Be My Miracle Love [End] βœ”

By senoadhi97

56.4K 9.9K 15.3K

Wajah berjerawat, berotak biasa saja dan tidak memiliki kelebihan apa pun selain gemar mengoleksi uang receh... More

Eps.1 - Prince Charming
Eps.2 - My Enemy Brother
Eps.3 - Siap Bertemu Kembali
Eps.4 - Who Is Him?
Eps.5 - My Teacher Is Handsome
Eps.6 - Me vs Cowok Trouble Maker
Eps.7 - Awal Dekat Dengannya
Eps.8 - Ribuan Detik Bersamamu
Eps.9 - My Annoying Father
Eps.11 - Hari Balas Dendam
Eps.12 - Janjian
Eps.13 - Dibully Geng Syantik
Eps.14 - Orion : Mianhae
Eps.15 - Aku dan Dewi Fortuna
Eps.16 - Heartbeat
Eps.17 - Sahabat Bikin Kecewa
Eps.18 - Orion Pansos?
Eps.19 - FUTSAL
Eps.20 - Teman Baru
Eps.21 - Live Drama
Eps.22 - Surat Untuk Dia
Eps.23 - Broken Heart
Eps.24 - Hangout
Eps.25 - Night Together
Eps.26 - He Is Shoot Me Now
Eps.27 - Bertengkar di Toilet
Eps.28 - Momen Manis
Eps.29 - After 'I Love You'
Eps.30 - Permen In Love
Eps.31 - Benci Untuk Mencinta
Eps.32 - Be Mine
Eps.33 - It This Love
Eps.34 - Dia dan Langit Senja
Eps.35 - Good Bye
Eps.36 - Romeo Juliet
Eps.37 - Thank You, Dear
Eps.Special - Break Story
Eps.38 - Berpisah
Eps.39 - Sebuah Syarat
Eps.40 - Tunangan Pak Arnold
Eps.41 - Harusnya Memang Bukan Aku
Eps.42 - Buket Bunga
Eps.43 - Pengagum Rahasia
Eps.44 - Sama-Sama Jealous
Eps.45 - Penculikan
Eps.46 - Fake Boy
Eps.47 - Titik Terang Kala Hujan
Eps.48 - Karma Pasti Berlaku
Eps.49 - Hasrat
Eps.50 - Tarik Ulur
Eps.51 - Memilikimu Seutuhnya
Eps.52 - Panggung Pelaminan (Epilog)
Episode Special Valentine - 14 Februari
Cuplikan dan Promo Sekuel

Eps.10 - Crazy Boy

1.1K 257 257
By senoadhi97

"Ayo masuk ke dalam dululah, duduk-duduk santai sembari ngopi."

Aku menatap Arraja cemas. Berharap Arraja akan menolak tawaran Papa yang sok ramah itu. Arraja menyeringai jahil sebelum berdeham pelan.

"Terima kasih atas tawarannya, Om. Tapi saya mau langsung pulang aja. Banyak tugas yang harus dikerjakan." Arraja benar-benar pandai bersandiwara.

Oke, mungkin itu merupakan hal baik lantaran Arraja sudah bersikap sopan terhadap Papa. Tapi yang patut digarisbawahi adalah kebohongan yang mengatakan bahwa dia akan mengerjakan tugas yang banyak. Astaga, aku ingat untuk saat ini belum ada tugas sama sekali. Kecuali aku yang mendapat tugas khusus dari Pak Arnold. Mendadak aku jadi teringat harus cepat-cepat mempersiapkan segala sesuatunya mengenai makalahku.

"Yah sayang sekali ya. Lain kali boleh kok main ke sini lagi." Papa menepuk bahu Arraja dengan akrab, membuatku tertegun sejenak.

Arraja tertawa pelan. "Baik, Om. Kalau begitu ... saya pamit dulu." Arraja meraih punggung tangan Papa dan menciumnya dengan khidmat. Benar-benar raja jahil bermuka dua!

Aku memberi tatapan maut ke arah Arraja, sebelum cowok itu naik ke atas motornya. Arraja hanya membalas dengan seringai tipis.

"Duluan ya, Ay. Makasih titipannya." Arraja mengenakan helmnya.

Sementara aku justru sedang menahan diri agar tidak berteriak tepat di depan wajahnya. Titipan? Apanya yang titipan? Aku baru saja diperbudak.

Aku melirik Papa yang tidak peka sama sekali akan kondisi anaknya ini. Papa jelas tidak tahu bahwa cowok yang baru saja bersikap sok manis adalah musuh abadiku, orang yang suka mem-bully-ku.

Setelah Arraja menyalakan motornya, cowok itu melambaikan tangan sembari mengucap, "Assalamualaikum, Om."

"Waalaikumsalam." Papa menjawab senang. "Hati-hati di jalan!"

Arraja mengangguk, tersenyum licik di balik helm-nya. Aku bisa melihat itu.

Tanpa menunggu Arraja pergi, aku mengentakkan kaki kesal dan segera melesat ke dalam rumah. Membiarkan Papa yang masih dengan setia menunggu Arraja menghilang di balik tikungan.

"Papa sok akrab banget sih sama dia?" Aku mengambil sebotol air dingin dari kulkas untuk mengusir rasa kering di tenggorokan lantaran menahan geram setengah mati.

Papa yang baru saja masuk dan duduk di samping Mama melipatkan dahi heran. "Loh ... memangnya Papa salah beramah-tamah sama teman cowok kamu?"

Aku duduk di sofa lain yang cukup berjauhan dengan mereka, sembari menenggak minuman. "Ya nggak salah sih Pa ...," kataku sambil mengusap bibir.

"Kali aja dia naksir sama kamu."

Perkataan Papa berhasil membuatku nyaris mengeluarkan cairan yang baru saja masuk ke dalam tubuh. Arraja naksir aku? Itu adalah salah satu hal yang sangat tidak mungkin terjadi.

"Papa ngaco deh." Aku bergidik ngeri, membayangkan jika Arraja yang menjadi keajaiban cintaku kelak.

"Memang siapa sih Pa yang barusan ke sini? Cowok? Kok tumben? Kenapa nggak disuruh masuk?" Mama jadi ikut-ikutan kepo. Tatapannya beralih ke arahku dengan curiga.

"Dia bilang sih temen sekelasnya Ayya, Mah." Papa menjawab.

"Palingan juga ada maunya, Pa, Ma. Mana mungkin sih, seorang Ayya diapelin cowok?"

Aku tidak tahu sejak kapan Ravenza sedang duduk di meja makan sambil menikmati sosis goreng yang aromanya cukup menggiurkan.

"Eh nggak usah ikut campur deh lo, dasar jailangkung! Datang nggak diundang, pulang nggak diantar," jawabku sengit. Lantas melempar bantal sofa ke arah Ravenza yang tergelak bahagia lantaran sasaranku tidak tepat mengenainya.

"Tapi Papa mau jujur nih ya. Si Arraja itu tipe-tipe calon menantu idaman Papa lah. Dia anaknya sopan tapi cenderung santai. Kalau kata anak jaman sekarang, so fun dan santuy." Papa menatapku dengan cengiran lebar.

Astaga, aku sangat berharap dari lubuk hati bahwa perkataan Papa hanya gurauan semata.

"Wah serius, Pa?" Ravenza menyahut sangsi.

"Masa sih, Pa?" Mama menimpali.

Papa mengangguk mantap, membuatku menganga tak percaya.

"Apa-apaan sih, Pa? Ngomongin mantu segala. Aku, kan, masih sekolah. Perjalananku masih panjang." Hatiku tidak terima dengan pilihan hati Papa.

Papa mengedikkan bahu tak acuh. "Ya nggak masalah dong. Lagian nih ya ... teman-teman seangkatan Papa udah pada punya cucu. Tinggal Papa doang yang belum." Papa terkekeh di ujung sana. Seandainya dia bukan orangtuaku, sudah pasti aku tak segan-segan mencekik lehernya itu.

"Itu sih Papa aja yang nikahnya telat," sahut Ravenza, membuatku manggut-manggut dengan mantap. Kali ini aku setuju dengan adikku.

"Yah ... Papa, kan, harus berjuang dulu demi dapatin hati Mama kalian," sahut Papa serius.

Aku mencibir terang-terangan, tak suka dengan topik obrolan malam ini.

"Papa memang gengsian dari dulu ya." Ravenza geleng-geleng kepala, lantas beranjak menuju dapur.

"Rave!" Seru Mama membuat langkah Ravenza terhenti. "Kamu nggak sadar? Kamu juga gengsian. Mulai sekarang kamu jangan terlalu sering main ke rumah Veranda, nggak enak sama orangtuanya."

Dalam hati aku tertawa puas melihat ekspresi Ravenza yang mendadak menekuk wajahnya.

"Loh memangnya-"

"Memangnya selama kamu main ke rumah Veranda kamu dapat apa?" Papa menghentikan ucapan adikku itu.

Ravenza meletakkan kembali piring di meja makan, lantas berjalan mendekati Papa dan Mama. "Pa, Ma ... Ravenza udah dapat izin kok dari orangtuanya Veranda. Ayahnya baik sama aku."

Merasa malas mendengarkan rajukan Ravenza, aku memutuskan untuk melesat ke kamar.

"Makanya ... nggak usah sok-sokan." Aku berbisik di telinga Ravenza sebelum berlari menuju tangga.

"Terserah kamu. Tapi saran Mama dikurangin saja kamu main ke sana."

Sayup-sayup aku masih mendengar suara Mama. Menutup pintu kamar, aku segera mengecek ponsel yang sedari tadi kuabaikan di atas ranjang. Ada pesan dari Orion yang sontak membuat pipiku memanas. Namun sedetik kemudian aku tersadar. Apa aku sudah jatuh cinta kepada Orion? Lalu bagaimana dengan Pak Arnold sang pangeran berkuda putih? Pesona pertamanya masih melekat di separuh hatiku yang lain.

***

Sesuai anjuran Papa, hari ini aku ke sekolah mengenakan sepatu baru. Karena menurut ancaman beliau jika aku tak mau memakainya, maka sepatuku yang rusak namun masih layak pakai itu akan bernasib malang tergeletak di tempat sampah.

Sepanjang jam sebelum istirahat, aku sempat melihat Arraja yang kini tampil dengan celana barunya itu. Aku merengut sebal ketika pandangan kami bertemu di koridor saat bel istirahat berdentang.

"Gaes, kalian ke kantin duluan gih, gue mau ke toilet bentar," kataku sambil menatap ketiga temanku bergantian.

"Lo nggak butuh diantar? Prinsip cewek, kan, kalau ke toilet minimal harus berdua." Vinny menatapku curiga.

Decha dan Erin sontak mengangguk setuju. "Betul tuh kata Vinny, jangan-jangan lo mau bohong ya sama kita?" tuduh Decha, memicingkan mata.

Memang benar, sejatinya aku tidak berniat untuk ke toilet. Aku hanya ingin mengikuti ke mana arah Arraja dan teman-temannya itu berjalan selain ke arah kantin. Sekaligus ingin mencari ide untuk aksi balas dendamku terhadap raja jail titisan neraka itu.

Aku menepuk jidat frustrasi. "Kok kalian nggak percaya sih?"

"Ya jelaslah ... lo tuh mencurigakan, Ay," tukas Erin.

"Mencurigakan gimana? Udah ah gue udah nggak tahan. Bye ...." Tanpa berpikir mencari alasan lain, aku segera melesat cepat meninggalkan mereka.

Setelah berjalan ke tempat mencurigakan seperti area belakang sekolah, ternyata usahaku sia-sia. Jejak Arraja dan teman-temannya menghilang dari pandangan. Mereka tidak terlihat di mana pun dan tidak terlihat sedang melakukan hal mencurigakan. Sialan, aku menendang botol minuman bekas di lantai dan tanpa sengaja mengenai kepala seseorang.

"Woy!"

Aku memejamkan mata sesaat. Merutuki diri dalam hati. Berusaha tak menghiraukan seruannya, aku hendak berbalik arah ketika cowok tersebut berlari dan segera menahan lenganku.

"Heh ... maksud lo apa nimpuk gue pakai sampah?" desis Bryan menatapku tajam.

Aku mendengus dan berusaha melepaskan cekalan tangannya yang erat. Dan untung saja berhasil. "Duh, nggak usah pegang-pegang dong! Lagian gue nggak sengaja juga."

"Nggak sengaja lo bilang?" Bryan tertawa sinis. "Gue tahu palingan lo cuma modus doang, kan, buat nyari perhatian ke gue?"

Aku sudah menganga parah. Gila, ini benar-benar cowok gila dengan tingkat kepercayaan diri yang super tinggi.

Kemudian cepat-cepat aku memasang sikap sombong dengan menyilangkan tangan di depan dada untuk menunjukkan bahwa aku adalah seniornya.

"Triple o em ji ... lo terlalu over percaya diri. Siapa juga yang-"

"Ya karena gue tahu lo naksir sama gue." Bryan menghentikan ucapanku, menambah setitik rasa kesal yang berusaha kutahan. Ya Tuhan, kenapa hidupku penuh dengan orang-orang menyebalkan?

"Dih enggak ya!"

"Masih nggak mau ngaku lo? Hmm ...?" Bryan bersedekap, memasang ekspresi angkuh.

Sepertinya penilaian Erin mengenai sifat Bryan yang dibilang cuek dan dingin adalah salah besar. Orang yang memiliki sikap demikian cenderung cool dan bikin penasaran. Namun alih-alih keren, justru cowok rese ini masuk kategori cowok gila di kamusku.

"Dih ... ngaku apaan sih?" Aku menatap Bryan dengan judes.

Bryan tersenyum sinis. "Ya ngaku kalau lo naksir sama gue? Tapi sayangnya gengsi lo tinggi."

Aku melotot demi mendengar penuturannya. Gemas harus menanggapi seperti apa lagi, atau menyangkal dengan cara apa lagi. Cowok gila ini sontak menambah daftar orang menyebalkan di kehidupanku.

"Tapi maaf deh. Gue ... nggak suka balik sama lo," lanjut Bryan, mendekatkan tubuhnya ke arahku.

"Yee ... sinting banget lo. Nggak usah mimpi!" tukasku cepat. Kemudian dengan kasar, aku mendorong tubuh Bryan yang gemuk itu sekuat tenaga. Namun rasanya tak ada energi dari tubuhku sendiri sampai-sampai justru akulah yang jatuh terjerembab ke lantai. Rasa sakit segera menjalar pada lengan dan lututku. Belum lagi lalu lalang anak-anak di sekitar menertawakan nasib malangku itu.

Bryan mendesis sebelum berpaling langkah dengan gaya mengeluarkan ponsel dari saku celana.

"Awas aja lo!" geramku, segera bangkit dan memutuskan untuk menyusul teman-teman ke kantin.

***

TBC...

Terima kasih untuk kalian yang sudah meramaikan kisah Ayya dengan cara ★ dan 💬

08 Juni 2020

Continue Reading

You'll Also Like

503K 37.7K 44
"Seru juga. Udah selesai dramanya, sayang?" "You look so scared, baby. What's going on?" "Hai, Lui. Finally, we meet, yeah." "Calm down, L. Mereka cu...
7.3K 840 32
[MAMPIR KUY PRAMEL STANπŸ€— cerita halu] ".. Mimpi itu datang lagi" Menjelang ulang tahun yang ke 17, Melati Olivia Atmaja sering didatangi mimpi yang...
1.2M 72.7K 35
Agatha Kayshafa. Dijadikan bahan taruhan oleh sepupunya sendiri dengan seorang laki-laki yang memenangkan balapan mobil malam itu. Pradeepa Theodore...
1K 184 31
[ ONGOING ] -Cavendish from One Piece "Demi apapun kenapa lo sensi banget sama gue?" *** Mulai: Rabu, 03 Agustus 2022 Selesai: *** One Piece milik Ei...