Seamless (TERBIT)

By meydiy

391K 54.7K 45.6K

*** PEMENANG WATTYS 2021 *** (SUDAH TERBIT DI PENERBIT OLYMPUS) CONTENT WARNING!!! Selamat Datang di JIPS; se... More

Prolog
1. Januariz
2. Stranger
3. Tribunnews
4. March
5. April
6. Kesukaan Tomori
7. Lomba
8. Juni Stanley
9. Ulang Tahun Juli
10. Boneka JIPS
11. August
12. Jangan Takut
13. Bertemu Lagi
14. Yue
15. Novesh
16. Realita
17. Dugaan
18. Mencari Jawaban
19. Sebuah Harapan
20. Tim April
21. Red Blood Yang Buruk
22. Reaksi
23. Larangan
24. Bermuka Dua
25. Rahasia Antara Mereka
26. Ada Apa Dengan Juli?
27. Pembunuh
28. Panic Room
29. Runtuh
30. Disalahkan
31. Sedikit Cerita
32. Peneror
33. Kenyataan
34. Bergabung di Tim April
35. Kesialan
37. Kesalahan Yang Sama
38. Bahaya!
39. Satu Hal Lagi
40. Hangat
41. Mengungkapkan Kebenaran
42. Lingkungan Baru
43. Bermula
INFO TERBIT
INFO TERBIT (2)
VOTE COVER
INFO TERBIT (3)
TERBIT!
OPEN PRE-ORDER !

36. Berantakan

4.4K 961 678
By meydiy

Rumah sakit jiwa hari ini lumayan ramai. 

Juni mengeratkan kacamata, beriringan dengan Owy Rener yang memandang perkumpulan wanita paruh baya dengan rambut acak-acakan di ujung lorong. Sekumpulan wanita itu bertepuk tangan dengan wajah ceria ketika melihat kehadiran Juni yang tampak rupawan di lorong rumah sakit. Mungkin saja dalam bayang-bayang mereka, Juni seperti seorang wanita yang sedang mengikuti kontes busana di mana ia menjadi seorang modelnya dan sedang memasuki panggung. 

Kenyataannya, mereka berada di rumah sakit jiwa di mana terisi banyak orang dengan masalah yang sama; gangguan mental. 

Setelah menghampiri resepsionis, keduanya duduk sebentar di ruang tunggu, berusaha bersikap normal kala mendengar seorang gadis berteriak-teriak ingin menikah di taman yang tak jauh dari tempat mereka duduk.

Juni sedang memikirkan keputusan apa yang bisa ia ambil sebelum hari berganti malam. Keputusan untuk mengambil tawaran March Simpkins atau ... tenggelam dengan kabar adiknya yang menjadi seorang pembunuh.

"Kenapa Juli terlibat, Owy?" tanya Juni.

Owy menatap, tak menjawab.

"Apa lo yakin Juli juga korban? Gimana kalau—kalau itu nggak seperti yang kita pikir? Gimana kalau ternyata Juli dan ketua yayasan punya hubungan khusus."

"Juni, kita harus percaya sama Juli. Juli nggak mungkin seburuk itu," jawab Owy, menenangkan.

Juni pun terdiam setelahnya.

"Gimana dengan orang tua lo? Mereka udah tahu kasus ini?" tanya Owy.

Juni menggeleng. Menurutnya kalaupun orang tua mereka tahu, mereka tak peduli. Jadi tak ada gunanya mengatakan keadaan Juli. 

Owy mengernyit tapi paham apa yang dimaksud gadis itu. Karena orang tua The Stanley ini adalah workholic, bahkan tak tanggung meninggalkan dua anak gadisnya sendirian berbulan-bulan seolah tak peduli dengan mereka.Mungkin yang mereka pikirkan adalah Juni dan Juli sudah besar, mereka bisa mencari uang lewat karir mereka yang gemilang serta teman mereka ada di mana-mana. Jadi, kehadiran orang tua tak dibutuhkan lagi.

"Gue masih banyak kerjaan sama Juli. Tapi, gue harus tunda semua pekerjaan itu nggak tahu sampai kapan. Gue juga nggak yakin bisa nyembunyiin kondisi Juli kayak gini berapa lama."

"Juli bakal cepat sembuh kok, kayak sedia kala."

Juni ingin meyakini itu. Meski sekarang, perasaannya mulai dirasa tidak nyaman. Seperti ada yang menggores hatinya menjadi luka bila mengingat video itu—Juli dan Septria—Septria dan ketua yayasan mereka. Dalam satu waktu, Juni merasa hancur.

"Jawab jujur, Owy. Lo beneran punya bukti itu atau—bukti itu hanya akal-akalan lo aja biar April percaya," tanya Juni, memastikan.

"Kenapa lo jadi nggak percaya?"

"Malam ini kalau gue nggak buat keputusan, March bakal sebarin video Juli. Kenapa? Kenapa dia masih neror Juli? Apa salah Juli ke dia?"

Owy menatap lurus ke depan, menarik napas panjang dan berdehem. Owy menjelaskan kalau dia membuat duplikatnya walaupun sudah membuat perjanjian dengan ketua yayasan untuk menghapus video yang mereka punya. Owy tetap membuat salinan agar suatu hari bisa menebus kesalahannya dan dia tidak dihantui penyesalan walaupun terlambat.

"March juga gitu. Dia bilang udah hapus videonya, tapi ternyata dia malah neror Juli lewat video itu."

"Kenapa dia masih neror Juli? Apa salah Juli ke dia?"

"Itu yang belum gue ngerti sampe sekarang, apa alasan March neror Juli?"

Juni ikut tenggelam dalam kebisuan dari berisiknya kepala akan pertanyaan-pertanyaan tentang Juliana Stanley dan March Simpkins. Apa ada yang mereka lewatkan dalam kasus ini sehingga membuat March meneror Juli?

March Simpkins yang mereka tahu selalu berbuat onar tanpa alasan yang jelas. Membully, mencemooh, membuat orang lain merasa tertekan dan membuat semua orang takut padanya. Juni akan mengerti kalau March melakukan itu tanpa alasan demi membuat Juli ketakutan, tapi apakah masuk akal jika March akan melakukan itu pada orang yang ia suka? Juni jadi tak mengerti dengan jalan pikiran lelaki itu.

"Juli bakal aman, okey? Cukup—yakin kalau Juli bakal aman." Owy meresponnya dengan cepat, berusaha meyakinkan, padahal terlihat jelas bahwa lelaki itu juga mencemaskan hal yang sama.

Juni tak mengeluarkan sepatah kata lagi setelahnya, meski ada banyak pertanyaan yang ingin ia ajukan seperti; ada masalah apa antara Juli dan Septria? Juga apa kaitan mereka dengan ketua yayasan? Kenapa March mempunyai video-video itu? Juni yakin, Owy takkan menjawabnya sekarang. Keduanya menjadi hening, tenggelam dengan isi pikiran masing-masing.

Sampai bunyi langkah tergopoh memusatkan perhatian Juni, keduanya kebingungan menatap seorang suster yang datang menghampiri dengan wajah panik. 

"Pasien Juli tidak berada di kamarnya."

Pernyataan yang keluar dari mulut seorang suster membuat Juni membuka kacamata, menampilkan kedua manik mata yang membesar, terkejut. Sejenak terpaku, menunggu tambahan kalimat yang mungkin akan mengatakan keberadaan Juli di tempat lain, tetapi tidak, hanya ada kepanikan yang terlihat.

"Maksud suster apa?"

Baru saja suster ingin menjawab, Owy berlari menuju kamar Juli, memastikan apa yang diucapkan suster benar atau tidak. 

Ternyata benar, tak ada siapa pun di sana selain troli yang berisi obat-obatan dan selimut yang berantakan. Ke mana gadis itu?

"Gimana bisa kalian lengah dengan orang sakit? Kalian jagain Juli nggak sih? Kalau dia kenapa-kenapa kalian mau tanggung jawab?!" seru Owy. Para petugas medis saling bertatapan, menunjukkan tampang bersalah yang membuat Owy semakin geram dan mengusap dahinya kasar.

Beberapa detik kemudian, suster pengawas Juli berlari memasuki ruangan dengan napas yang tersengal. Wajahnya pucat pasi, bibirnya bergetar ketakutan dengan mata yang melotot tajam terutama menyadari bahwa Juni dan Owy sedang memarahi petugas medis di ruangannya. 

"Pasien Juli, dia—dia..."

Juni mengernyit saat suster tersebut berbicara dengan nada yang tersendat, menghasilkan ketidak jelasan. Namun, Juni dapat merasakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres terjadi kepada adiknya, lantas ia pun maju selangkah mendekati suster dan berteriak. 

"Apa yang terjadi dengan Juli?!" Suster menelan saliva dengan susah payah. Belum juga mampu menjawab pertanyaan itu. "Di mana adik saya?!"

"To—toilet." 

Hanya itu yang diucapkan suster. 

Tanpa banyak pikir, Juni berlari keluar dari ruangan disusul oleh Owy. Tersisa para petugas medis yang kebingungan dan segera bertanya-tanya apa yang terjadi dengan Juli melalui suster pengawas yang tampak pucat itu. 

Panik. 

Juni berlari panik, berharap bahwa apa yang ia takutkan tidak sesuai dengan kenyataan. Mengapa suster itu terlihat pucat? Mengapa hanya satu pertanyaan yang dijawabnya—seakan suster itu ingin Juni dan Owy melihat sendiri keadaan Juli. Apa jangan-jangan dia—

Setelah berada di toilet, Juni tercengang saat toilet sudah ramai akan petugas medis. Dia menerobos keramaian itu dan melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau Juli sedang diangkat ke brankar. Juli, adiknya yang malang itu kelihatan seperti tidur—dengan warna kulit yang memucat. Bibirnya pun biru serta rambutnya basah.

"No, please. Juli?"

Juni melangkah dengan cepat, tangannya bergerak menyentuh tubuh Juli. Terasa dingin dan kaku. Juni ingin mengamuk, tapi para petugas medis menahannya agar tidak menghalangi mereka membawa Juli. Bagaimanapun, gadis itu masih punya harapan walaupun tak yakin juga karena denyut nadinya tak berjalan lagi.

"Please! Please bantu Juli!" Juni mulai histeris, teriakannya menggema di lorong rumah sakit. Menyisakan kekhawatiran dari masing-masing mereka.

🐾🐾🐾

Hari ini, segala hal terlihat kacau. 

Apa yang diucapkan March Simpkins saat di sekolah benar-benar menusuk pikiran Januariz. Duduk di atas kasurnya, menyandarkan tubuh di bedhead sembari memejamkan mata. Menikmati perasaan gundah gulana yang semula datang dari kenyataan-kenyataan tentang ayahnya; yang menelantarkan anak kandung dari hasil pernikahan pertama dan menjadi seorang ketua yayasan yang memperkosa murid di sekolahnya.

Januariz tak benar-benar bisa meredakan amarahnya mengetahui bahwa ayahnya adalah bajingan terbesar bukan hanya dalam hidupnya, tapi juga dalam hidup orang lain. Bagaimana bisa seorang ketua yayasan yang tampak gagah nan berwibawa itu menjadi seorang pemerkosa?

Memalukan. Januariz tak tahu lagi seberapa besar perasaan malu itu memenuhi dirinya. Sejak dulu, Januariz tak pernah merasa hidup dengan tenang mengetahui ayahnya sejahat itu.

Pria gila!

Folder bertuliskan Juli yang Januariz lihat di laptop Fedelin kemarin muncul dalam ingatannya. Ya. Folder itu pasti berisi sosok Juli yang ia kenal. Juliana Stanley. Januariz pun membuka pintu kerja Fedelin pada saat jam makan malam. Melakukannya dengan cepat untuk mencari tahu apa yang terjadi dengan Juli dan video apa yang ada di sana. Semula Januariz tak menemukan folder itu lagi karena mungkin Fedelin sudah menghapusnya.

Namun, Januariz tak lupa untuk mengecek Recycle Bin di mana semua file terhapus masih ada di berkas itu. Jadi ia mengarahkan kursor ke sana dan membukanya.

Alangkah terkejutnya Januariz melihat isi folder itu adalah beberapa folder Juli tanpa busana. Video tak senonoh yang mungkin dilakukan Juli seorang diri. Januariz tak ingin melihatnya lebih lanjut karena ia tubuhnya mendadak membeku.

Apa-apaan ini? Sebejat itukah Fedelin William menyimpan video muridnya sendiri?

Sial!

Januariz tak dapat menahan amarahnya. Semakin mengepalkan tangan, semakin besar perasaan marahnya pada Fedelin. Jenis pria cabul macam apa ayahnya ini yang bahkan menyimpan video muridnya seperti itu?

Bangsat! Biadab!

Untuk yang pertama kalinya, kata itu dirasa pantas diberikan pada Fedelin. Ya. Pria itu pantas mendapat julukan bangsat, biadab, pria cabul dan julukan buruk lainnya. Tak bisa dibiarkan lagi. Fedelin harus menerima hukumannya.

"Apa yang kamu lakukan di sini, Ariz?"

Januariz tertegun mendengar suara itu. Ia langsung menegakkan tubuh yang gemetar, mengepalkan tangan dengan air muka yang merah padam.

"Keparat! Seburuk itu yah jadi manusia sampe harus lecehin murid sendiri?"

Fedelin terpaku mendengar itu. Menyipitkan matanya dan maju selangkah mendekati Januariz.

"Malu-maluin! Ayah gila! Berhenti aja jadi ketua yayasan! Jabatan ayah itu nggak ada gunanya!"

"Berhenti bicara ...,"

"Ayah nggak pantas ada di sini!"

"Aku bilang berhenti bicara!"

Januariz menggeser benda-benda yang ada di meja. Beberapa dokumen bahkan bingkai foto membentur ubin, bahkan segelas kopi yang sudah dingin pun ikut tumpah, berserakan di sana.

Terdengar langkah kaki mendekat ke arah mereka yang diyakini Januariz pasti Tania. Fedelin melotot ke arahnya dan berdecih.

"Tutup mulut kamu mulai sekarang, Ariz. Kalau kamu membicarakannya lagi di hadapan Tania, kamu akan lihat bunda kamu itu pergi selama-lamanya."

Januariz terpaku di tempatnya.

"Pah, kamu nggak apa-apa? Aku masuk yah?" seru Tania dari luar.

Fedelin kembali berbisik di hadapan Januariz.

"Bukan hanya Tania, tapi Oktof, sahabat kamu dan juga April—akan pergi dengan cara yang paling pedih."

Ketika Tania membuka pintu, Fedelin sudah menegakkan kembali tubuhnya dengan raut puas.

"Kalian—apa-apaan ini?"

"Tania ..., kamu harus persiapkan semua barang-barang Ariz sekarang."

Tania sontak terkejut mendengar perintah itu. Bertanya kenapa, apa alasan yang tepat hingga membuat barang-barang Januariz harus segera dipersiapkan dan Fedelin memberi jawaban kalau Januariz akan segera pindah ke luar negeri sekarang juga.

Sementara itu, Januariz masih stagnan dengan manik mata yang bergetar. Baru saja sadar kalau dia berhadapan dengan ayahnya yang tak pernah ia kenali. Pria ini benar-benar ... tidak waras!

🐾

🐾

Continue Reading

You'll Also Like

111K 15.4K 32
𝐁𝐚𝐠𝐢𝐚𝐧 𝐊𝐞𝐝𝐮𝐚 𝐍𝐀𝐓𝐀 : 𝐓𝐞𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐚𝐤𝐮, 𝐤𝐚𝐦𝐮 𝐝𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐧𝐝𝐮 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐞𝐫𝐬𝐞𝐫𝐞𝐭 𝐰𝐚𝐤𝐭𝐮. (Boleh dibaca terpisah ta...
55.3K 4.7K 46
Kedatangan Andara Lexania dalam kehidupan Ali, sangatlah tidak terduga dan tidak dapat dihindari. Segala tingkah konyol dan nekatnya, Andara berhasil...
745 226 24
"Gue boleh izin jatuh cinta?" "Jatuh cinta kan, nggak perlu izin. Kita bebas mencintai siapa pun." © 2022 all rights reserved by nsyana2512
1.4M 142K 54
Dari 5.000 murid Hanya 50 yang lulus Di saat puluhan ribu orang harus mengikuti ujian masuk dengan persentase kelulusan di bawah 19%, Alexandra Jane...