Jodoh Dari Sahabatku (E N D) ✅

Autorstwa ooh_rxrxn

1.3M 54.8K 1.4K

Regan Dioca Atmadja, pria tampan yang harus rela memenuhi permintaan terakhir sang sahabat untuk menikahi tun... Więcej

Part 1
Part 2.
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part-27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53
Part 54
Part 55
Part 56 (END)

Part 35

19.4K 864 35
Autorstwa ooh_rxrxn

Sebelum baca, boleh dong tekan tombol 🌟 di pojok....

Happy Reading...

Empat tahun kemudian...

"Danis, jangan lari..., habiskan dulu makananmu" teriak seorang wanita dengan berlari mengejar seorang bocah berusia tiga tahun.

"Tidak, aunty. Danis sudah kenyang. Danis mau makan ice cleam, aunty" ucap seorang bocah tampan dengan rambut hitamnya.

"Ya, aunty janji akan memberimu ice cream jika Danis mau menghabiskan makanannya"

"Plomise??" ucapnya cadel dan mengulurkan jari kelingkingnya.

Sementara wanita yang dipanggil aunty itu hanya tersenyum dan menautkan jari kelingkingnya di jari mungil milik Danis.

"Danis, kau tidak boleh seperti itu sayang. Kasihan aunty Salma. Danis harus menghabiskan makanannya. Ingat, di luar sana masih banyak yang tidak bisa merasakan nasi untuk makan, sayang" Ucap seorang wanita yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Baik, bunda. Danis janji akan menghabiskan makanan Danis. Tapi aunty Salma juga halus janji, nanti akan membelikan Danis ice cleam yang banyak" ucapnya dengan mata berbinar.

Karen hanya tersenyum menatap putranya itu. Ia sangat bersyukur dengan karunia yang diberikan Tuhan padanya dalam wujud malaikat kecil yang selalu membuat harinya berwarna. Daniswara Byantara Atmadja. Buah cintanya bersama dengan Regan.

"Kemarin Danis kan sudah makan ice cream, jadi hari ini Danis ngga boleh makan lagi sayang. Nanti kalau Danis sakit bagaimana? Kan bunda jadi sedih" ucap Karen dengan mimik yang dibuat sedih.

"Bunda jangan sedih, Danis ngga akan makan ice cleam lagi kok. Danis janji" ucap Danis seraya memeluk kaki ibunya.

Inilah yang membuat Karen sangat bahagia dengan kehadiran putranya. Danis tidak akan membuatnya menjadi sedih.

Karen mensejajarkan tingginya dengan bocah berusia tiga tahun itu. Setiap kali Karen memandang wajah putranya, maka ia akan teringat akan wajah ayah dari anaknya itu. Mata yang sama, hidung yang sama, bibir yang sama dan juga garis wajah yang sama. Siapapun yang melihat mereka berdua pasti akan langsung mengatakan jika mereka adalah ayah dan anak.

Karen tersenyum dan menangkup wajah Danis. "Anak bunda pinter banget, sih"

"Pasti dong, bun. Danis kan udah gede" ucapnya sambil berkacak pinggang.

Dua orang wanita dewasa tertawa dengan tingkahnya itu.

"Kalau begitu, Danis harus habiskan makanannya"

"Okay aunty, tapi nanti aunty harus belikan Danis Tayo, bagaimana?"

"Baiklah, sekarang habiskan dulu makanannya" Ucap Salma pasrah.

Karen hanya tersenyum melihat anaknya itu. Danis sangat pandai melakukan penawaran. Dan menurutnya, Salma terlalu memanjakan putranya itu. Karen sempat melarang Salma untuk jangan terlalu memanjakan Danis, tapi Salma mengatakan tak apa, toh Danis juga masih kecil. Apa yang bisa Karen perbuat jika sudah seperti itu?

Danis segera menghabiskan makanannya dengan disuapi oleh ibunya. Karen mengambil alih tugas Salma untuk menyuapi Danis, karena wanita itu harus bekerja. Setelah selesai dengan acara makan, Karen mengajak Danis pergi ke rumah sakit.

Inilah rutinitas Karen setiap satu bulan sekali, mengantar anaknya untuk check up karena penyakit yang diderita bocah malang itu, Leukimia. Karen sangat terpukul ketika dokter menyampaikan berita itu kepadanya satu tahun yang lalu. Ribuan jarum seakan menghujam ulu hatinya. Bagaimana tidak? Bocah yang baru berusia tiga tahun harus merasakan sakit yang barang tentu tidak bisa ditahan oleh orang dewasa. Dan Danis harus merasakan itu semua.

"Sayang, hari ini kita mau ketemu sama aunty dokter? Danis mau?"

"Benalkah bunda?? Yeii... Danis mau ketemu sama aunty doktel" Ucapnya sambil bersorak gembira.

Karen segera mengemudikan mobilnya, setelah mendudukkan putranya di samping kursi kemudi. Danis terus saja tersenyum seakan melupakan rasa sakit yang dideritanya. Bocah laki-lakinya itu sangat ceria. Karen hanya bisa berharap jika Tuhan akan mengabulkan do'anya untuk kesembuhan Danis. Ia akan melakukan apapun untuk membayarnya, termasuk dengan nyawanya.

Mobil Karen memasuki kawasan rumah sakit. Setelah memarkirkan mobilnya, ia langsung menggendong putranya untuk turun. Karen masuk ke dalam rumah sakit dengan putranya dalam gendongannya.

Danis memeluk leher ibunya dan tersenyum kepada semua orang yang ditemuinya. Langkah kaki Karen menelusuri lorong rumah sakit dan berhenti ketika di depan sebuah pintu yang terletak di ujung lorong. Kaen membuka pintu tersebut dan menampilkan seorang wanita cantik sedang berkutat dengan beberapa berkas di hadapannya.

"Selamat pagi doktel cantik.." ucapnya Danis membuyarkan konsentrasi wanita itu.

"Halo Danis tampan, bagaimana kabarmu hari ini sayang??"

"Danis baik, dok...."

"Oh ya, bagaimana kabarmu Karen?" ucap dokter tersebut setelah mempersilahkan Karen duduk.

"Alhamdulillah aku baik, kamu sendiri?"

"Seperti yang kamu lihat, aku baik"

Chintya Wardani, seorang dokter muda dengan paras yang menawan. Dirinya lah yang menangani Danis selama ini. Bahkan Chintya sudah menganggap Danis seperti anaknya sensiri, meskipun pada kenyataannya ia belum memiliki teman hidup.

"Apakah Danis sudah siap untuk dokter periksa?"

"Danis siap doktel" ucap bocah berusia tiga tahun itu. Jangan lupakan dengan senyuman manis yang selalu di wajah tampannya. Hal itulah yang membuat Karen bertahan dengan segala kecemasan yang melandanya.

Dokter Chintya meminta Karen untuk membaringkan Danis ke ranjang. Ia mulai melakukan pemeriksaan kepada bocah tersebut. Danis hanya tersenyum seakan tak merasakan sakit apapun. Bocah itu tak mengerti jika terdapat sel kanker yang mengerogoti tubuh mungilnya itu.

Karen sangat sedih ketika melihat jagoan kecilnya itu mengeluarkan darah dari hidungnya dan mengeluh pusing di kepalanya. Karen hanya bisa mendekap anaknya itu seraya menahan air matanya agar tidak jatuh di hadapan Danis. Karen tak mau jika Danis melihatnya menangis. Danis harus melihatnya sebagai wanita yang kuat.

"Bagaimana, dok?" tanya Karen setelah dokter Chintya selesai menyelesaikan pemeriksaan.

"Tenangkan dirimu Karen. Saya yakin Danis anak yang kuat. Benar begitu Danis?" ucap dokter Chintya dan diangguki mantap oleh bocah tiga tahun itu.

"Saya takut, dok. Saya takut kehilangan malaikat kecil saya. Saya tidak tahu apa yang akan saya lakukan jika ia pergi. Saya rela melakukan apapun demi tersu melihat senyumnya setiap hari, saya siap jika harus menggantikan posisinya saat ini" ucap Karen dengan air mata yang terus mengalir di pipinya. Pertahanannya hancur jika menyangkut putra semata wayangnya itu.

Danis yang melihat sang bunda menangis segera bangkit dari posisinya berbaring dan memeluk sang bunda.

"Bunda kenapa menangis? Danis nakal ya, bun? Danis janji ngga akan nakal lagi, Danis janji akan jadi anak yang baik. Bunda jangan nangis. Danis ngga akan minta ice cleam lagi, bun" ucap bocah polos itu seraya menghapus air mata Karen.

"Danis ngga nakal kok, sayang. Danis anak baik. Mata bunda tadi kelilipan makanya nangis" ucap Karen seraya tersenyum dan mengecup kening sang putra.

"Bagaimana kondisinya saat ini, dok? Apa sudah ada perkembangan?" tanya Karen.

"Sel kanker yang ada di tubuh Danis sudah mulai menyebar dan menyerang organ lainnya. Kemoterapi yang selama ini dilakukan hanya menghambat pertumbuhannya. Tapi kamu jangan putus asa, banyak diluaran sana yang sembuh dari penyakit mematikan ini. Kamu harus yakin jik Tuhan akan memberikan jalan untuk semua masalah yang dihadapi hambanya"

"Lalu apa yang harus saya lakukan untuk kesembuhan Danis?"

"Cara terakhir adalah dengan transplantasi sumsum tulang belakang. Hal ini akan menggantikan sumsum tulang yang rusak dan tidak mampu memperbarui sel darah"

"Kalau begitu lakukan, dok. Saya siap melakukannya" ucap Karen dengan penuh semangat.

"Tidak semudah itu, Karrn. Semua ada prosedurnya. Kau harus menjalani beberapa pemeriksaan terlebih dahulu untuk memastikan apakah kamu bisa menjadi pendonor untuk Danis atau tidak"

"Saya akan lakukan apapun untuk kesembuhan Danis"

"Baiklah, besok datang kembali ke rumah sakit. Kita akan lakukan beberapa tes" ucap dokter Chintya dan diangguki oleh Karen.

Karen sedikit merasa lega mendengar perkataan dokter Chintya. Masih ada harapan untuk kesembuhan putranya. Karen akan melakukan apapun demi kesembuhan sang buah hati.

Karen menggandeng tangan mungil putranya melewati lorong rumah sakit. Senyum tak pernah pudar dari wajah tampan Danis. Meskipun dalam keadaan sakit, Danis akan tetap tersenyum kepada dunia seakan ia tak memiliki beban apapun.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Hai-hai.....👋👋 Apa kabar?? Maaf baru up... 😁😁
Jangan bosan nungguin akyu yak😘😘

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

1.9M 90.7K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
311K 8.5K 42
[COMPLETE] Bagaimana jika dizaman sekarang masih ada yang namanya perjodohan? Kirana anak SMA kelas 3 Elementary School dijodohkan dengan CEO dari Gl...
208K 9.9K 41
Deizra Zalynda Shayne merupakan mahasiswi biasa saja yang berubah menjadi luar biasa hanya karena dekat dengan dosen tampan di kampusnya sekaligus bo...
649K 27.9K 81
"Kalau mau ciuman pertama kamu kembali lagi, cium saya untuk kedua kalinya." "Whattt?! Dasar om om!" •Jadilah readers yang bertanggungjawab dengan c...