Seamless (TERBIT)

De meydiy

390K 54.6K 45.6K

*** PEMENANG WATTYS 2021 *** (SUDAH TERBIT DI PENERBIT OLYMPUS) CONTENT WARNING!!! Selamat Datang di JIPS; se... Mai multe

Prolog
1. Januariz
2. Stranger
3. Tribunnews
4. March
5. April
6. Kesukaan Tomori
7. Lomba
8. Juni Stanley
9. Ulang Tahun Juli
10. Boneka JIPS
11. August
12. Jangan Takut
13. Bertemu Lagi
14. Yue
15. Novesh
16. Realita
17. Dugaan
18. Mencari Jawaban
19. Sebuah Harapan
20. Tim April
21. Red Blood Yang Buruk
22. Reaksi
23. Larangan
24. Bermuka Dua
25. Rahasia Antara Mereka
26. Ada Apa Dengan Juli?
27. Pembunuh
28. Panic Room
29. Runtuh
30. Disalahkan
31. Sedikit Cerita
32. Peneror
33. Kenyataan
35. Kesialan
36. Berantakan
37. Kesalahan Yang Sama
38. Bahaya!
39. Satu Hal Lagi
40. Hangat
41. Mengungkapkan Kebenaran
42. Lingkungan Baru
43. Bermula
INFO TERBIT
INFO TERBIT (2)
VOTE COVER
INFO TERBIT (3)
TERBIT!
OPEN PRE-ORDER !

34. Bergabung di Tim April

4.5K 1K 693
De meydiy

Fedelin adalah seorang pemerkosa. 

Kenyataan itu terucap begitu saja pagi ini, di koridor kelas Akselerasi yang sepi—dari mulut March Simpkins. Tak berperasaan, seakan kenyataan itu adalah senjata ampuh baginya untuk mematikan Januariz William yang saat ini mulai menatap nyalang ke arahnya. Menyebar rasa sakit dari segala arah mengenai kenyataan yang sama; bahwa ayahnya adalah pria yang sangat buruk. 

Setelah March berucap puas, Januariz memutar tubuhnya dengan wajah yang tersungut marah. Meninggalkan April yang masih berdiri kaku, masih dengan perasaan syok yang tak percaya terhadap apa yang diucapkan kapten baseball itu. Sementara March hanya bisa melemparkan senyuman menjengkelkannya kepada April.

Tak ingin membuang waktu, April ikut menyusul Januariz yang tampaknya ingin keluar dari sekolah. Mungkin lelaki itu akan pulang dan membentak Fedelin, melemparkan beribu umpatan dan sumpah serapah sebagai kekecewaan seorang anak terhadap orang tua karena saat ini, air mukanya benar-benar tak bersahabat.

Saat ini, bukan lagi tentang Januariz berwajah datar yang membosankan. Ekspresi itu menghilang dan berubah menyeramkan, berganti menjadi amarah yang semakin lama semakin menggebu.

"Jan, tunggu!" April menahan pergelangan tangan Januariz membuat langkah lelaki itu terhenti. "Apa yang bakal lo buat? Marah? Ngamuk di depan ayah lo? Apa itu bisa membantu?"

"Bukan urusan lo!"

"Apapun yang ada hubungannya dengan Septria adalah urusan gue," tegas April kali ini berhasil membuat Januariz tak banyak berkata-kata lagi. "Tenangin diri dulu. Marah tanpa rencana yang matang bisa bikin semua sia-sia, tahu?"

"Tenang?" Januariz berdecih. "Gimana bisa lo tenang saat orang tua lo penyebab kejadian tragis di sekolah? Gue malu, Pril! Gue malu selalu bantuin lo buat ngurusin kasus bullying, tapi bokap gue—lo dengar sendiri, kan? Bokap gue tuh seorang pemerkosa!"

"April benar. Ngamuk nggak jelas itu bakal bikin semua sia-sia. Gimana kalau yang dibilang March itu nggak bener? Gimana kalau dia bohong?" Suara yang datang kali ini berasal dari Oktof. Tanpa diketahui mereka, lelaki itu telah menguping pembicaraan sensitif yang terucap dari mulut March Simpkins mengenai ketua yayasan mereka beberapa menit yang lalu, meski ia sendiri masih tak paham dengan apa yang terjadi.

Sembari memikirkan kemungkinan bahwa March berbohong, Januariz melepaskan genggaman tangannya dari April. Kejadian dua hari yang lalu seperti terulang kembali hari ini, di mana Januariz menarik April dari cengkeraman Juni di keramaian dan menggenggam tangannya.

Bersamaan dengan itu, atensi ketiganya beralih ke arah Juni dan Owy yang datang menghampiri. Tak dapat menebaknya dengan pasti, tetapi kedua orang yang baru saja datang pun terlihat sama kacaunya dengan Januariz. 

"Gue mau bokap lo mendekam dipenjara. Dia harus membayar semua yang terjadi." Juni berujar dengan manik mata yang menghunus tajam kepada Januariz.

Dalam waktu yang cukup lama, Januariz membalasnya dengan mengembuskan napas kasar. "Gimana dengan Juli? Dia juga penyebab Septria meninggal, kan? Juli juga harus membayar kasus yang sama."

"Tapi Juli juga korban."

Penegasan itu lantas membuat Januariz mengerjap pelan. "Korban?"

"Ketua yayasan melakukan hal yang sama ke Juli," jelas Owy dengan cepat. "Ya, walaupun Juli emang ada di sana. Dia ada saat kejadian Septria. Tapi, dia juga korban, jauh sebelum Septria."

"Apa buktinya?"

"Untuk Septria gue punya bukti rekaman CCTV, sebelum CCTV dirusak kepala sekolah dan Juli—gue masih belum punya bukti, tapi gue bisa jadi saksi."

Hening cukup lama terjadi di antara mereka, berkelana dengan pikiran mereka masing-masing yang memuat penjelasan Owy. Lelaki itu berjalan mendekati April, mengembuskan napas.

"Gue mau gabung sama kalian." April mengernyit kebingungan saat mendengar itu dari mulut seorang Owy Rener—seorang atlet dari Red Blood. "Kalau kalian butuh orang yang bisa bersuara untuk kasus ini, bawa gue. Gue bersedia. Tapi, gue minta satu hal. Jangan libatkan Juli untuk kasus ini. Kalian tahu sendiri, kan gimana kondisi mental Juli sekarang?"

"Kalian gabung, hanya buat memanfaatkan April demi melindungi Juli?" Suara yang terkesan datar kali ini berasal dari Oktof membuat Owy dan Juni melemparkan tatapan tajamnya. "Bukannya itu pengecut? Juli ada dalam video CCTV dan menjadi tersangka pembunuh Septria, tapi dia nggak diharuskan terlibat. Masuk akal, nggak?"

"Juli adalah korban di sini!" tegas Owy, sekali lagi. "Kalian tim pembela kebenaran kan? Menyuarakan keadilan, kan? Apa itu adil saat Juli juga korban dan dia harus terlibat jadi tersangka?"

"Lo lupa kalau lo Red Blood? Orang-orang kayak kalian tuh susah buat dipercaya. Licik."

"Man, gue berani bersumpah gue udah keluar dari Red Blood." Lelaki itu terlihat berputus asa, mengusap dahi dengan kasar dan menatap April. "Pril, gue hanya butuh sedikit kepercayaan kalian dan gue bakal pastiin gue bisa diajak kerja sama. Gue punya bukti. Gue bersedia jadi saksi. Apapun yang lo butuhin, gue bersedia, Pril."

April masih tak memberi jawaban, hanya menoleh ke arah Januariz. Seharusnya mereka juga meminta persetujuan Januariz karena dalam kasus ini, ia memang harus diajak bekerja sama mengingat ayahnya lah dalang dari kematian Septria. Namun, lelaki itu masih mematung dengan pandangan lurus ke bawah. Tak ada satu pun dari mereka yang bisa membayangkan, apa yang dipikirkan Januariz saat ini selain syok dan kecewa.

"Jan?" tegur April.

"Kalian pengen bokap gue dipenjara kan?" Lelaki itu pun bersuara tanpa melirik siapa pun. "Kumpulin banyak bukti yang kuat, pengacara, saksi dan gue bakal ada ada dipihak kalian. Gue bakal bantu."

Lelaki itu berjalan, memasuki sekolah. Tampaknya, lelaki itu telah meredamkan emosinya, menyimpan rapat-rapat meski dari dalam, ia mulai rapuh perlahan.

Sepeninggal Januariz, keadaan mulai hening dan canggung, berikutnya Oktof menyusul Januariz. Mungkin untuk menenangkan sahabatnya yang terlihat kacau—atau memang tak ingin terlibat jauh dengan Owy dan Juni. 

Tinggallah April di sana, bersama dengan Juni dan Owy. Sembari memikirkan apa maksud dari mereka memilih untuk bergabung dan berada dipihaknya?

Melindungi Juli. Tetapi, melindungi dari apa? Padahal jelas-jelas Juli ada dalam rekaman CCTV yang mereka bicarakan.

April berhenti memikirkan segala hal saat Owy memulai deheman pelan untuk mencairkan suasana. Tersadar dari lamunan, April menetralkan keadaan dengan menarik napas panjang dan mengembuskannya pelan.

"Kalau lo menganggap tim gue adalah tim yang menyuarakan keadilan, gue rasa lo tahu apa yang harusnya dilakukan sekarang."

Owy mengernyit. 

"Pengawasan dalam JIPS masih berlaku tentang bullying. Sebagai mantan anggota Red Blood, lo bisa kan bersikap jujur dengan kasus ini? Gue harap lo mau mengajukan diri ke komnas anak dan dinas pendidikan, mengatakan yang sebenarnya tentang March dan juga Red Blood, terlepas dari keluarnya lo atau nggak." Lalu, ia melirik Juni. "Sebelum kasus ini diusut oleh ranah hukum, sebaiknya kalian cari tahu, kenapa Juli membunuh Septria, apa motifnya ketua yayasan memperkosa Septria dan Juli? Karena kalau nggak, dia bakal jadi tersangka."

Semua penjelasan itu lantas membuat Owy menatap April, tak berarti, menyorotkan kekosongan. Sepertinya ragu untuk menyetujui berbagai syarat yang ditawarkan April.

"Itu adalah cara untuk mendapatkan keadilan, gue tahu rasanya berat buat dilakuin. Bersikap adil emang mudah, tapi nggak dengan keadilan. Masih banyak waktu kok, kalian bisa pikir baik-baik mau ikut saran gue atau nggak."

Sebelum April memilih kembali ke dalam sekolah, keyakinan dalam diri Owy membuncah cepat. Owy pun menggenggam lengan April membuat langkahnya terhenti dan menoleh. "Gue bakal mengajukan diri buat ngatain kebenaran tentang Red Blood, gue juga bakal ngasih lo bukti CCTV-nya, pulang sekolah." Lelaki itu mengangkat sebelah alisnya. "Apa itu udah bisa bikin lo percaya, kalau gue bisa diajak bekerja sama?"

🐾🐾🐾

Amarah yang berhasil dipendam Januariz tak benar-benar hilang, perlahan membekas menjadi kebencian dan dendam—hingga ia ingin sekali menghancurkan tembok-tembok sekolah atau mungkin ruangan kepala sekolah yang menurutnya ikut bekerja sama dengan Fedelin. Bayangkan saja, bagaimana perasaannya ketika mengetahui bahwa ayahnya terlibat dalam kasus yang selama ini menjadi pertanyaan dalam benaknya?

Bayangan tentang folder Juli melintas dalam ingatan Januariz, CCTV yang rusak dibagian belakang sekolah dan Juli yang saat ini berada di rumah sakit jiwa. Rasanya, Januariz ingin sekali meneriaki segala pertanyaan itu. 

Langkah kaki Januariz terhenti di depan ruangan kepala sekolah. Pelan-pelan melirik tajam, gumpalan amarah dan berbagai pertanyaan menghujam kepalanya. Ia pun berniat untuk masuk, menggenggam handle pintu dan seketika ditampik oleh April. Januariz tersentak.

"Jan, jangan bertindak sendirian. Kita punya rencana yang lebih baik daripada lo marah-marahin kepala sekolah atau ketua yayasan." April berujar sambil menatap harap pada Januariz yang nyaris saja memutar handle pintu.

Lagi-lagi, April menggagal aksinya, seakan yang bisa dilakukan Januariz hanyalah menyimpan emosi lebih dalam.

"Gue hanya mau tahu, apa kepala sekolah tahu kasus ini dan menutupnya rapat-rapat demi nama baik sekolah? Atau kepala sekolah juga terlibat memperkosa Septria?"

"Itu bukan pertanyaan yang bagus, Jan. Kita jadi nggak bisa bertindak kalau mereka sadar kita udah tahu kasus ini."

"Anak-anak itu rupanya mengkhianati anda, ketua."

Januariz dan April terkesiap saat mendengar suara kepala sekolah yang mendekati pintu. Handle pintu bergerak memutar, sepertinya kepala sekolah berniat untuk keluar dari ruangannya sedangkan keduanya berada tepat di depan pintu. Buru-buru April menarik Januariz, meski dirasanya tubuh lelaki itu tak ingin bergerak sedikit pun, ia tetap bersusah payah menarik pergelangan tangan Januariz membawanya bersembunyi di sebelah tembok ruangan kepala sekolah.

"Baik, saya akan menemuinya." Kemudian, kepala sekolah melangkah menjauhi ruangan.

"Kita harus ngikutin kepala sekolah," lirih Januariz.

"Nggak, Jan. Bentar lagi kelas seni bakal dimulai."

Januariz tak mengindahkan balasan April, ia memilih untuk berjalan sesuai kemauannya, mengikuti langkah kepala sekolah yang menghilang di koridor. April mengembuskan napas kesal ketika melirik arloji, ia khawatir jika membiarkan Januariz sendirian maka rencana yang telah ia dan Owy susun akan sia-sia begitu saja. Tak ada pilihan lain, April pun mengikuti Januariz, membuntuti kepala sekolah, sesekali menarik Januariz yang langkahnya hampir mendekati kepala sekolah.

Rupanya, langkah kepala sekolah membawa keduanya ke ruangan baseball. Suasana di sana sepi, anggota Red Blood biasanya sedang berada di loker untuk menertawai siapa saja yang ada di sana—atau berpura-pura menggunakan topeng mereka disaat pengawasan komnas anak masih berlangsung.

"Jan, lo yakin kita harus masuk?"

"Lagian lo ngapain ngikutin gue? Sana, masuk ke kelas!"

April berdecak. Tak mengikuti seruan Januariz. Lelaki yang masih dengan wajah menyebalkan itu mulai mengendap-endap memasuki ruangan atlet, bersembunyi di antara lemari loker yang berdiri kokoh di pintu masuk dan bangku-bangku panjang di sekitarnya. April masih mengikuti Januariz dengan jantung yang berdegup. Langkah kaki kepala sekolah menjadi satu-satunya suara yang terdengar jelas memantul di telinga mereka, kemudian keduanya terhenti di samping lemari. Sesekali, mengintip untuk melihat apa yang dilakukan kepala sekolah di ruangan ini. 

Tahulah mereka bahwa kepala sekolah mengunjungi kapten baseball JIPS; March Simpkins.

"Kamu pikir, kamu bisa mengkhianati ketua yayasan, huh?"

"Saya tidak mengkhianati beliau, pak. Saya hanya melakukan barter kepada Juni dan Owy."

"Barter?"

"Ya, barter dengan video itu. Saya mengatakan pada mereka bahwa video itu akan tersebar atau Juni harus menentang April dengan menutup kasus bullying yang tersebar di sekolah. Saya pikir tawaran itu cukup baik, bukan?"

Derai tawa kepala sekolah mulai menggelegar. 

Baik April dan Januariz, keduanya menajamkan indra pendengaran sebaik mungkin. Tak ingin melewatkan apa pun yang mereka dengar. Setidaknya, April paham apa yang mereka bicarakan—tentu saja tak jauh-jauh dari kejadian yang terjadi pagi ini di koridor sekolah di mana March telah mengatakan fakta tentang ketua yayasan.

Plak!

Berikutnya, kepala sekolah melayangkan tamparan pada pipi kiri March Simpkins. Perlahan wajah lelaki itu mulai memerah.

"Kenapa kamu meneror Juli? Kenapa kamu mengirimkannya video-video itu? Kamu membuat keadaan ini bertambah kacau, March!" seru kepala sekolah dengan kilatan bola mata yang menajam. "Saya sudah membebaskanmu dengan berbuat sesuka hati selama di sekolah agar kamu bisa tutup mulut dengan kejadian itu. Tapi, rupanya kamu hanya ingin melindungi dirimu sendiri! Kamu mengkhianati saya, huh?"

March memegangi pipinya yang memerah, terkekeh seraya meremehkan. "Tidakkah bapak berpikir bahwa saya melindungi sekolah? Kasus tentang Septria tak pernah dibahas, hanya ada bullying yang dibahas oleh setiap masyarakat. Artinya, sekolah harus menutup kasus bullying terlebih dahulu, bukan? Jangan khawatir tentang video itu, pak. Saya sudah memastikan bahwa Owy tak mempunyai video itu lagi."

Setelah mendengar pembahasan itu, Januariz merasa jenuh.

March sengaja mengirimkan video itu kepada Juli untuk membuat kondisi psikisnya parah, lalu sekolah bisa mengambil keuntungan dengan menutup bullying yang beredar di masyarakat melalui kabarnya yang tercatat "gila". Namun, karena April tertangkap dalam CCTV bersama Juli di toilet wanita, sekolah pun mengambil keuntungan kedua dengan menuduh April yang mencelakai Juli. Semua itu semata-mata dilakukan hanya untuk melindungi bullying yang disebabkan satu orang.

March Simpkins.

"Pril, kita harus pergi sekarang." Seruan Januariz membuyarkan lamunan April, gadis yang masih berkelana dengan pikirannya itu menoleh saat menyadari bahwa Januariz terpaku pada kemera pengintai yang mengarah pada keduanya.

Mereka pun bergegas pergi dengan langkah yang sangat berhati-hati, mengendap-endap di setiap lemari loker dan napas yang berembus pelan.

Setelah berhasil meloloskan diri, keduanya hening—memikirkan banyak hal termasuk rencana yang akan mereka jalankan setelah ini. April tak banyak berkata apa pun lagi, melihat ke arah Januariz yang juga diam dengan tatapan tajam lurus ke depan, yang ia tahu saat ini—ketua yayasan pasti telah mengintai mereka—dan April masuk terlalu jauh dalam banyak ancaman.

🐾

🐾

Continuă lectura

O să-ți placă și

I'M BACK De Call Me Wii❣

Ficțiune adolescenți

208K 27.3K 41
Stefan adalah seorang playboy ulung, dia memacari karyawan part timenya lalu mendekati wanita lain. Suatu hari Adik Perempuannya dibunuh oleh sang pa...
Be Happy! ✔️ De sei

Ficțiune adolescenți

37.6K 7.2K 55
[COMPLETE] Apa jadinya jika 4 orang berbeda karakter menjadi sahabat? Senja, si Pendiam yang dijuluki poker face. Helen sang it girl! yang diidamka...
Fortiden De ping

Ficțiune adolescenți

224K 20.1K 22
Cek akun wattpad @grasindostoryinc untuk cerita yang lebih lengkap! *** Hidup Aileen benar-benar mengalami perubahan total sejak ayahnya terpidana se...
S E L E C T E D De mongmong09

Polițiste / Thriller

311K 16.4K 30
Tentang obsesi seorang pria misterius terhadap seorang gadis yang menolongnya. ---------------------------------------------------- Raina Karlova, se...