Relationship γ€Ž Noren 』

Por kawaiimelo

61K 6.1K 191

Gimana sih lika-liku perjalanan hubungan Noren ini? Mais

⛺️ Ditembak
🌈 Awali pagimu dengan yang manis-manis
πŸŒ„ Rise
πŸŒ‡ Ngambek
πŸŽ‡ Love Confession
πŸŽ‡ Oh, Oh , Siapa dia?
🌠 Camer Masdep
πŸŒ‡ Rumah? SALAH! INI ISTANA!
🌈 Sunday Morning
🎑First Date 🎠
πŸ‘¦ Him and The First Kiss πŸ’‹
🏫 Start
⚠️ Peringatan
‼️ Planning
♨️ Lagi
πŸ†˜ Penolong
Them πŸ‘Ή
πŸ‘» Penyusup
πŸ’€ Sadis
πŸ’€ Molor
😑 Kezel
⏳Time
πŸ’š Love
πŸ“© Haters
☠ Teror
πŸ” Searching
πŸ“Έ Paparazzi
πŸ‘± Her
πŸ‘£ Minggat
🐍 H-2
πŸ’ƒH-1
πŸŽ‰ Festival (1) πŸŽ‰
πŸƒ Festival (2) πŸƒ
😻 Festival (3)
πŸ€ Festival (4)🐍
πŸŒ‰ Rencana
πŸ‘Š Gelut 🐍
🐱 Bolos Bersama πŸƒ
πŸŒ† Date 2 πŸŽ†
✈️ Persiapan
🌈 Holiday!
Baca Dulu😘

β›Ή Festival ( 5 )πŸ†

547 77 13
Por kawaiimelo

Prriiitttttttt

Peluit dibunyikan tanda bahwa pertandingan telah selesai dan mengumumkan WV High School keluar sebagai pemenang.

Supporter dari WV High School pun bersorak heboh menyambut kemenangan di detik-detik terakhir yang berhasil tim sekolah mereka menjadi pemenang di kandang lawan.

Tim Mark dan Jeno yang kalah hanya mampu menatap miris kegagalan mereka. Sebenarnya sih nggak masalah, toh ini cuma pertandingan persahabatan antar sekolah aja, bukan sekelas nasional.

Tapi 'kan mereka jadi tau kalau memang tim mereka belum sebagus itu mainnya buat ngalahin tim basket sekolahnya Lucas.

Tentu aja kekalahan mereka bikin tim supporter dari sekolah mereka sendiri juga ikutan kecewa dan sedih. Main di kandang sendiri tapi kalah, ya ada malunya juga sih sebenernya.

Tapi itu nggak berlaku buat Jaehyun sama Taeyong. Suami istri itu berdiri sambil bertepuktangan; memberikan apresiasi untuk anak-anak yang udah bermain dengan sangat bagus. Kemudian diikuti oleh Ten dan juga Johnny serta Renjun dan juga Haechan.

Lalu orang-orang yang duduk di sekitar mereka akhirnya juga ikut memberikan tepuk tangan sebagai bentuk dukungan untuk kedua tim yang sudah berjuang sekuat tenaga. Walau hasilnya nggak sesuai ekspektasi, namun mereka dibuat kagum dengan skill permainan kedua tim yang sama-sama hebat.

Tim Mark dan Jeno yang tadinya lesu dan kecewa perlahan mulai bisa tersenyum satu per satu; merasa kalau jerih payah mereka dihargai oleh para penonton.

“Nanti kalian samperin mereka ya. Kita keliling cari makan bareng,” suruh Taeyong ke Renjun sama Haechan yang masih tepuk tangan.

Renjun mengangguk mengiyakan. Kedua matanya nggak lepas dari sang pacar yang sekarang lagi salaman sama timnya Lucas. Wajah Jeno udah kelihatan nggak sesedih tadi, udah bisa senyum. Renjun jadi lega juga lihatnya.


🏀

🏀




“Good work, kids. Kerja kalian sangat bagus,” adalah ucapan penuh kebanggaan yang pertama kali Jaehyun lontarkan buat Mark sama Jeno.

Setelah nunggu hampir setengah jam, akhirnya Mark sama Jeno muncul juga. Kayaknya habis meeting dulu tadi sehabis tanding, mungkin sekalian evaluasi permainan mereka sebentar.

“It's not cool tho.” Mark bergumam lirih. Tetep aja dia sebagai kapten ngerasa bersalah udah gagal menangin pertandingan apalagi timnya udah latihan gila-gilaan.

Johnny yang lihat calon mantunya lagi down, nepuk kepalanya Mark buat nyemangatin anak itu, “You are doing great. All of you. Jangan pernah berpikir kalau permainan kalian jelek, apalagi sampe mikir kamu nggak pantes jadi kapten. Kalian udah latihan hampir tiap hari, skill kalian udah bagus, mungkin karena di tim kalian kekurangan orang yang tinggi aja, jadi buat ngehadang lawan agak susah,” gurau Johnny, biar Mark nggak down banget gitu.

“That's not the point tho, but―whatever...aku haus, pengen makan,” dumel Mark kayak orang linglung. Udah nggak bisa mikir bener dia saat ini.

Jeno muterin bola matanya males. Ini Mark kalau lagi galau memang suka konslet otaknya. “Bentar elah. Nunggu Renjun nyusulin abangnya dulu.”

Jadi, mereka sekarang ini lagi berdiri di luar gedung lapangan indoor tadi, nungguin Renjun sama Haechan yang lagi nyusulin kakak-kakak mereka.
Mau sekalian diajakin makan bareng gitu, mumpung mereka ada di tempat yang sama.

Nggak lama, yang ditunggu akhirnya nongol. Wajah Lucas sama Hendery tampak berseri-seri banget; ya iyalah habis menang, dapet duit juga, seneng nggak tuh.

Kedua mata Taeyong sama Ten mendelik lebar begitu lihat sosok tinggi besar jalan di samping Renjun.

“Itu kakaknya Renjun??” bisik Taeyong ke Jeno. Jeno anggukin kepalanya doang.

“Kandung atau gimana??” Gantian Ten yang nanya. Kepo banget pokoknya mereka berdua.

“Kandung lah. Kenapa sih?”

“HAH?! SERIUS?/DEMIAPAH?!” seru Taeyong sama Ten barengan; kaget banget dong mereka, syok gitu.

Ya gimana nggak syok, Renjun badannya mungil dan ramping, sedangkan kakaknya tuinggi gede matanya bulat lebar lagi.

“Iya, mom. Dibilangin nggak percayaan ih,” sewot Jeno.

“Ehm...mami, papi, kenalin, ini kakaknya Renjun. Lucas namanya.” Renjun lebih dulu ngenalin kakaknya yang tinggi, yang dari tadi nggak berhenti nyengir; kepalang seneng tuh anak hari ini.

Di sampingnya ada Hendery yang juga sama nyengirnya sambil nunjukkin amplop putih yang dia dapat dari hasil lomba.

“Ih, nggak mau tau ya, bang. Pokoknya lo traktir gue!” Jangan tanya siapa yang langsung malakin gitu kalau bukan Haechan.

“Kesalahan nih ikut lo ke sini.” Hendery nyesel. Tau gitu dia kabur duluan, jadi uangnya bisa dia pake sendiri.

“Wih...Tinggi banget kamu, nak. Hampir setinggi Johnny.” Jaehyun terperangah. Selama ini dia cuma lihat temen-temennya Mark sama Jeno biasa aja. Nggak ada yang tinggi banget kayak modelan Lucas gini.

Dipuji gitu Lucas jadi malu. Antara malu sama seneng sih lebih tepatnya, “Heheh iya, om. Turunan nih,” jawabnya dengan bangga.

Semua langsung melirik ke arah Renjun yang lagi ngobrol sama Jeno. ‘Turunan darimananya coba???’ Begitulah kira-kira batin Jaehyun, Taeyong, Ten dan juga Johnny.

“Oh, ya udah. Langsung nyari makan aja nih? Atau mau keliling dulu, nanti baru nyari tempat?” tawar Johnny yang peka sama muka-muka laper anaknya.

“Saya mau keliling dulu, om. Tadi dateng langsung ke lapangan belum sempat lihat-lihat,” jawab Lucas.

Jaehyun manggut-manggut iyain. “Yaudah kita barengan aja kelilingnya. Setelah itu baru kita cari tempat yang kosong buat makan bersama. Gimana?” usulnya.

“Boleh,” jawab istrinya.

“Kalian nggak capek banget 'kan? Atau mau istirahat dulu?” tanya Ten pada ke-empat pemuda yang baru aja selesai tanding lengkap dengan seragam basket yang masih melekat di tubuh masing-masing. Kebayang 'kan otot lengan mereka diumbar kemana-mana.

Nah, itu yang bikin Renjun agaknya sedikit nggak suka. Itu lengan Jeno yang mulai kelihatan berotot jadi konsumsi publik jadinya!

“Pake jaketmu, sana,” suruh Renjun sedikit ketus.

Jeno yang dasarnya lagi nggak peka ya dia nggak paham dong sama maksudnya Renjun, “Buat apa, yang? Gerah ini. Masih keringetan juga,” tolaknya cepet.

Wajah Renjun jadi merengut. “Serah deh.” Abis gitu dia justru melipir ke Haechan yang lagi ngobrol sama Mark. Sebel juga Jeno malah nggak peka sama maksudnya dia. Renjun juga malu mau bilangnya.

“Lah? Malah ngambek? Salah apa lagi gue?” Jeno dibuat bingung sendiri.

Lucas yang paham cuma bisa cekikikan doang. Baru kali ini dia lihat adiknya sok cemburu gini. “Dia nggak mau lengan lo dilihat banyak orang kali, Jen,” bisiknya ke Jeno.

“Ha? Masa bang?” Lucas ngangguk iyain doang. “Turutin aja apa kata si Nyai deh. Daripada dia ngambek seharian,” katanya sambil nepuk-nepuk punggungnya Jeno.

Jadi ya gitu. Mau nggak mau akhirnya Jeno pake deh jaket trainingnya dia. Walau terpaksa nahan gerah, dia tetep pake aja daripada Renjun beneran ngambek seharian nanti malah susah dirayunya.

.

.

Alhasil, mereka rame-rame keliling stand bazar bersepuluh. Udah kayak pemandu study tour aja si Haechan. Berhubung tadi anak itu udah keliling bazar duluan, jadi dia yang nunjukin tempat-tempatnya.

Kehadiran mereka bersepuluh menarik atensi orang-orang yang ada di sekitar mereka. Kebanyakan dari para tamu dan murid di sana melongo setelah melihat visual yang unreal dari ke-10 orang itu. Apalagi lihat dua pria dewasa pake jas mewah kayak CEO-CEO di drama gitu. Bedanya kalau ini sih CEO asli.












Tanpa merasa sadari, beberapa pasang mata menatap benci kepada satu orang pemuda yang berada ditengah-tengah keramaian itu.

“Shit! Sejak kapan sih si sialan itu deket sama ortunya Jeno juga?!”

“Sialan! Kalau gini caranya, makin nyulitin kita buat jalanin rencana kita nih!”

“Nggak masalah. Jangan terlalu terpancing amarah aja sekarang. Toh mereka baru juga pacarannya, gue yakin, cepet atau lambat Jeno bakal nyadar kalau yang dia pilih itu salah. Lagian juga, nggak ada yang abadi di dunia ini, termasuk hubungan mereka berdua yang terlalu dipaksain itu. Jeno cuma kepincut sama muka sok manis anak itu sesaat doang, nanti juga dia bakal bosen sendiri terus ninggalin anak itu,” kata seorang gadis berambut hitam panjang dengan wajah kelihatan datar.

Kedua mata gadis itu menatap lekat ke arah Jeno yang lagi bercanda sama orang-orang di sana.

“Tenang aja. Kita bakal bantuin lo jauhin anak kecil itu dari Jeno kok. Jangan sedih.” Salah satu temen dari gadis itu menepuk pundaknya pelan untuk memberikan semangat.

Gadis berambut panjang itu tersenyum tipis mendengar dukungan dari sahabat-sahabatnya. Matanya kembali bergulir menatap Jeno yang saat ini jalan berdua dengan pemuda mungil yang sangat ingin dia singkirin.

“Lihat aja Huang Renjun. Saat ini lo masih bisa ketawa, jangan harap ke depannya lo masih bisa mamerin senyum nyebelin lo itu di depan Jeno gue,” desisnya lirih sebelum dia beranjak pergi menjauhi area bazar, diikuti kedua sahabatnya.

🌻 TBC 🌻



Continuar a ler

TambΓ©m vai Gostar

99.7K 7.2K 49
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote
36.6K 4.6K 23
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
715K 34.2K 39
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
189K 29.3K 53
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...