𝐕𝐚𝐧𝐕𝐚𝐧.

By TiaraAtika4

723K 37K 1.4K

| T y p o B e r t e b a r a n. | •belum direvisi, mohon maaf kalo banyak kesalahan dalam penulisan• ᴡᴀʀɴɪɴɢ (... More

01|VanVan🌷.
02|VanVan🌷.
03|VanVan🌷.
04|VanVan🌷.
05|VanVan🌷.
06|VanVan🌷.
07|VanVan🌷.
08|VanVan🌷.
09|VamVan🌷.
10|VanVan🌷.
11|VanVan🌷.
12|VanVan🌷.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19|VanVan🌷.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64💫.

48.

6.6K 346 4
By TiaraAtika4

Berada di situasi seperti ini bukan lah yang Vanya inginkan, saling diam dengan Mevan tanpa ada yang berniat untuk memulai pembicaraan terlebih dahulu, tapi Vanya pun enggan untuk bersuara terlebih dahulu.

Bodoh memang karna Vanya tetap menemui Mevan meski akhirnya seperti ini, saling diam dan sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Mau terus kaya gini? Diem-dieman?" tanya Mevan yang ternyata sudah bosan di situasi seperti ini dan memilih mengalah.

Vanya menoleh pada Mevan, menghela nafas kemudian menggeleng pelan.

"Sini duduk di samping gua," titah Mevan sambil menepuk tempat kosong di sebelahnya.

Vanya yang semua tengah sibuk di tonton oleh televisi, kini berpindah tempat menjadi di atas kasur, di samping Mevan yang tengah duduk menyila.

"Jangan selalu kaya gini, sehabis ada masalah malah diem-dieman, balik biasa lagi seolah-olah masalah itu gak pernah terjadi, bisa?" tatapan Mevan tak lepas pada Vanya yang tengah membuang muka, enggan menatapnya.

"Tapi lo juga sama! Lo malah ikut diem-dieman tanpa niatan buat membuka pembicaraan duluan," balas Vanya dengan nada kesal.

"Iya gua minta maaf, dan gua kesiksa kaya gini," ujar Mevan.

"Yaudah... gua pulang yah," pamit Vanya yang sudah berani menatap Mevan.

"Kok pulang sih?" tanya Mevan.

"Gua ngantuk pengen tidur."

"Tidur disini aja, biar gua yang jagain."

"Yaudah minggir dikit."

Mevan bergeser, memberi tempat untuk Vanya tidur.

"Pas gua tidur jangan jailin gua yah," ucap Vanya dengan menatap tajam Mevan.

"Iyaiya engga, udah tidur gih."

Vanya membaringkan tubuhnya, memejamkan matanya dan tak lama terlelap di alam tidurnya.

Mevan tersenyum, merasa gemas pada Vanya yang gampang sekali tidur, namun sangat susah untuk bangun.

Mevan mencondongkan tubuhnya pada wajah Vanya, menayap lekat-lekat wajah Vanya yang terlihat sangat polos layaknya anak kecil, tidak seperti saat Vanya bangun yang penuh dengan hal gila, raut wajah Vanya saat damai, layaknya tidak pernah bersedih maupun mendapatkan masalah.

"Selamat tidur miliku," ucap pelan Mevan tepat di depan wajah Vanya, kemudian mengecup kening Vanya sedikit lama.

***

Udara dingin yang sangat terasa di tubuh Vanya membuat Vanya terbangun dari tidurnya, mencoba kembali tidur sambil mengeratkan selimut yang melilit tubuhnya namun udara yang benar-benar terasa dingin itu membuatnya tak bisa kembali tidur.

Vanya membuka matanya, menatap keluar jendela yang ternyata tengah hujan deras, pantas saja terasa dingin.

"Masih dingin?"

Suara Mevan membuat Vanya menoleh.

Vanya merubah posisi tidurnya menjadi duduk, menatap Mevan yang duduk di samping kasur dengan nyawa yang belum terkumpul semua.

"Sejak kapan ujan?" tanya Vanya, mengeratkan selimut di tubuhnya.

"Satu jam yang lalu," jawab Mevan.

"Van!" panggil Vanya dengan suara sedikit keras.

"Apaan Nya? Gua disini ngapain teriak?"

"Hari ini gua ada janji mau jalan sama Rega!" kata Vanya dengan raut wajah terkejut.

"Astaga... gua lupa Van," Vanya mengambil ponselnya di atas nakas, mencoba menghubungi Rega, namun ponsel Rega tidak bisa di hubungi.

"Rega marah sama gua Van," lirih Vanya dengan perasaan bersalah.

"Rega gak akan marah sama lo, lo kan ketiduran jadi lupa sama janji lo, lagian kalo Rega niat jalan sama lo dia bakal nelfon lo kok buat ngingetin lo, dan bisa jadi Rega sekarang lagi sibuk," jelas Mevan, mencoba menenagkan Vanya agar tidak terlalu takut karna lupa dengan janjinya.

"Van..."

"Nya..."

"Temenin gua ke rumah Rega."

"Masih ujan, gua gak mau lo sakit karna keujanan!"

"Tap-"

"Mamah udah masak, ayo makan malam."

Vanya menghela nafas, memilih menurut pada Mevan untuk ikut makan malam dan mengeyampingkan masalah Rega.

***

Baru juga Vanya ingin meminta maaf pada Rega atas dirinya yang kemarin lupa akan janjinya, tapi ternyata hari ini Rega tidak masuk sekolah, entah ada apa dengan Rega, ponsel pria itu tidak aktif dari tadi pagi, membuat Vanya semakin merasa bersalah.

Entah Rega benar-benar marah padanya, atau ada sesuatu yang membuat pria itu tidak masuk hari ini, yang jelas Vanya tidak tau.

Mevan yang sedari pagi melihat gerak-gerik Vanya hingga saat ini pun merasa kesal, pasalnya Vanya seperti tengah menghawatirkan hal besar, padahal ini hanya hal sepele yang tidak perlu berlebihan.

"Van!" panggil Vanya.

"Gak usah mulai lagi Nya, lo terlalu berlebihan," ujar Mevan yang masih berusaha sabar.

Vanya menghela nafas, ia tidak mau berdebat dengan Mevan, apalagi hingga membuat dirinya dan Mevan kembali saling mendiami hanya karna masalah sepele.

Tapi disatu sisi tetap saja ia memikirkan Rega yang tidak ada kabar, ia takut terjadi sesuatu pada Rega, semoga saja tidak.

"Makan baso lo, nanti pulang sekolah gua anter lo ke rumah Rega biar lo gak kaya gini," kata Mevan yang membuat Vanya mengangguk antusias.

Vanya memakan basonya yang sudah berubah dingin itu dengan lahap, Mevan yang melihat itu hanya bisa menghela nafas. Setidaknya Vanya hanya satu hari membuatnya sedikit merasa sangat cemburu.

"Mevan!"

Vanya mendongkak saat mendengar seseorang memanggil nama Mevan, dan dirinya hafal betul siapa yang memanggil Mevan.

Tanpa merasa emosi atau kesal Vanya meminum teh manisnya dengan tenang, memperhatikan Renata yang tengah moncoba mendekatkan diri pada Mevan dengan sengaja.

Kali ini Vanya tidak merasa khawatir, tidak perlu bersikap marah ataupun kekanak-kanakan saat ada di situasi seperti ini.

Dirinya hanya perlu diam dan menonton apa yang selanjutnya akan di lakukan Mevan, merespon atau mengabaikannya, memilih Renata atau memilih dirinya.

"Lo kenapa sih Van semalem gak bales chat gua? Telfon gua aja gak lo angkat, kenapa?" tanya Renata dengan nada merajuk.

Vanya tersenyum kecil saat tangan Renata yang sengaja bergelanjut di lengan Mevan itu di tepis cepat oleh Mevan.

"Semalem gua sibuk telfonan sama Vanya," jawab Mevan dengan nada datar, dirinya menatap Vanya yang terlihat tenang.

"Tapi kan bisa bales chat gua kali," ujar Renata dengan menatap Vanya kesal.

Saat ini Vanya sadar, orang yang pernah dekat denganya ternyata adalah seekor ular yang tengah menyamar.

Mendekatinya bukan untuk berteman, tetapi untuk mendapatkan Mevan, dan sekarang yang dulu pernah di anggap teman kini berubah jadi musuh.

"Gak ada waktu buat bales chat selain dari orang yang deket sama gua," kata Mevan, nadanya masih terdengar datar, dirinya masih mencoba melepaskan tangan Renata yang berulang kali bergelanjut di tangannya, dan itu membuatnya risi sekaligus takut.

Mevan takut Vanya yang bersikap biasa saja nantinya berubah mendiaminya dan marah padanya lagi dengan sikap Renata yang seperti ini padannya.

"Van... gua juga kan deket sama lo," ujar Renata.

"Kita deket sebagai temen kalo emang lo juga nganggep gua temen, tapi kalo engga? Maaf yah Ren, lagi ada hati yang emang kudu gua jaga, ada seseorang yang gak boleh gua buat kecewa, sorry," ucap Mevan yang membuat Renata diam dengan perasaan yang begitu kesal.

Mevan berdiri dari duduknya, mengengam tangan Vanya dan menyuruh Vanya berdiri.

"Gua udah janji sama Vanya buat gak bikin dia kecewa lagi, perasaanya lebih berhak gua jaga dari pada bikin dia nangis karna ulah gua, Kita duluan," ucap Mevan yang setelahnya langsung membawa Vanya pergi.

Saat ini perasaan Vanya benar-benar merasa bahagia, kali ini Mevan tak membuatnya kecewa, Mevan menjaga perasaanya, Mevan memilihnya.

Sikap datar yang diberikan Mevan pada Renata mampu membuat Vanya yakin jika Mevan bisa membuatnya kembali percaya pada pria itu jika prianya bisa menjauhi gadis lain demi dirinya.
Bersikap cuek pada yang lain, dan bersikap manis pada dirinya.

Kali ini Vanya tak perlu merasa khawatir lagi dengan hal apapun, yang perlu ia lakukan hanyalah menikmati kebersamaannya bersama Mevan, dengan canda tawa yang selalu ingin ia rasakan di setiap harinnya.

***

Tbc💜

Jangan lupa vote dan komennya:)
See you next time
Tiaraatika4.

Continue Reading

You'll Also Like

990 425 60
Masa lalu yang terburuk bukanlah apa yang kita lakukan dulu, tapi masa lalu yang terburuk adalah kehilangan orang yang sangat kita... Cintai \~>\~>\ ...
4K 1.5K 55
Judul sebelumnya : 𝐁𝐮𝐦𝐚𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚 & 𝐒𝐞𝐧𝐣𝐚 📌 𝙲𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚑𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚑𝚒𝚋𝚞𝚛𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚖𝚊𝚝𝚊. 📌 𝙼𝚞𝚛𝚗𝚒 𝙵𝚒𝚔𝚜𝚒...
939K 59.3K 63
Bahagia? Ceria? Cinta? Apa arti ketiga itu? Harapan? Satu hal yang selalu Aymar pegang. "Dalam kehidupan, harapan selalu ada bagi orang-orang y...
6.9M 291K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...