Jodoh Dari Sahabatku (E N D) ✅

By ooh_rxrxn

1.3M 54.8K 1.4K

Regan Dioca Atmadja, pria tampan yang harus rela memenuhi permintaan terakhir sang sahabat untuk menikahi tun... More

Part 1
Part 2.
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part-27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53
Part 54
Part 55
Part 56 (END)

Part 49

15.8K 697 30
By ooh_rxrxn

Karen menatap sang putra yang terbaring di ranjang dari balik kaca. Dirinya hanya bisa melakukan hal tersebut karena dokter melarangnya untuk masuk ke dalam. Karen hanya menurut. Dirinya tahu itu semua demi kebaikan putranya. Tapi hatinya menjerit saat ini. Ia ingin menemani sang putra melewati rasa sakit yang menggerogoti tubuh kecil tak berdaya itu. Namun, tak ada yang bisa Karen perbuat. Keadaan yang memaksa dirinya menerima semua ini.

Regan menghela napas dalam. Ia merasa tak berguna karena tak dapat melakukan apa-apa. Regan berjalan mendekat ke arah Karen. Ia menepuk pelan pundak Karen dan membuat sang empunya membalikkan badannya.

"Everything will be okay. Trust me...." ucap Regan seraya tersenyum tipis.

"I hope so... Aku tak tega melihat Danish terbaring lemah seperti itu, Re. Aku takut. Kalau saja Tuhan memberinya kesembuhan dengan cara menukarkan nyawaku pasti akan aku lakukan"

"Ssst...., kamu tak boleh berbicara seperti itu. Putra kita anak yang kuat. Aku yakin semua akan baik-baik saja. Kita akan melewatinya bersama-sama"

"Entah apa yang telah aku perbuat di masa lalu sehingga Tuhan memberi hukuman padaku lewat putraku. Dia tidak bersalah, bahkan dia tak tahu apapun"

"Karen, dengarkan aku. Semua ini ujian untuk kita dari Tuhan. Ingatlah satu hal, Tuhan memberikan hambanya ujian karena Dia yakin dengan kemampuan hambanya untuk melewati semua ujian dari-Nya. Bukankah setelah badai akan ada pelangi"

Karen hanya menganggukkan kepalanya. Meskipun begitu, air mata tak henti-hentinya keluar dari pelupuk matanya. Dirinya tahu, ini ujian terberat bagi seorang ibu yang melihat putranya terbaring tak berdaya tanpa melakukan apapun.

Regan membawa Karen ke dalam pelukannya. Karen tak menolak ataupun membalas pelukan Regan. Wanita yang terlihat sangat tegar nyatanya sangat rapuh. Jujur saja Regan juga takut dengan semua kemungkinan yang akan terjadi pada putranya. Regan selalu berucap dalam hati semua akan baik-baik saja. Semoga....

"Dimana Leya? Aku tak melihatnya, ku kira dia bersamamu" tanya Karen.

"Aku menyuruh sopirku untuk mengantarnya pulang. Sekarang kau ikut denganku, aku tahu kau belum makan sejak siang. Kita makan malam bersama" ucap Regan.

Karen menggeleng lemah.
"Aku tidak lapar, Re. Kau makanlah duluan"

"Jangan keras kepala.Kau tahu aku tidak suka penolakan, Karen. Ikut aku sekarang, kita makan bersama" Regan menarik pelan tangan Karen menuju restauran yang tak jauh dari rumah sakit.

Sesampainya di sana, Karen hanya menatap lemah ke arah makanan yang tersaji di hadapannya tanpa ada niatan untuk memakannya.

"Karen, aku mohon jangan seperti anak kecil. Kau harus makan. Kalau kau sakit, siapa yang akan menjaga putra kita?"

Karen menganggukkan kepalanya lalu memasukkan sendok ke dalam mulutnya. Benar apa yang dikatakan Regan. Dirinya harus sehat untuk tetap bisa menjaga Danish.

Regan tersenyum tipis melihat Karen menuruti perkataannya. Wanita yang sama yang membuatnya jatuh cinta. Wanita yang mengambil separuh napasnya. Wanita yang menjadi belahan jiwanya. Wanita yang membuatnya gila empat tahun lalu karena pergi dari sisinya. Wanita yang memberikannya seorang anak yang sangat tampan. Mungkin banyak wanita di luaran sana yang akan bertekuk lutut di hadapannya. Tapi hanya Karen yang menduduki hatinya. Berlebihan memang, tapi itulah kenyataannya.

Regan berjanji akan membuat wanita di hadapannya saat ini untuk kembali ke sisinya. Apapun yang terjadi, ia sudah bertekad untuk membawa Karen ke dalam pelukannya. Kalau bukan demi dirinya, ia melakukan semua ini demi putranya, Danish. Danish membutuhkan kedua orang tuanya di sisinya. Meskipun Regan yakin Karen mampu menjadi ibu sekaligus ayah yang hebat bagi putranya. Namun, ibu tak akan pernah bisa menggantikan sosok ayah selamanya.

"Aku sudah selesai, Re. Kita kembali ke rumah sakit sekarang" ucap Karen memecah lamunan Regan.

"Baiklah, kita pergi sekarang" ucap Regan lalu menuju kasir untuk membayar makanannya. Regan menarik pelan tangan Karen untuk keluar dari restauran. Karen hanya mengikuti langkah Regan tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun.

Regan membukakan pintu mobil untuk Karen dan mengemudikan Fortuner putih miliknya. Tak ada pembicaraan di antara keduanya. Karen memandang keluar jendela menikmati gemerlap lampu di pinggir jalan. Sementara Regan sibuk dengan pikirannya sendiri.

Tak terasa mereka berdua sampai di rumah sakit. Masih dengan keheningan yang sama dua insan manusia itu berjalan memasuki koridor rumah sakit. Sesampainya di depan ruang ICU, mereka melihat orang tua Regan sedang duduk di kursi tunggu bersama dengan Aleya.

Karen tersenyum tipis menyalami dua orang paruh baya tersebut diikuti oleh Regan.

"Mama kapan kesini?" tanya Regan.

"Kami baru saja sampai, kalian darimana? Tadi setelah sopir mengatakan jika cucu mama dirawat, mama langsung mengajak papa yang baru saja pulang dari kantor untuk kesini. Karena di rumah tak ada siapapun jadi juga mengajak Aleya sekalian"

"Kami baru saja makan malam, Ma. Kalian seharusnya tidak perlu kesini malam-malam begini. Kasihan papa, beliau pasti lelah karena baru saja pulang dari kantor"

"Tak apa Karen, aku baik-baik saja. Kau pikir kami akan berdiam diri mendengar cucu kami dirawat di rumah sakit?" sela papa Regan.

Karen tersenyum tipis lalu menganggukkan kepalanya.
"Terima kasih...." ucapnya.

"Hey, kau tak perlu mengucapkannya. Kami akan melakukan apapun demi cucu kami" jawab mama Regan lalu menarik Karen ke dalam pelukannya. Wanita yang sangat rapuh. Karen membalas pelukan mama Regan disusul dengan isak tangis yang keluar dari mulutnya.

"Sssttt.., tenanglah nak. Semua akan baik-baik saja" ucap mama Regan seraya mengusap lembut punggung Karen.

"Tante, Danish masih tidur?? Ale sangat merindukannya. Ale ingin bermain bersama dengan Danish. Kapan Danish bangun?" suara Ale membuat Karen melepaskan pelukan mama Regan dan berlutut di hadapan Aleya mensejajarkan tingginya.

"Leya bantu do'a ya supaya Danish cepat bangun" jawab Karen mengusap lembut puncak kepala Aleya. Aleya tersenyum lalu mencium pipi Karen.

"Tante jangan menangis. Tante mau permen? Nenek selalu memberikannya pada Ale jika Ale menangis" Karen menggelengkan kepalanya seraya menahan air matanya untuk tidak jatuh.

Tak lama berselang sokter Chintya menghampiri mereka.
"Maaf mengganggu kalian, aku ingin menyampaikan sesuatu tentang hasil tes yang dilakukan Tuan Regaan beberapa waktu lalu" ucapnya.

Karen segera berdiri.
"Bagaimana dok? Apa Danish bisa segera dioperasi?"

Dokter Chintya menggelangkan kepalanya. Ada raut sesih dan bersalah di wajahnya. Karen mengusap kasar wajahnya. Allah ujian apalagi ini?

"Hasil tes menunjukkan jika Tuan Regan tak dapat mendonorkan sumsum tulang belakangnya. Banyak kasus yang seperti ini"

"Tapi Regan ayah kandung Danish, Dok. Ini tidak mungkin"

"Semua mungkin Karen, walaupun Tuan Regan adalah orang tua kandung Danish tak menutup kemungkinan"

"Lalu apa yang harus saya lakukan, Dok? Saya ataupun Regan tak dapat menjadi donor untuk Danish" ucap Karen yang sudah berlinang air mata.

"Apa Danish memiliki saudara kandung?"

Semua orang menatap ke arah Dokter Chintya. Saudara? Danish tak memilikinya. Ia anak tunggal.
"Saudara kandung? Apa maksud dokter sebenarnya?" tanya Regan bingung.

"Ya, saudara. Ini mungkin aneh, tapi inilah kenyataannya. Saudara kandung memiliki persentase yang jauh lebih besar untuk menjadi donor dibandingkan dengan orang tua sekalipun"

"Tapi, Dok. Danish tak memiliki saudara kandung. Bagaimana bisa..."

"Aleya..." ucap Regan cepat.

"Aleya??" ulang Karen.

"Aleya bukan saudara kandung Danish, Re" ucap Karen.

"Apapun bisa terjadi dalam dunia kesehatan, Karen. Orang yang tak memiliki hubungan darah sekalipun bisa menjadi donor. Kita coba melakukan tes pada Aleya" terang Dokter Chintya.

"Tapi, Leya masih terlalu kecil untuk menjadi donor"

"Kita tak punya pilihan lain. Nyawa Danish yang menjadi taruhan" sela Dokter Chintya.

"Sayang, kau mau membantu Danish?" Tanya Dokter Chintya kepada Aleya. Aleya menatap bingung ke arah semua orang lalu menganggukkan kepalanya. Karen tersenyum lalu membawa gadis kecil itu ke pelukannya.

Aleya segera melakukan serangkaian tes. Seluruh keluarga menunggu gadis kecil itu di depan ruang periksa. Karen melihat ke dalam ruangan melalui sebuah kaca transparan berbentuk lingkaran yang tak terlalu besar di pintu. Karen menyatukan kedua telapak tangannya lalu meletakkannya di bawah dagu.

Allah, tolong selamatkan putraku...

Hanya ucapan itu yang Karen rapalkan dalam batinnya sejak tadi. Dia berharap Tuhan menyelamatkan nyawa putranya melalui gadis kecil itu.

Sementara Regan berdiri menyandarkan punggungnya di dinding sebelah pintu dengan bersedekap tangan. Matanya tak henti-hentinya melihat ke arah Karen. Wanita yang terlihat cemas sejak Aleya masuk ke dalam ruangan. Tak jauh berbeda dengan Karen, Regan juga berharap jika Aleya dapat menjadi donor untuk Danish. Terlebih apapun yang pernah Regan lakukan pada gadis kecil itu dulu.

Dokter Chintya keluar dari ruangan diikuti seorang suster yang menggandeng tangan Aleya. Dokter Chintya tersenyum ke arah Karen.

"Bagaimana, Dok??" tanya Karen.

"Tuhan menjawab semua doamu, Karen. Hasil tes menunjukkan jika Aleya dapat menjadi donor untuk Danish"

Karen tersenyum bahagia mendengar ucapan Dokter Chintya. Entah apa yang harus Karen katakan saat ini. Dirinya tak bisa mengungkapkan rasa bahagianya lewat kata-kata. Hanay air mata bahagia yang keluar dari pelupuk matanya. Karen segera berjongkok dan membawa Aleya ke dalam pelukannya.

"Terima kasih sayang..." ucap Karen lalu mencium kening Aleya. Aleya hanya tersenyum membalas ucapan Karen.

"Kami akan melakukan operasi malam ini juga. Mengingat kondisi Danish saat ini, aku tak berani mengambil resiko. Danish harus segera dioperasi karena kondisinya yang semakin menurun" jelas Dokter Chintya.

"Lakukan yang terbaik untuk anak saya, Dok" ucap Karen.

Regan tak mengeluarkan sepatah katapun. Ia bingung harus berkata apa. Dirinya sedang berperang melawan batinnya. Apakah ia harus senang karena putranya mendapatkan donor dan akan segera sembuh. Atau ia harus merasa sedih karena putri yang selama ini tak pernah ia anggap menjadi penyelamat hidup putranya.

"Suster, tolong siapkan ruang operasi saat ini juga" ucap Dokter Chintya kepada suster yang sejak tadi berdiri di sampingnya dan dijawab dengan anggukan kecil.

Setelah semua persiapan siap, perawat membawa Danish dan Aleya ke dalam ruang operasi. Hanya Karen dan Regan yang berada di sana. Orang tua Regan sudah pergi dari rumah sakit karena mendadak Papa Regan harus berangkat ke Surabaya untuk urusan pekerjaan. Sementara Mama Regan mengikuti sang suami.

Regan sedari tadi berjalan mondar-mandir di depan ruang operasi. Matanya sesekali melirik ke arah lampu yang berada di atas pintu ruang operasi untuk segera berubah warna. Jujur saja ada rasa takut yang melingkupi hati Regan. Di dalam sana, kedua anaknya sedang mempertaruhkan antara hidup dan mati demi menyelamatkan satu sama lain.

Karen yang sejak tadi duduk menarik tangan Regan untuk duduk di sampingnya lalu tersenyum tipis. Ada rasa lelah di sorot wanita itu. Akan tetapi hal tersebut tak mengurangi kadar kecantikannya.

"Semua akan baik-baik saja. Bukankah ada pepatah bijak yang mengatakan jika badai akan segera berlalu? Kau yang mengatakannya tadi bukan?" ucap Karen.

"Memang mudah untuk mengatakan semua itu, Karen. Namun nyatanya berulang kali aku mengatakan hal tersebut pada diriku sendiri berharap agar hatiku mau mempercayai ucapanku, tapi semua tak semudah membalikkan telapak tangan"

"Tuhan sedang menguji kita seberapa kuat kita mampu menghadapi ujian yang Dia berikan. Percaya akan semua rencana indah yang telah dipersiapkan-Nya untuk kita"

"Entah kebaikan apa yang aku peebuat dulu sehingga Tuhan menjadikanmu sebagai ibu dari anakku. Aku sangat bersyukur akan hal itu" ucap Regan.

Karen tersenyum lalu menyandarkan kepalanya ke lengan kokoh milik Regan. Dia membutuhkan sesorang untuk menjadi sandarannya. Meskipun Karen mengatakan jika semuanya akan baik-baik saja, nyatanya memang benar yang dikatakan Regan, sulit untuk membuat hati kita percaya pada mulut kita.

Regan menggenggam tangan mungil Karen. Mereka berdua saling membutuhkan untuk menguatkan satu sama lain. Entah apa yang Tuhan rencanakan untuk mereka berdua, tapi mereka yakin itulah yang terbaik bagi mereka.

Karen yang merasa mengantuk tak butuh waktu lama untuk tertidur di lengan Regan. Regan yang menyadarinya segera menarik tubuh rapuh milik Karen ke dalam pelukannya lalu mencium puncak kepala Karen. Ia ingin waktu beehenti berputar saat ini agar kebersamaan mereka tak berhenti.

Sudah hampir tiga jam Regan dan Karen berada di posisi yang sama. Regan masih menatap lampu di atas pintu ruang operasi. Namun, semenit kemudian lampu tersebut berubah warna. Tak lama berselang, Dokter Chintya keluar dari ruang operasi dan menghampiri mereka.

Karen yang merasa terganggu dengan pergerakan Regan segera membuka matanya. Ia melihat Dokter Chintya telah berada di hadapannya dan tersenyum. Karen segera berdiri di samping Regan yang lebih dulu berdiri.

"Alhamdulillah, operasi berjalan dengan lancar..." ucap dokter cantik tersebut.

Karen menghela napas lega lalu tersenyum lebar. Mereka sudah melewati ujian yang diberikan Tuhan.

"Pasien akan dipindahkan ke ruang rawat sebentar lagi. Saya akan mengawasi perkembangan kedua pasien secara intensif. Kalau tidak ada yang ditanyakan, saya permisi"

"Terima kasih, Dok..." ucap Regan.

Badai telah berlalu digantikan dengan pelangi. Awan hitam telah digantigan dengan senyum sang mentari. Duka telah hilang berganti dengan suka. Memang benar kata pepatah, semua akan indah pada waktunya.

🌱🌱🌱

Hai...👋👋
Maafkan aku yang suka ngaret ini😊😊 Jangan bosan nungguin aku ya..😋

Gimana menurut kalian part ini?? Semoga kalian suka ya...
Jangan lupa vote dan komennya...

Sorry for typo
Happy Reading All😘😘

Continue Reading

You'll Also Like

3.4M 35K 31
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
311K 8.5K 42
[COMPLETE] Bagaimana jika dizaman sekarang masih ada yang namanya perjodohan? Kirana anak SMA kelas 3 Elementary School dijodohkan dengan CEO dari Gl...
985K 146K 49
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
1.8M 8K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...