Seamless (TERBIT)

By meydiy

390K 54.6K 45.6K

*** PEMENANG WATTYS 2021 *** (SUDAH TERBIT DI PENERBIT OLYMPUS) CONTENT WARNING!!! Selamat Datang di JIPS; se... More

Prolog
1. Januariz
2. Stranger
3. Tribunnews
4. March
5. April
6. Kesukaan Tomori
7. Lomba
8. Juni Stanley
9. Ulang Tahun Juli
10. Boneka JIPS
12. Jangan Takut
13. Bertemu Lagi
14. Yue
15. Novesh
16. Realita
17. Dugaan
18. Mencari Jawaban
19. Sebuah Harapan
20. Tim April
21. Red Blood Yang Buruk
22. Reaksi
23. Larangan
24. Bermuka Dua
25. Rahasia Antara Mereka
26. Ada Apa Dengan Juli?
27. Pembunuh
28. Panic Room
29. Runtuh
30. Disalahkan
31. Sedikit Cerita
32. Peneror
33. Kenyataan
34. Bergabung di Tim April
35. Kesialan
36. Berantakan
37. Kesalahan Yang Sama
38. Bahaya!
39. Satu Hal Lagi
40. Hangat
41. Mengungkapkan Kebenaran
42. Lingkungan Baru
43. Bermula
INFO TERBIT
INFO TERBIT (2)
VOTE COVER
INFO TERBIT (3)
TERBIT!
OPEN PRE-ORDER !

11. August

5.7K 1.2K 1.1K
By meydiy

Kawasan lobi JIPS dibuat heran dengan puluhan kertas bertuliskan stop bullying yang menempel di tiap pintu kelas dan dinding sekolah. Sempat menduga tanpa bukti bahwa yang menempelkan kertas itu adalah Januariz. Sayangnya, dugaan mereka salah. 

Setelah sekian lama, akhirnya ada yang berani menempelkan slogan yang menyinggung bullying tanpa tahu... siapa yang senekat itu menempelnya? Apa dari pihak JIPS? Bertanya dalam diri sendiri memang tak menghasilkan jawaban.

Satu kertas yang menarik perhatian mereka adalah kertas yang ada di pintu kelas Akselerasi-2 di mana Red Blood bertempat di dalamnya. Apa isi tulisan dari kertas tersebut?

'Dear Red Blood, you better watch yourself before you get what you deserve. Soon, just wait!'

Sebelah alis March terangkat ke atas ketika membaca tulisan yang tertera pada pintu kelasnya. Mukanya merah padam memahan marah dan tangannya terkepal. Para anggota Red Blood pun hanya bisa mengernyit ketika ikut membacanya, menebak-nebak siapa yang berani menyinggung mereka lewat secarik kertas ini.

"Itu bagus 'kan, March?" tukas Juni yang tiba-tiba berada di samping March dengan kekehan pelan seakan mengejek lelaki yang sudah menjadi tersangka pembullyan di sana. "Penulisannya bagus, kertasnya juga hm ... kertas biasa sih tapi seni-nya kelihatan jelas. Perfect! Lo bisa nuduh gue kalau lo mau, gue bersedia mengaku kalau gue yang menulis ini."

Lelaki itu menyunggingkan senyuman palsunya ketika berbalik menatap Juni. "Nggak mungkin."

Kemudian, tungkainya membelah kerumunan Red Blood, meninggalkan Juni dan Juli yang berdiri dengan lengan yang dilipat ke dada. Anggota Red Blood bersipandang, bingung ke mana kepten tim mereka akan pergi?

Menuduh The Stanley Sisters bukanlah ide yang bagus. Kedua gadis yang ia idam-idamkan itu tidak mungkin menjadi sukarelawan untuk melakukan hal yang kurang kerjaan bagi sebagian besar murid JIPS.

March melangkahkan kaki ke kelas Akselerasi-1 yang ada di samping kelasnya. Mencari seseorang. 

Seseorang yang ia duga adalah penyebab viralnya kertas-kertas di sekolah itu.

Tepat sekali. Netranya tersorot pada seorang gadis yang sedang sibuk berkutat dengan buku-buku di atas meja. Langsung saja, March menghampiri gadis itu, menggebrak meja dan bahkan melempar semua buku-buku yang ada di meja tersebut hingga berhamburan ke lantai.

Sepintas, April terkesiap. Tak berlangsung lama hingga ia segera mengerjap dan melemparkan senyuman manis ke arah March tanpa ragu.  "Ada apa, March?" 

March berdecih. Bagaimana bisa gadis di depannya terlihat sesantai ini padahal ia tahu bahwa ia sedang dalam masalah? Sekali lagi, kepalan tangan March yang besar menghantam meja, membentak April. "Maksud lo apa ngancam gue dengan kertas-kertas itu? Lo pikir gue takut sama lo? Hah?!"

March tahu kalau April yang menulisnya. Karena siapa lagi yang selalu bertindak lewat tulisan kalau bukan April? Sama seperti kejadian tribunnews, penulisnya adalah April, bukan?

Seluruh murid kelas Akselerasi mulai terpaku pada bentakan March yang menggelegar. Tak ada yang berani mendekati meja April sedangkan gadis itu tidak gentar sama sekali, senyumannya tak pernah pudar.

"Gue? Gue nggak nulis kok. Lagian itu hanya tulisan aja kan? Kenapa lo takut sama tulisan?"

March mendekati wajah April, seraya berbisik di telinga wanita itu. "Jangan pernah main-main dengan gue, April!" Lirihan dari March membuat April hanya diam. "Lo lupa... siapa gue?"

"Gue yang nyebar kertas itu."

Suara Januariz yang ada di depan pintu benar-benar memecahkan suasana tegang yang ada di kelas Akselerasi. Atensi kedua orang yang tengah bersitegang langsung beralih ke pintu kelas, menyadari Januariz yang datang dengan wajah datar. Beberapa murid yang ada di dalam kelas saling berpandangan seakan melemparkan kode bahwa dugaan mereka menuduh Januariz yang menempelkan kertas itu adalah benar. 

"Orang sibuk kayak April nggak akan mau nempelin kertas kurang kerjaan kayak gue. Jadi, kalau lo mau cari lawan... lawan lo di sini."

Beberapa hal yang Januariz yakini, March tidak akan pernah berani melawannya meskipun ia yang meminta. Dan benar saja, March yang semula hanya terpaku bagai patung segera meninggalkan kelas melemparkan decihan sinis ke arah Januariz.

Perginya March Simpkins dari kelas Akselerasi menghadirkan kelegaan bagi orang-orang yang ada di dalamnya termasuk April.

Gadis itu hanya mengernyitkan dahi melirik Januariz yang berjalan tanpa dosa ke tempat duduk. Apa saat ini Januariz sedang melindungi dirinya?

🐾🐾🐾

Sehari sejak viralnya kertas yang menyinggung tentang pembullyan membuat seisi JIPS gempar dan menyorotkan Januariz sebagai pelaku viralnya kertas-kertas tersebut. Tidak diherankan lagi bahwa Januariz lah yang melakukan hal itu, memangnya siapa lagi yang punya nyali melawan March selain Januariz? Lagi pula, bukankah Januariz sudah mengakui perbuatannya?

Para anggota Red Blood mencabut puluhan kertas yang menempel di setiap dinding sekolah, merobek dan membuang kertas itu asal-asalan.

Sementara itu di tempat yang lain, August mendapat keuntungan dari viralnya kertas-kertas yang menempel di sana. Ia bisa melewati kantin dan loker tanpa serangan dari Red Blood, sekumpulan pembuat onar itu sedang sibuk mencabut kertas-kertas bahkan membentak siapapun yang berdiri di sana untuk sekedar membacanya. 

Setidaknya untuk hari ini, August aman.

Meski begitu, August tetap saja mencari tempat makan di toilet. Alasannya singkat. Ia tidak ingin bertemu dengan Red Blood, walaupun hal itu hanya berlaku untuk hari ini saja. Sembari mengunyah makanan di toilet pria, August berusaha merenungi nasib selama di JIPS yang dianggapnya adalah sial.

Apa yang ia katakan pada April kemarin itu benar. Orang tuanya berhutang banyak kepada keluarga March. Kedua orang tua August adalah asisten rumah tangga di kediaman Simpkins. Satu yang August tahu, orang tua March dikenalnya sangat baik. Mereka bahkan membiayai sekolahnya sejak ia duduk di sekolah dasar.

Ramah, penyayang dan lembut. Itu yang August telaah dari orang tua March Simpkins.

Tapi kenapa March berbeda?

Kenapa March beda dari kedua orang tuanya yang baik hati?

August tidak menemukan jawaban. Lelaki itu tak pernah melakukan satu hal yang membuat August kagum, well, kecuali memenangkan lomba baseball di luar negeri.

Untung saja April ada untuk membantunya kemarin. Meski ia sendiri tidak tahu, bagaimana cara April mau membantu dirinya dari penindasan March? Apa wanita itu tidak takut menentang seorang pem-bully?

Brak!

Tiba-tiba saja August tersentak panik mendengar pintu ditendang secara kasar. Bagian sialnya, orang yang menendang pintu tersebut adalah March.

Kesialan apa lagi ini? 

Buru-buru ia masuk ke salah satu bilik, mengunci diri di sana, berharap bahwa March tidak akan semudah itu menemukan dirinya yang sudah bersusah payah menjauhkan diri dari keramaian terutama dari Red Blood.

Sayangnya, March menemukan August sebelum ia berhasil mengunci bilik. Dapat ditangkap jelas olehnya langkah kaki August yang berlari panik meninggalkan sepotong roti di atas urinoar. Perlahan, March menderap langkah dan memunguti penggalan roti yang ada di sana, memperlihatkan roti itu ke kawan-kawannya sambil menyeringai.

Seakan tahu siapa pemilik roti itu, mereka tertawa, menguraikan sederet ejekan di balik tawanya.

"Kayaknya main-main sedikit asyik nih, March," usul salah satu kawannya.

Main-main?

March mengerling. Seakan terhipnotis akan usulan dari mereka. Sepertinya main-main memang ide yang bagus di saat Red Blood sedang digemparkan dengan kertas ancaman yang menyinggung mereka. Ia pun melangkah mendekati pintu kamar mandi yang terkunci. Yakin bahwa di dalam ada lelaki yang diincarnya.

Sedetik kemudian, ia mulai menggedor pintu sambil berteriak.

"Mau lo buka pintunya atau gue paksa buka? Hah!?"

Terdengar napas August mulai memburu di dalam sana, ketakutan. "Gu—gue mohon March. Jangan ganggu gue lagi."

Tiada belas kasih untuknya. Mereka semakin melebarkan tawa ketika mendengar suara lelaki itu yang mulai bergetar. Toilet pria mulai menimbulkan bunyi berisik, sedangkan kawan-kawannya menyemangati March untuk lebih menggedor pintunya dengan keras.

"Buka tolol! Gue hitung sampe tiga kalau lo nggak buka, siap-siap lo di sana!"

"I—iya March, gue bakal buka pintunya."

Bagaimana ia bisa melawan? Toh, besok-besok mereka masih akan mengganggunya lagi dan mereka tidak akan pernah berhenti. August membuka pintu kamar mandi, memasrahkan dirinya berhadapan dengan Red Blood lagi. Sial sekali. August berulang kali mengutuk dirinya sendiri yang benar-benar payah.

Begitu tubuh mungilnya muncul, March segera menarik kerah seragam August dan menyandarkan tubuh lelaki itu di dinding dengan kasar. Ia membungkuk agar bisa mencapai tinggi August sembari berbisik di telinga lelaki itu.

"Lo tahu apa yang lo lakuin ke gue? Hah?"

August meringis.

"Anak nggak tahu diri lo! Masih untung orang tua gue nyekolahin lo di sekolah ini!"

"Ma—maksud kamu apa, March?"

"Lo kemarin minta bantuan April kan buat nyebarin kertas itu di sekolah?"

"Ng—nggak, March."

"Halah, nggak usah ngeles lo! Lo pikir gue nggak tahu percakapan lo sama April kemarin?!" March semakin berteriak di telinga August. Cengkramannya semakin kuat membuat August kesulitan bernapas.

"Lo benar-benar berpikir kalau April bakal nolongin lo?"

Tatapan membunuh itu membuat August menangis. Ia benar-benar mati kutu dan hanya bisa berdoa di dalam hati. Sudahi semua ini...

"Gue bilang sekali lagi yah, autis. April itu orang yang munafik, dia nggak akan semudah itu nolongin cowok autis kayak lo ... dan ... lo mau tahu hal munafik apa yang April lakukan ke lo huh?"

Napas August terdengar bergetar, peluh keringat mulai menjadi air terjun dari pelipisnya. Sama sekali tak ada rasa kasihan yang terpancar dari mata March, baginya melihat wajah August yang ketakutan adalah kepuasan tersendiri. Sedetik kemudian, March melanjutkan kalimatnya.

"April sendiri yang bilang ke gue, kalau lo itu ... ngemis-ngemis minta bantuan ke dia...,"

Lantas, August membelalak, mendengar pernyataan yang sangat tidak mungkin dari bibir March. Benarkah April semunafik itu? Tidak mungkin! August mengernyit dengan tatapan tidak percaya ketika menatap March.

Kemarin April datang menyusulnya, memberi tisu, bahkan menawarkan bantuan. Lalu kenapa April harus berkata bahwa ia ... mengemis bantuan?

April ... juga mengganggapku boneka?

"Gue nggak pernah ngemis ke April, March. Nggak pernah ...," Wajah August memerah diiringi air mata yang jatuh.

"Walaupun lo nggak ngemis, lo tetap aja salah."

"Maafin gue, gue mohon jangan apa-apain gue."

March terkekeh pelan, selangkah merasa menang kali ini. "Sekarang lo pergi ke April. Tugas lo untuk mempermalukan dia di depan umum. Katakan kalau dia orang yang munafik. Kalau nggak... lo tahu kan apa yang akan terjadi sama keluarga lo?"

"Iya March. gue paham."

"Bagus. Pergi sana!"

Setelah March melepaskan cengkramannya, August melarikan diri dari toilet dengan air mata yang bejatuhan. Sungguh, ia lelah sekali menghadapi March di setiap harinya. Ia tidak tahu lagi harus bagaimana setiap bertemu dengan kawanan itu. Lelah, marah, takut dan malu, semua bercampur menguasai dirinya. 

Rasanya ia ingin mati saja.  

🐾

🐾

Continue Reading

You'll Also Like

195K 23.5K 64
Mereka bilang, dirinya sempurna. Kaya, cantik, pintar, populer, multitalent. Kesempurnaan adalah miliknya, Violet Berlian Gerald. Seolah, dirinya tid...
151K 19.9K 61
[BLURB WELCOME TO CLASS A] Orang bilang Kelas A adalah kelas unggulan yang berisi anak-anak cerdas yang penuh keberuntungan, tetapi pada kenyataannya...
20.4K 1.6K 25
~Bayangan Mafia di Balik Kerudung~ Semua bermula ketika seorang pria tampan yang terluka di sekujur tubuhnya, di temukan tidak berdaya di belakang...
6.7K 1.2K 11
"Alisa, bahkan setelah tubuhku mati dan menjadi tanah. Perasaanku tetap hidup untukmu. Yang ketika pagi menjadi matahari untuk menemani aktifitasmu d...