juga deket kok," jawab Sabna.

"Loh sepeda kamu gak pernah di pakai?" Sabna menggeleng, benar saja sejak awal Gibran membelikan sepeda, Sabna belum pernah berkeliling menggunakannya.

"Tiara gak punya sepeda, kalau Sabna bonceng kan itu sepeda gunung, Tiara mau duduk di mana?"

"Yaudah kita jemput Tiara, biar sekalian berangkat bareng." ucap Gibran, Sabna setuju lalu berpamitan dengan bunda.

"Belajar yang bener!" titah bunda.

"Of course!"
ucap Sabna yakin lalu melemparkan senyum untuk Bunda.

Perjalanan yang begitu singkat, sehingga tak terasa sampailah di depan rumah Tiara.

Tiara memanglah holkay, terlihat dari depan rumahnya, dengan halaman dan teras yang estetik. Hanya saja terlihat begitu sepi, padahal Tiara punya beberapa asisten setia tanpa perlu di bayar. Pak satpam yang biasa jaga pager sekarang juga udah gak ada.

Sabna turun dari mobil, dan memanggil Tiara, teriak? Oh ya pasti.

"Tiara!! Sekolah yuk!" teriak Sabna dari luar pagar, alasan Sabna teriak selama ini karena kamar Tiara yang letaknya di lantai atas, pasti sulit didengar jika memanggilnya dengan suara lembut.

Kalau bel di rumah Tiara sengaja gak di pasang, Karena waktu lalu Tiara pernah bilang bahwa lebih suka mendengar salam daripada bunyi bel. Ya tapi kalau di pikir, gerbang sama pintu utamanya aja jauh.

Tak begitu lama Tiara keluar,  cantik dan anggun. itu akan menjadi kesan pertama untuk siapapun yang menatap Tiara. Wajah tanpa polesan sedikitpun, lalu rambut lurus yang dibiarkan tergerai seperti biasa, dan bibir mungilnya yang jarang bicara dengan banyak orang.

Selain itu, yang membuat sebagian orang tertarik dengan Tiara karena matanya, tapi jarang sekali ada yang memandang mata indah itu, karena Tiara tak pernah berpaling dari bukunya. Maka dari itu hanya segelintir orang yang pernah menaruh rasa pada Tiara. Akibat sikap tertutupnya. Dan hawa misteriusnya.

"Mirip Barbie," ceplos Sabna. Tiara memang tak banyak bicara sehingga senyum simpulah sebagai jawabannya.

"Yu sekarang naik mobil," tawar Sabna seraya merangkul Tiara.

"Eeeh, mobil siapa?" Tiara menghentikan langkahnya saat Sabna telah membukakan pintu.

"Ayah." Sabna lalu duduk di samping Gibran.

Tiara tersenyum, tapi dalam hatinya tidak, Tiara rasa Sabna beruntung sekali memiliki segalanya yang sempurna. Lalu barulah Tiara duduk di kursi belakang Gibran.

"Ayah, dia Tiara. anaknya rajin, pinter, apalagi soal sejarah, wah jagonya! Oh ya, cantik jangan lupa, Tiara perfect lah." puji Sabna, Tiara menipiskan senyumnya.

"Halo Om," sapa Tiara.

Gibran hanya tersenyum, menatap Tiara dari spion depan.

***

Hanna dan Athaya, bisa di bilang mereka adik-kakak rasa pacar, karena Athaya yang gak malu buat ngerangkul kakak kesayangan itu, meski begitu Hanna tak pernah menggunakan kesempatan itu untuk bermanja.

Hanna lebih suka apa adanya, di sekolah dia juga diam, dan jarang bergaul. Bisa di ceritakan sedikit Hanna adalah mantan anak bully-an saat di kelas 10, sederhananya SMA LASKAR dulu, suka nge bully anak baru dan Hanna adalah target kala itu. saat itu Leo yang menjabat sebagai ketua OSIS menolong Hanna, dan bilang kalau Hanna adalah pacarnya yang baru pindah.

Waktu itu Athaya belum SMA dan masih tinggal di pesantren, karena harus menyelesaikan hafalan 30 juz-nya terlebih dahulu.

"Menurut kalian, beruntung jadi pacarnya Athaya apa kakaknya?" tanya Jena asal, ketika menatap kakak-adik itu dari koridor kelas.

"Gue sih mending kakaknya, karena kalo pacar bisa putus!" jawab salah satu dari ketiga orang yang sedang duduk.

"Kapan ya gue bisa jadi istrinya aja," ceplos Jena lalu bangkit dan bersandar di tiang sambil bersedekap dada.

"Raja mau elo taro mana? Jadiin suami ke berapa dia?" tanya temannya yang di sebelah kanan.

"Raja cuma buat gue manfaatin doang," jawab Jena dengan santainya, lalu menyudutkan bibir kanannya.

"Bego karena elo, gue temen SD-nya Jen. Athaya sama Raja juga musuhan gara-gara elo. Gue juga bego!" salah satu dari ketiganya malah jadi emosi.

"Lo kenapa si, Sar?" tanya keduanya pada temen yang ada di tengah.

"Gue begolah mau temenan sama bitch kayak Jena! Untung gue sadar. Lo berdua, mau temenan sama gue apa sama Jena?"

Kedua temannya malah diam, binggung tepatnya.

"Yaudah minggir!" sarkasnya kasar lalu pergi.

"Bitch itu artinya pantai bukan si?" tanya salah satu diantara keduanya.

Jena menyudutkan bibir kirinya. Tersenyum remeh atas kepergian temannya yang satu itu.

"Tau dah, gue mah gak bisa bahasa Inggris. Dia lagi PMS kali ah."

Lain dengan Sabna dan Tiara yang berjalan santai menuju kelas.

"Permisi, boleh pinjem temannya sebentar?" Tiba-tiba saja Athaya datang di hadapan mereka. Entah angin mana yang langsung membawanya. Jelas barusan habis bermesraan dengan kakaknya.

Tiara mengangguk, tanpa berucap sepatah katapun, bahkan pamit kepada Sabna pun engga. Tiara hanya menatap sekilas ke sorot mata Sabna lalu pergi.

"Mau apa, hmmm!?" tanya Sabna menantang sambil mengangkat dagunya.

"Wihh, masih pagi btw, udah nawarin," ucap Athaya.

"Heh, awas aja ngelindur!" Lalu Sabna melengoskan wajahnya ke arah lain, sekarang pikirannya jadi teringat untuk mencari kebenaran bahwa orang di hadapannya adalah Alankar atau bukan.

Tapi bagaimana caranya!? Itulah yang ia sedang pikiran. Apakah harus mendekati orang di hadapannya ini? Ah jelas itu kelakuan seorang pengecut apabila bermain di belakang.

"Nih, buat lo!" Athaya menunjukkan gelang ber liontin huruf A, yang sempat ia tunjukkan pada Hanna pagi tadi.

"Baru kenal udah ngasih-ngasih," balas Sabna ketus.

"Gininih, kalau ketemu macan tutul. Gue ngasih karena lo cewek yang gue kenal, cukup. Tepatnya si gue sayang," bual Athaya, Sabna berdecih.

"Ini gelang bukan gue beli, ini udah ada dari gue kecil. Entah gelang ini keramat, jimat, apa amanat, gue gak tau. Soalnya gak berpengaruh apapun sama gue, jadi baiknya gue kasih ini buat lo, semoga bermanfaat!" jelasnya seraya memandangi gelang itu dan berakhir menatap Sabna.

Sabna diam, menerimanya juga tidak akan berpengaruh apapun jadi gak masalah jika ia mengambilnya.

"Makasih."

"Btw, pacar. Kenapa semalem malah gue yang dongengin elo harusnya sebaliknya!" ketus Athaya.

"karena elo yang ngomong mulu! Gue jadi ketiduran, maaf."

"Satu lagi." Sabna menatap Athaya sinis, Athaya pun mengangkat kedua alisnya.

"Kesempatan buat denger dongeng gue cuma sekali. Dan kesempatan buat lo udah sold out!" tegas Sabna lalu berjalan meninggalkan Athaya.

"Oh iyya gue lupa." Sabna merogoh sakunya, dan kembali berbalik.

"Gantian, nih buat lo!" Sabna memberikan pin tersebut pada Athaya, tanpa menyentuh tangan cowok tersebut.

"Jangan pernah panggil gue dengan sebutan pacar, Apalagi macan tutul."

Athaya terkekeh saat membaca tulisan yang ada di pin tersebut.

"Queen of jomblo? Menarik," ucapnya tanpa sadar.

____________

Kalau ada queen selalu ada king.

Apa Athaya bersedia menjadi king of JOMBLO?  Jeng...

Artinya ga bisa pacaran dong:)

Kalau gue yang jomblo, Athaya nya mau kali ya:)




Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.7M 62.4K 28
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
1.1M 43.8K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
Love Hate By C I C I

Teen Fiction

3.2M 222K 38
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Ada satu rumor yang tersebar, kalau siapapu...
823K 99.6K 13
"Gilaa lo sekarang cantik banget Jane! Apa ga nyesel Dirga ninggalin lo?" Janeta hanya bisa tersenyum menatap Dinda. "Sekarang di sekeliling dia bany...