Seamless (TERBIT)

By meydiy

390K 54.6K 45.6K

*** PEMENANG WATTYS 2021 *** (SUDAH TERBIT DI PENERBIT OLYMPUS) CONTENT WARNING!!! Selamat Datang di JIPS; se... More

Prolog
1. Januariz
2. Stranger
3. Tribunnews
4. March
5. April
6. Kesukaan Tomori
7. Lomba
8. Juni Stanley
9. Ulang Tahun Juli
10. Boneka JIPS
11. August
12. Jangan Takut
13. Bertemu Lagi
14. Yue
15. Novesh
16. Realita
17. Dugaan
18. Mencari Jawaban
19. Sebuah Harapan
21. Red Blood Yang Buruk
22. Reaksi
23. Larangan
24. Bermuka Dua
25. Rahasia Antara Mereka
26. Ada Apa Dengan Juli?
27. Pembunuh
28. Panic Room
29. Runtuh
30. Disalahkan
31. Sedikit Cerita
32. Peneror
33. Kenyataan
34. Bergabung di Tim April
35. Kesialan
36. Berantakan
37. Kesalahan Yang Sama
38. Bahaya!
39. Satu Hal Lagi
40. Hangat
41. Mengungkapkan Kebenaran
42. Lingkungan Baru
43. Bermula
INFO TERBIT
INFO TERBIT (2)
VOTE COVER
INFO TERBIT (3)
TERBIT!
OPEN PRE-ORDER !

20. Tim April

4.9K 1.1K 921
By meydiy

Cerita akan selalu mengandung pembahasan yang sensitif, banyak menyinggung kekerasan mental/fisik dan lembaga yang berwajib. Mohon untuk bijak dalam membaca karena ini hanya cerita:)

🐾

Setelah meminta dipertemukan dengan March dan orang-orang yang pernah dibully olehnya, ruangan kepala sekolah saat ini sudah ditambah dengan kehadiran March, Oktof, Tomori dan August. March berada di bagian dekat dengan Pak Toni sedangkan April, dan tiga lainnya berhadapan dengan jarak lima meter di hadapan Pak Toni dan March.

Agaknya, March akan kalah hari ini. Ia mulai tersudutkan dengan sebuah kertas print out yang memuat hasil tulisan April dalam situs tribunnews beberapa bulan yang lalu dan gambar dirinya yang menumpahkan sebotol air minum di kepala Oktof. March melirik April dengan lirikan tajam sementara gadis itu cuek bebek, ia malah memasang tampang puas penuh kemenangan.

Pertanyaan pertama diajukan kepada Oktof, lelaki yang diduga berada dalam gambar tersebut. Ia diminta untuk menjelaskan perlakuan March dari awal hingga akhir.

"Entahlah, saya tidak merasa melakukan kesalahan. Tapi dia selalu mengolok-olokan asal Negara saya dan bahkan mengerjai saya di cafetaria," jawab Oktof. Sengaja menekankan kata 'dia' sambil menatap tajam ke arah March. Di ruangan yang penuh aura dingin nan canggung ini, March dan Oktof bersipandang, beradu tatapan tertajam hingga akhirnya March memilih untuk mengakhirinya dengan berdecih.

"Dan ... Tomori Mizaki?" Pak Toni memanggil Tomori, meminta penjelasan selanjutnya dari gadis yang tengah memegang jari telunjuknya gugup. Padahal, April sudah berusaha meyakinkan sahabatnya itu bahwa mereka akan baik-baik saja. Tak perlu khawatir.

"Dia—juga melakukan hal yang sama, pak. Menumpahkan sisa makanan saat di cafetaria," jawab Tomori kali ini tanpa melirik siapapun.

"Itu kan salah lo, lo sendiri yang numpahin makanan lo ke sepatu—"

Pak Toni segera mengisyaratkan March agar diam. Beliau menginterupsi dengan telapak tangan menunjuk ke arah lelaki itu. March pun langsung berdecih dengan wajah kesal.

"August Jonas?" Pak Toni segera melanjutkan dengan melirik seorang lelaki bertubuh mungil yang ada di samping Tomori.

April merasa lega melihat August. Kali ini ia sudah berhasil menepati janjinya kepada lelaki itu. Walaupun berimbas pada beasiswanya yang akan lenyap beberapa saat lagi, tapi usahanya selama ini tidak sia-sia. Terbayarkan dengan kedatangan Komnas Anak yang datang bagai malaikat di JIPS. Tatapan April menaruh harapan penuh kepada August yang saat ini sedang bermandikan keringat dingin, berharap bahwa lelaki itu tak perlu takut lagi sekarang.

"Tidak, pak. Mereka berbohong. March—tidak pernah melakukan pembullyan. Dia—selalu baik kepada saya..."

Sontak, April, Tomori dan Oktof terbelalak mendengar jawaban dari August. Apa-apaan itu? Selalu baik? Padahal ia selalu mendapat perlakuan yang sangat tidak pantas dari March. Mencengkram seragamnya, berteriak kata 'autis' di depan umum dan bahkan menjegal jalannya saat di cafetaria, semua itu sudah cukup dikatakan sebagai pembullyan. Bisa-bisanya ia menyembunyikan kenyataan pahit mengenai March tanpa alasan yang jelas.

April tidak menyangka jika August akan menyerah begitu saja. Jelas-jelas mereka sudah berhadapan dengan Komnas Anak yang sudah dipastikan akan menolong mereka, tapi kenapa statement yang dikeluarkan August berbeda dari harapan April?

Pak Toni sedikit mengamati raut wajah August, ia menarik napas kasar. "Kamu yakin dengan jawabanmu?"

August mengangguk tanpa ragu. Sementara itu, sudut bibir March tertarik ke atas, jika matanya bisa berbicara pasti ia akan memuji perlakuan August yang sudah membelanya di saat terdesak seperti ini.

"August," lirih April dengan tatapan nanar, tidak percaya. Kenapa? Kenapa kamu berbohong?

Pak Toni memutar tubuhnya menghadap kepala sekolah yang masih setia di tempat dengan lengan yang terlipat ke depan. Tersenyum manis untuk para anggota yang sangat berpengaruh di lingkungan pendidikan ini, berharap introgasi yang dilakukan mereka sudah berakhir.

"Kami tidak tahu apakah mereka bertiga mengatakan kebenaran atau tidak. Tapi, karena permasalahan bullying ini adalah serius, kami sudah memutuskan untuk mendaftarkan Jakarta International Prime School dalam pengawasan dan kami akan berkoordinasi dengan dinas pendidikan selama tiga bulan penuh. Saya rasa itu tidak berat untuk disetujui."

Kepala sekolah terlihat menimang-nimang sebentar. Berpikir apakah itu bisa membawa dampak buruk bagi JIPS di mata masyarakat? Para anggota komnas anak nampak sangat sabar memberikan jeda waktu untuk kepala sekolah berpikir meski mereka sebenarnya terlihat ragu dengan wajah itu.

Demi menyudahi introgasi bersifat dingin ini, kepala sekolah mengangguk.

"Ya, baik. Sepertinya pengawasan itu cukup membantu di lingkungan pendidikan ini agar bapak-bapak sekalian tahu bahwa di JIPS—tak ada pembullyan," ujar bapak kepala sekolah. Pak Toni tersenyum.

"Terima kasih atas kerja samanya, pak. Dan untuk siswa-siswi yang ada di ruangan ini terima kasih atas kerja sama kalian dengan kami hari ini." Pak Toni mengacungkan kertas-kertas yang berisi informasi JIPS ke arah mereka. "Berita ini akan bapak pegang semasa pengawasan JIPS dan bapak berharap penuh atas kebijakan kalian selama masa itu berlangsung..."

Pak Toni langsung berpamitan kepada kepala sekolah dan kepada April, kemudian berlenggang keluar dari ruangan disusul oleh langkah kepala sekolah yang berniat mengantarkan tamunya hingga ke gerbang. March menyeringai puas, ia mengikuti langkah kepala sekolah yang sudah keluar dari ruangan tanpa melirik April, Oktof, Tomori dan August lagi.

Kekalahan terpancar begitu saja dari bola mata April, secercah harapan miliknya seakan pudar begitu saja hanya karena satu jawaban yang berbeda dari August. Berpikir untuk masa pengawasan pun sepertinya takkan berjalan dengan baik karena ia yakin sekali March tidak akan jera hanya dengan pengawasan dari mereka.

Ruangan mulai sepi. Tak ada lagi yang mereka lakukan selain menghela napas kesal. August berbalik, berniat untuk meninggalkan ketiga orang di ruangan kepala sekolah namun dengan cepat Oktof mencegahnya. Lelaki itu tersungut marah dengan menarik kerah seragam August, menatap lelaki mungil itu lekat-lekat.

"Apa-apaan jawaban lo? hah?! Lo bilang March baik sama lo? Lo gila? Lo buta?!" August meringis dengan peluh yang berjatuhan membasahi seragamnya. "Jawab gue!"

"Lepasin!"

"April udah berjuang banyak buat lo, lo tinggal ambil hasilnya! Kenapa lo malah sok-sok'an bilang March baik? Di mana otak lo?!"

"Yue..." Tomori tampak panik, ia berusaha melepaskan cengkraman Oktof yang menempel pada seragam August. Wajah lelaki bertubuh mungil itu tampak merah, entah menahan penyesalan atau menahan emosi.

Oktof pun melepaskan cengkramannya dengan kasar membuat tubuh August terdorong beberapa senti ke belakang. Sedangkan April hanya bisa menjadi patung pajangan sekarang, menonton mereka dengan wajah nanar. Untuk hari ini, ia sudah kalah.

"Gue jujur atau nggak, itu bukan urusan kalian," sahut August, ia memperbaiki seragamnya dengan wajah kesal.

"Bukan urusan kita? Lo sadar nggak sih kalau lo lagi ditolongin? Lo nggak tahu cara berterima kasih?"

"Lo semua munafik! Kalau lo niat nolongin gue, harusnya nolongin gue dari awal! Nggak usah sok baik di depan gue!"

Oktof tidak tahan lagi, jika bisa diizinkan ia ingin sekali meninju wajah August. Mengeluarkan bakat terpendamnya kepada August agar lelaki itu sadar terhadap apa yang ia lakukan. Di bandingkan meluapkan emosinya, Oktof memilih untuk pergi dari ruangan kepala sekolah dengan tangan yang sudah terkepal kuat. Saking kuatnya hingga otot-otot jarinya muncul ke permukaan. Langkah Oktof itu diikuti oleh Tomori, menyisakan April dan August yang masih tersengal.

Perlahan, April mendekati lelaki itu, mencoba menghela napas pendek.

"Lo akan baik-baik aja, kalau lo percaya sama gue, August."

Mendengar teguran dari April membuat wajah kacau August berpaling ke arahnya. 

"Lo nggak ngerti apa pun dari gue!"

"Gue ngerti. Kalau lo bilang kejujuran tentang March, pekerjaan orang tua lo akan lenyap. Iya, kan?" tebak April, sukses membuat August menitikan air matanya. "August, lebih baik kita hidup dengan kejujuran yang menghasilkan keadilan dari pada bertahan dengan banyak kebohongan tapi yang kita dapatkan hanya penyesalan. Seumur hidup."

🐾🐾🐾

"Gimana?"

April menutup pintu loker dengan keras, wajahnya lesu, melirik ke arah Januariz yang ada di sampingnya. 

"JIPS di daftar dalam masa pengawasan KPAI. Padahal gue udah mikir kalau March bakal di rehab dan dapat pendidikan khusus atau sekedar hukuman lain," jawab April. Ia mulai memeluk paketan buku-buku dan berjalan menyusuri lorong-lorong loker menuju kelas seni.

"Ya, dalam pengawasan. Bukannya itu lumayan? Red Blood nggak akan macam-macam lagi setelah ini," sahut Januariz. 

"Gimana kalau Red Blood hanya memasang topeng mereka aja? Mereka nggak akan berubah secepat itu hanya karena JIPS di awasi, Jan." 

"Pril..."

Langkah keduanya terhenti ketika Oktof dan Tomori berjalan mendekati mereka. Beberapa jam setelah kejadian introgasi di ruangan kepala sekolah, mereka memang sempat berpisah—tidak bertemu selama beberapa jam hanya untuk meredam perasaan kecewa mereka terhadap jawaban August.

April tertegun menyadari bahwa panggilan itu berasal dari Oktof. Pada apa yang ia ketahui, lelaki itu sangat ogah mengeluarkan satu kata pun kepada orang asing, pengecualian untuk orang-orang yang ada dalam ruangan kepala sekolah tadi.

"Thanks yah, udah bantuin kita," ujarnya.

Semula April hanya melirik Januariz, lelaki itu mengangguk meminta April untuk merespons sahabatnya. April pun tersenyum. 

"Maaf, belum berhasil buat bikin mereka jera," sahut April, lesu. 

"Setidaknya lo udah berani melapor tentang perbuatan mereka." April hanya berdehem mendengarnya, meski merasa bahwa apa yang ia lakukan masih belum berarti apa pun. "Kalau emang lo butuh bantuan, beritahu gue. Gue juga akan bantu, selama itu bisa memusnahkan March." 

April menahan tawa ketika melihat Oktof berucap dengan wajah yang tersipu malu. Selain berwajah datar, itu adalah ekspresi kedua yang April lihat padanya. Sedangkan Tomori yang ada di belakang hanya bisa tersenyum manis, ia tidak melakukan sesuatu tapi entah kenapa ia merasa bangga mendengar Oktof menawarkan dirinya agar dibutuhkan dalam bantuan apapun. 

Setelah bercengkrama singkat dengan Tomori dan Oktof, mereka berpisah menuju kelas masing-masing. April dan Januariz yang menuju kelas seni sedangkan Tomori dan Oktof menuju kelas Aksara. 

"Kita bakal ada di tim lo kok, Pril," ucap Januariz saat langkah mereka nyaris sampai di kelas seni. 

Mendengar itu, April kembali memasang senyum manisnya. Menyadari bahwa selama ini April memang tak mendapatkan teman yang mau berpihak padanya dalam hal melaporkan kasus pembullyan—selain Januariz, Oktof dan Tomori. Mereka pun sudah cukup membuat semangat dalam diri April kembali berkobar, tak ingin menyerah bahkan beasiswanya yang akan menjadi taruhan nanti.

🐾

🐾

Continue Reading

You'll Also Like

37.6K 7.2K 55
[COMPLETE] Apa jadinya jika 4 orang berbeda karakter menjadi sahabat? Senja, si Pendiam yang dijuluki poker face. Helen sang it girl! yang diidamka...
151K 19.9K 61
[BLURB WELCOME TO CLASS A] Orang bilang Kelas A adalah kelas unggulan yang berisi anak-anak cerdas yang penuh keberuntungan, tetapi pada kenyataannya...
208K 27.3K 41
Stefan adalah seorang playboy ulung, dia memacari karyawan part timenya lalu mendekati wanita lain. Suatu hari Adik Perempuannya dibunuh oleh sang pa...
6.7K 1.2K 11
"Alisa, bahkan setelah tubuhku mati dan menjadi tanah. Perasaanku tetap hidup untukmu. Yang ketika pagi menjadi matahari untuk menemani aktifitasmu d...