Seamless (TERBIT)

By meydiy

390K 54.6K 45.6K

*** PEMENANG WATTYS 2021 *** (SUDAH TERBIT DI PENERBIT OLYMPUS) CONTENT WARNING!!! Selamat Datang di JIPS; se... More

Prolog
1. Januariz
2. Stranger
3. Tribunnews
4. March
6. Kesukaan Tomori
7. Lomba
8. Juni Stanley
9. Ulang Tahun Juli
10. Boneka JIPS
11. August
12. Jangan Takut
13. Bertemu Lagi
14. Yue
15. Novesh
16. Realita
17. Dugaan
18. Mencari Jawaban
19. Sebuah Harapan
20. Tim April
21. Red Blood Yang Buruk
22. Reaksi
23. Larangan
24. Bermuka Dua
25. Rahasia Antara Mereka
26. Ada Apa Dengan Juli?
27. Pembunuh
28. Panic Room
29. Runtuh
30. Disalahkan
31. Sedikit Cerita
32. Peneror
33. Kenyataan
34. Bergabung di Tim April
35. Kesialan
36. Berantakan
37. Kesalahan Yang Sama
38. Bahaya!
39. Satu Hal Lagi
40. Hangat
41. Mengungkapkan Kebenaran
42. Lingkungan Baru
43. Bermula
INFO TERBIT
INFO TERBIT (2)
VOTE COVER
INFO TERBIT (3)
TERBIT!
OPEN PRE-ORDER !

5. April

7.7K 1.5K 1.6K
By meydiy

Setiap pagi, April selalu terbangun tepat di jam empat subuh. Melaksanakan kewajiban beribadah, membuat sarapan dan bersiap pergi sekolah, itulah yang April lakukan setelah bangun dari tidur dan sudah menjadi kebiasaan baginya sejak Sang Ayah masih hidup.

April anak yang berkecukupan, hidupnya sederhana. Beruntungnya ia bisa mendapatkan tempat tinggal yang layak hasil kerja kerasnya selama ini dan berhasil membelikan mobil sebagai kendaraannya dengan sang Ibu. Semua di dapat dari hasil beasiswa April yang ia kumpulkan dan hasil bonusan sekolah setiap memenangkan perlombaan.

April belum pernah berjumpa dengan kegagalan selama ini. Setiap ia mengikuti suatu lomba, pasti April selalu berhasil. Ia menganggap itu sebagai salah satu doa dari ibunya. Bukankah doa dari Sang Ibu kepada anak-anaknya senantiasa di ijabah?

Pagi ini ketika memasuki loker, April dibuat lelah dengan melihat kehadiran March yang lagi-lagi mengganggu August dengan menjegal jalannya. Hanya bisa membatin dalam hati mengingat peringatan Kepala Sekolah kemarin.

Apanya yang tanggung jawab? Kelakuannya makin parah, tapi sekolah nggak ngelakuin apa-apa.

March sempat bertemu pandang dengan April, melemparkan smirk yang membuat April mengerjap kesal. Lalu, kawanan Red Blood menjauh dari loker karena bel masuk sudah berbunyi. 

April pun begitu. Bergegas menuju kelas seni. Duduk di deretan bangku ke-empat. Satu-satunya bangku kosong yang tersisa—di depan Januariz.

"Hey, Jan," sapa April.

Lelaki itu hanya melirik sekilas lalu sibuk mencorat-coret kertasnya tanpa merespons April.

"Oke, semuanya. Karena ini pertemuan pertama kita, Ibu mau kalian mengenalkan diri dengan satu gambar sederhana yang menunjukan motivasi kalian. Gambarnya itu bisa subjek atau objeknya. Bebas sesuai dengan apa yang kalian mau. Waktunya tiga puluh menit habis itu presentasiin yah?"

April segera mengambil kertas sketsa yang ada di meja depan sembari berpikir tentang motivasi. Ah, bicara tentang motivasi, April selalu teringat tentang almarhum bapaknya yang sudah tiada. Lagi-lagi kenangan tentangnya melintas dalam ingatan April.

Tentang seluruh kalimat-kalimat bijak yang menenangkan April dari ketakutannya, gundah-gulananya hingga membuncah menjadi keberanian. Ya, semua April dapatkan pada almarhum bapak. 

Setahun yang lalu, kepergiannya masih menjadi duka mendalam bagi April dan Ibunya yang menjadikan mereka terkadang sedikit kehilangan arah—dan canggung satu sama lain.

"Bapak dulu cita-citanya mau jadi apa?"

"Bapak dulu mau jadi penulis."

"Kenapa penulis, Pak?"

"Bapak mau tangan Bapak berguna nanti, bahkan walaupun Bapak udah dipanggil sama Allah."

"Emang bisa, Pak?"

"Bisa." Bapak tersenyum. "Bapak mungkin akan lenyap di bumi ini, tapi tulisan Bapak akan abadi."

"April juga nanti harus bisa nulis hal-hal yang bermanfaat. Biar tulisan April bisa dikenang banyak orang."

Itulah kenapa April memilih masuk dalam organisasi blogger di JIPS. Meramaikan website dengan postingan-postingan positif mengenai pelajaran atau berita JIPS yang memenangkan suatu kompetisi.

April mulai menggambar dalam kertas sketsa. Menjiplak telapak tangannya di sana dan membubuhinya dengan krayon warna-warni. Mencoba membuat gambar yang sederhana namun berkesan pada perkenalan nanti.

April tak sengaja menjatuhkan krayon ke lantai. Lantas membungkuk untuk mengambil dan menengok ke belakang. Tepatnya ke kertas Januariz.

"Waktunya cuma tiga puluh menit lho," bisik April.

Sengaja mengingatkan karena Januariz tak menggambar apa pun di sana. Hanya mencoret-coret seadanya. Karya abstrak.

Januariz meliriknya. "Trus kenapa?"

"Ya gambar lo belum selesai."

Januariz memicing, "Peduli banget kalau gambar gue belum selesai?"

"Ini juga mau dinilai tahu."

"Nggak tertarik."

"Mana bisa gitu?" protes April. "Kalau nggak niat masuk kelas seni, ngapain masuk coba?"

"Berisik banget sih lo!" seru Januariz. Mencuri pandang ke kertas April. "Manusia aneh."

"Lo ngatain gue aneh?"

"Baru kali ini ada manusia yang termotivasi ma tangan."

April ikut melirik kertasnya. Baru saja paham apa maksud Januariz. Sedetik kemudian, tersenyum.

"Jangan salah, Jan. Ini tuh bukan cuma sekedar jari tangan biasa. Ada banyak hal yang bisa dilihat dari gambar ini."

Januariz hanya tersenyum meremehkan. Tak mau ikut pusing dengan idealisme gadis itu yang pasti takkan masuk akal hanya perkara telapak tangan. 

Dalam perspektif sederhananya, manusia kritis suka sekali mengait-ngaitkan berbagai hal dengan kehidupan. Menamainya sebagai filosofi tapi sebenarnya tak cukup membuat Januariz paham tentang makna-makna yang terkandung di dalamnya.

Januariz menamai mereka kelompok manusia aneh.

April termasuk di dalamnya.

Hingga ketika tiga puluh menit berakhir, Bu Anin selaku guru kelas seni mulai menyilakan mereka memperkenalkan diri dengan gambar yang sudah mereka buat. April menjadi orang pertama yang maju.

"Telapak tangan?"

April mengangguk, "Saya sering dapat nasehat dari almarhum bapak saya mengenai telapak tangan. Ada banyak hal yang bisa dilakukan dengan telapak tangan kita salah satunya memberi. Memberi banyak hal. Bukan hanya materi tapi benefit. Bapak juga bilang kalau cita-cita Bapak dulu adalah menjadi penulis—yang karyanya abadi di hati banyak orang ..."

"Saya juga begitu. Saya kepengen jadi penulis yang bisa menyentuh hati banyak orang. Jadi, telapak tangan ini sebagai simbol bukan hanya simbol motivasi saya menjadi penulis, tapi juga simbol kalau saya ingin menyentuh hati banyak orang dengan sepenggal tulisan-tulisan saya. Saya ingin, telapak tangan saya bisa bermanfaat bagi banyak orang."

Januariz benar 'kan? Orang-orang seperti April pasti selalu punya idealisme tentang apa yang ada di sekitarnya termasuk telapak tangan. Sebuah idealisme yang menarik yang membuat Januariz mengetuk-ketukan pensil ke kepala.

Bermanfaat?

Sementara itu, April yang sudah dihadiahi tepuk tangan tersenyum kecut.

Presentasi ini cukup bodoh untuknya atau bisa dibilang mempermalukan diri sendiri. Berkata kalau ingin tulisannya bermanfaat bagi banyak orang, tapi memangnya apa yang ia tulis? Sekedar menulis sign stop bullying saja dihapus oleh JIPS.

Presentasinya hanya omong kosong. April tak membuktikan apa-apa.

🐾🐾🐾

Pukul sembilan malam, April mengembuskan napas dan merenggangkan lengannya yang kaku selama beberapa jam karena mengerjakan tugas sekolah. Sekarang, ia bisa bersantai sedikit untuk melihat blog JIPS atau tidur. Tapi sepertinya ia belum mengantuk.

April melihat-lihat isi blog JIPS. Ada banyak foto March Simpkins yang sedang berjejeran di blog karena ia berhasil mengalahkan Malaysian High School sebulan yang lalu dalam ajang baseball world tour. Penulis blog itu terlihat sangat niat mengekspos tentang kemenangan Red Blood meski April yakin sekali bahwa si penulis pasti menuliskannya secara terpaksa, perlu di ingat bahwa apa yang mereka tulis haruslah berdasarkan pihak sekolah.

Mengingat perlakuan kepala sekolah beberapa waktu yang lalu membuat April berdecak kesal, mereka terlalu sering melindungi March. Bodoh sekali, padahal pembullyan bukanlah hal yang bisa ditoleransi.

Tok tok tok

Bunyi ketukan jendela April membuat April tersentak, pelan-pelan kepalanya berputar ke jendela kamar. Siapa yang mengganggunya di malam jam sembilan ini?

Bunyi ketukan kedua membuat April bangkit dari tempat duduk. Sebelum membuat sang ibu bertanya-tanya, ia membuka jendela kamarnya dengan sangat hati-hati.

Begitu jendela terbuka, wajah Januariz dengan black hoodie langsung muncul menatapnya intens.

"Januariz? Lo ngapain di sini?" tanya April, sesekali ia melirik ke belakang, takut kalau ibunya tahu ada seorang lelaki yang berbicara dengannya melalui jendela kamar.

Januariz menyerahkan amplop putih ke arah April tanpa ekspresi dan langsung saja, amplop itu diraih olehnya.

"Apa nih?"

"Petisi," jawab Januariz, "Lo pengen telapak tangan lo bisa bermanfaat kan?"

"Hah? Petisi? Buat apa?"

"March Simpkins."

April masih mengernyit bingung.

"Gue tahu, lo tertarik buat ngurusin intimidasi di sekolah. Tulisan lo di blog JIPS selalu dihapus, kenapa nggak pernah nyoba petisi ini?"

April menatap lelaki itu dengan ragu, menggeleng. "Gue ... nggak bisa."

"Gue pengen sebenarnya nyebarin petisi ini, tapi gue tau ada seseorang yang pengen telapak tangannya berguna. Presentasi yang ... lumayan mengesankan."

April tertegun. Ternyata, Januariz mendengar dengan jelas apa yang ia presentasikan di kelas seni tadi. Astaga! April benar-benar tidak menyangka akan hal itu.

"Katanya, lo tipe orang yang nggak bisa diam lihat ada penindasan. Katanya mau telapak tangan lo bermanfaat. Gimana?"

"April!?"

Teriakan ibu di balik pintu kamar membuat April tersentak kaget, buru-buru ia mendorong Januariz untuk menjauhi jendela kamarnya dan langsung saja, menutup jendela kamar dengan gugup. Tepat waktu, Muzdalifah mengintip di balik pintu kamar.

"Kamu bicara dengan siapa?"

"Huh? Anu-April-lagi baca puisi bu ..."

April terkekeh canggung sementara Ibu menggelengkan kepala dan kembali keluar dari kamar.

"Cepat tidur, sudah jam sembilan."

"Ya, bu."

Sepeninggal ibu dari kamar, April menghela napas lega.

Ia tidak berani membuka jendela itu lagi dan berharap bahwa Januariz telah pergi dari sana. Amplop yang berisi petisi itu diletakkan April di atas meja.

🐾

🐾

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 142K 54
Dari 5.000 murid Hanya 50 yang lulus Di saat puluhan ribu orang harus mengikuti ujian masuk dengan persentase kelulusan di bawah 19%, Alexandra Jane...
IQ (SELESAI) By syi

Teen Fiction

132K 30.9K 56
[BEBERAPA PART DIPRIVAT. FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA YA] Untuk diakui sebagai manusia, harus menerapkan rumus Fisika, hukum Newton kedua. Terlebih, b...
Fortiden By ping

Teen Fiction

224K 20.1K 22
Cek akun wattpad @grasindostoryinc untuk cerita yang lebih lengkap! *** Hidup Aileen benar-benar mengalami perubahan total sejak ayahnya terpidana se...
151K 19.9K 61
[BLURB WELCOME TO CLASS A] Orang bilang Kelas A adalah kelas unggulan yang berisi anak-anak cerdas yang penuh keberuntungan, tetapi pada kenyataannya...