ANNA (SELESAI)

By sabrina1928

19.5M 1.4M 470K

Young adult romance (sudah terbit bisa beli bukunya di shopee : De gibadesta) #1 fiksi || "Mereka aneh, mere... More

Prolog
Cast
two : Bian time
Three : why?
four : who is she?
five : jealous
six : she is mine
Seven : Badmood
Eight : Play with Vito
Nine : i'm yours
Ten : Sargas wants me
Eleven : Kissmark
Twelve : Hurts
Thirteen : Bian wanna eats me
Fourteen : Mad
Fiveteen : Sargas or Bian?
Sixteen : Aggressive
Ngiklan
Seventeen : Possessive
Eighteen : sick
Nineteen : Explained
Trailer Anna
Twenty : what should i do?
Twenty 1 : He is Sargas
Twenty 2 : Let's start this game
Twenty 3 : his charm
Twenty 4 : Classmeeting
Twenty 5 : Make me crazy
Twenty 6 : Sargas is Mine
Twenty 7 : Problem
Twenty 8 : hide away
Twenty 9 : Talking about Ladeya
Thirty : she's coming
Thirty 1 : come clean
Thirty 2 : Bian coming
Thirty 3 : Fiance
Thirty 4 : Make me crying
Thirty 5 : to forgive
Thirty 6 : Sargas and Anna
Thirty 7 : Bian and Anna
Thirty 8 : break?
Thirty 9 : HangOut
Fourty : Lie low
Fourty 1 : One day
Fourty 2 : unconcerned
Fourty 3 : Sadness
Fourty 4 : she's Sargas mother
Fourty 5 : Courage
Fourty 6 : An embrace of love
Fourty 7 : Pretending
Fourty 8 : in apartment
Fourty 9 : Sulk
Fifty : Leaving
Fifty 1 : Note
Segera Terbit
PO 5 APRIL 2022
Novel Anna (available)

one : game

767K 53.4K 23.5K
By sabrina1928

Hey update lagi guys!
Vote coment ya💜✨

Jangan lupa komen tiap paragraf
🔥🔥🔥🔥

A/n : banyak yg di revisi!

...



Hari ini Anna tidak sekolah, semoga saja ibunya tidak di telpon oleh pihak sekolah ata pembolosan yang Anna lakukan hari ini. Anna tidak melakukan itu dengan sengaja, karna seseorang yang tiba-tiba menariknya untuk tidak bersekolah, dan dia Sargas. Cowok yang sedang menyetir di sampingnya. Anna berharap semoga Sargas tidak melakukan hal di luar batas.

"Kak Sargas," panggil Anna pelan, Sargas masih fokus menatap jalan dan tidak sama sekali menjawab panggilan Anna. Sargas mendengar, namun dia tidak peduli.

"Anna minta maaf," ucap Anna lagi kini terdengar lirih, Sargas masih pada pendiriannya yaitu diam dan tidak peduli. Sampai pada saatnya mobil Sargas berhenti tepat di gedung menjulang tinggi, Anna menerka-nerka apa yang akan di lakukan Sargas selanjutnya. Lelaki itu keluar dari mobil dan beralih ke samping mobilnya lalu menariknya untuk keluar mobil, Anna jalan terseok-seok mengikuti langkah Sargas yang terlalu lebar.

Anna menangis, iya. Air matanya luruh begitu saja, jujur ia sangat takut sekarang. Namun sebisa mungkin ia menahan tangisnya dan segera menghapus air matanya, jikalau saja Sargas melihatnya pasti lelaki itu akan marah besar. Sampai tepat di depan pintu apartemen lelaki itu, dengan segera ia membukanya lalu segera masuk seraya menarik tangan Anna untuk ikut masuk.

Setelah pintu tertutup barulah Sargas melepaskan tangan Anna. Anna terdiam kaku saat Sargas membalikan tubuhnya.

"Jangan hindari gue," tuturnya tanpa ekspresi, Anna sebisa mungkin mengangguk.

"Ma-maaf tadi—"

Anna menghentikan ucapannya karna Sargas melangkahkan kakinya menuju kamar, dengan cepat Anna mengikuti lelaki itu.

"Kak Sargas," panggilnya, Sargas yang sedang menanggalkan pakaiannya tersisa celana abunya serta kaos berwarna putih saja membuat Anna seketika menelan salivanya.

"Hari ini gue males sekolah," ucap Sargas lalu melempar seragam sekolahnya sembarangan, lalu ia dengan segera membaringkan tubuhnya. Anna bernapas lega saat mendengar itu, pikirnya Sargas akan memberinya hukuman sebab ia sempat berpikir untuk menghindar tadi.

"Ke-kenapa emangnya, Kak?" Tanya Anna mencoba menghilangkan kecanggungannya.

"Gue sakit," ucap Sargas tanpa membuka matanya. Anna melebarkan matanya.

"Kakak sakit?" Tak ada jawaban yang di terimanya, Anna perlahan melangkahkan kakinya menuju Sargas lalu perlahan ia membungkuk untuk mendekatkan diri dan tangannya perlahan terangkat untuk mengecek suhu badan lelaki itu, belum mengenai dahi Sargas, tangan Anna di tarik membuat gadis itu terpekik dan kini jarak mereka begitu dekat. Mata keduanya bertemu membuat jantung Anna berdetak tidak karuan.

"Lo pura-pura perhatian?" Tanya Sargas membuat Anna terkejut. Pura-pura katanya? Dengan cepat Anna menggeleng.

"Enggak, Kak. Anna—"

"Annaqilla," panggil Sargas membuat jantung Anna berdetak tidak karuan. Entah perasaan apa ini, yang jelas ia berada tepat di atas Sargas.

"I want you," ucap Sargas pelan namun sangat tegas. Dengan cepat Sargas mengubah posisinya menjadi di atas dan Anna di bawahnya. Anna terkejut luar biasa karna dengan secepat kilat Sargas mampu mengubah posisinya menjadi di bawah.

Saat Anna hendak bersuara, Sargas langsung menciumnya hingga Anna terkejut mendapat serangan tiba-tiba. Selalu seperti ini, Anna tidak bisa membalas ciuman cowok itu, dia terlalu lihai dalam hal seperti ini. Sargas melepaskan pagutannya untuk menatap wajah Anna yang terlihat memerah.

"Kak Sargas, Anna—" Sargas kembali melumat bibir Anna lalu dengan cepat beralih untuk menciumi leher Anna. Anna mendesah pelan, sungguh yang dilakukan cowok ini sangat aneh, dan membuatnya geli.

"Kak Sargas," panggil Anna pelan, dan Sargas menghiraukannya.

"Kak geli..." bibir Anna kembali di lumat olehnya. Tangan Anna terangkat dan tak sengaja memegang dahi Sargas, namun tiba-tiba saja Sargas jatuh di atasnya, lelaki itu demam. Astaga!

"KAK SARGAS!" pekik Anna lalu dengan cepat melepaskan diri dari tindihan Sargas lalu dengan segera mengelus dahi lelaki tersebut yang ternyata sangat panas.

"Kak Sargas sakit, Anna ambil kompresan dulu ya," ucap Anna berbisik pada Sargas, Sargas masih meringkuk.

Anna berlari menuju dapur lalu mengambil segala kebutuhan yang perlukan lalu dengan cepat kembali ke kamar. Ia dengan segera mengompres dahi Sargas lalu menyuruh agar lelaki itu meminum obat penurun demam.

"Kakak mau Anna panggilkan Dokter?" Tanya Anna, Sargas menggeleng.

"Tapi kakak dem—"

"Nggak usah!" Sela Sargas kesal lalu menarik Anna dalam pelukannya membuat Anna limbung lalu jatuh di dalam pelukannya. Anna hanya terdiam tak mampu melawan, jadi ia membiarkan saja.

***

Sekarang sudah pukul 9 malam, Anna dengan segera berpamitan pada Sargas.

"Kak, Anna takut Mama marah. Anna pulang dulu ya," ucap Anna, Sargas bangkit membuat Anna terkejut.

"Kakak mau apa?"

"Anter lo."

"Nggak usah, Kak, Kakak lagi sakit-"

Sargas tak memedulikan Anna bicara lalu dengan segera memakai jaketnya dan keluar apartemen, Anna mau tidak mau ikut keluar. Saat di dalam lift, Anna kembali bersuara.

"Kak Sargas beneran bisa bawa mobil? Suhu badan kak Sargas juga belum turun," ucap Anna, Sargas masih pada posisinya terdiam.

"Kak, mending kakak balik—kyaaa," Anna terpekik saat Sargas langsung menyudutkannya.

"Kak, ada CCTV."

"Lo pikir gue takut?" Tanya Sargas tanpa ekspresi. Anna menggeleng lalu saat pintu lift terbuka, barulah Sargas melepaskannya.

Anna dengan cepat berlari untuk mengejar langkah Sargas yang terpantau cukup lebar sehingga ia tertinggal jauh.

Lama di perjalanan akhirnya ia sampai di rumahnya, dan benar sudah ada ibunya yang sedang memegang sapu di depan rumah. Pastinya dia akan terkena hantaman dari batang sapu tersebut. Anna menutup wajahnya membuat Sargas menoleh melihat gadis itu yang terlihat ketakutan.

Sargas dengan cepat keluar mobil membuat Anna terkejut luar biasa.

Dengan cepat Anna keluar mobil untuk membela Sargas. Saat ia tiba, bukannya mendapat tatapan menyeramkan dari ibunya, Audina langsung tersenyum lebar lalu menarik Anna.

"Ya ampun, kamu tuh ya bikin Mama panik aja, terus kenapa kamu nggak bilang kalau kamu punya pacar setampan ini?" Tanya Audina blak-blakan membuat Anna terkejut lalu menoleh, Sargas hanya menampilkan raut datar. Pastinya beberapa menit itu Sargas mengatakan hal yang tidak-tidak.

"Anna enggak—"

"Maaf, Tante, Anna jadi pulang telat karna harus urus saya dulu. Saya sakit terus Anna nggak tega ninggalinnya," ucap Sargas enteng membuat Anna mengernyitkan dahinya heran. Dia tidak tega? Justru lelaki itu yang memaksanya untuk terus bersama.

"Ah enggak apa-apa kok, terus sekarang kamu udah sembuh?" Tanya Audina, Sargas mengangguk.

"Yaudah kamu udah malem, hati-hati di jalan ya," ucap Audina lagi, Sargas mengangguk.

"Saya pamit," ucapnya tanpa eskpresi lalu pergi begitu saja setelahnya ia mengemudikan mobilnya menabrak gelapnya jalan.

Sedangkan Audina langsung menepuk bahu Anna keras-keras membuat Anna meringis sekaligus terkejut.

"KENAPA NGGAK BILANG?!" Tanya Audina.

"I-itu baterai hp Anna habis Ma—"

"Bukan masalah itu, ini tentang cowok yang tadi. Kamu kok bisa dapet seganteng itu? Keknya tajir juga tuh," ucap Audina seraya tersenyum senang.

"Ma, Anna nggak mau pacaran sama kak Sargas," tutur Anna membuat Audina berkacak pinggang.

"Lah kenapa? Tuh cowok juga suka sama kamu kok, lagi pula Sargas itu walaupun datar, pasti dia cowok popular di sekolah kan. Ya kan?"

"Mama, Anna—"

"HEH! Udah, banyak alasannya aja. Udah bersyukur tuh cogan suka sama kamu," potong Audina geram. Ya begini lah ibunya, selalu saja tidak mendengarkan ucapannya.

"Kak Sargas itu bukan tipe Anna, Ma," ujar Anna berani.

"Terus tipe kamu yang kayak gimana? Supir angkot?"

"Bukan begitu, Kak Sargas terlalu sempurna."

"Alah, pokoknya Mama suka sama Sargas, untung tadi Mama di pertemukan sama cowokmu, kalau saja enggak, Mama udah siapin sapu karna kamu pulang kemaleman." Anna mendengus pelan saat mendengarnya, Audina memang sangat menyebalkan. Lalu ia melangkahkan kakinya menuju rumah. Anna pun dengan cepat masuk ke dalam rumahnya. Saat berada di kamar ia dengan cepat membersihkan tubuhnya dan segera mengganti seragam sekolahnya dengan piyama miliknya.

Bisa di jelaskan sedikit, Ayah Anna sudah lama meninggal. Anna ditinggal Ayahnya waktu ia baru berumur 11 tahun, dan waktu yang cukup lama ini membuatnya merasa sangat kesepian. Bagaimana tidak? Ibunya yang jarang sekali berada di rumah dan sibuk bersama teman-temannya membuat Anna merasa kesepian. Tapi Anna juga tidak bisa melarang ibunya untuk bergaul dengan ibu-ibu lain.

Anna merebahkan tubuhnya, lalu saat mencek ponsel, pas sekali seseorang menelponnya. Dan nama Kak Bian tertera di layar ponselnya. Dengan cepat Anna menjawab.

"Ha-halo, Kak Bian?"

"Anna kemana aja? Kakak telponin dari tadi," ucap Bian entah sepertinya terdengar marah.

"Anna tadi nggak sekolah, Kak, terus Anna lagi nggak mau megang hp," alibinya, jelaslah orang seharian ia berada di apartemen Sargas.

"Nggak usah bohong, Sargas bawa lo kan?" Seketika Anna terdiam, ternyata Bian sudah tahu.

"Lo di apain sama Sargas?"

"Enggak di apa-apain kok, kak Sargas sakit—"

"Besok lo harus ikut gue," potong Bian membuat Anna mengernyitkan dahinya bingung.

"Ke-kemana, Kak?" Tanya Anna.

"Apartemen gue," jawab Bian membuat Anna sontak menggeleng keras.

"Enggak, Kak, Anna mau sekolah. Tadi Anna udah nggak sekolah."

"Pulang sekolah kan ada, pokoknya besok jatah gue!" Ujar Bian tanpa mau di elak sedikit pun. Anna membuang napasnya pasrah.

"Kenapa kakak masih ngejar Anna? Anna cuma mainan kan?"

"Coba lo pikir sendiri," jawab Bian.

Anna mengubah posisinya menjadi duduk lalu menyenderkan kepalanya pada penyangga kasur.

"Iya, Anna cuma mainan kalian bertiga. Pasti," balas Anna lirih.

"Setidaknya lo mainan berharga, Ann. Dan lo cuma buat gue," ujar Bian menekankan. Anna tak kuasa menahan tangisnya, mendengar isakan Anna membuat Bian bersuara.

"Lo nangis?"

"Enggak."

"Bohong."

"Iya Anna nangis," ucap Anna jujur.

"Nggak usah nangis, gue bercanda elah."

"Anna udah duga."

"Gue sayang lo, gue cinta lo. Nggak bercanda kan?"

Anna memejamkan matanya mendengar penuturan Bian. Biarlah lelaki itu berkata apa yang dia inginkan, Anna jujur hanya ingin bebas, sudah itu saja.

"Anna?"

"Anna masih di sini," jawabnya.

"Tidur ya sayang, besok full time lo sama gue, jadi siapin diri."

"Iya, Kak," jawab Anna.

"Night. Love u," ucap Bian lalu mematikan sambungannya sepihak. Anna berdecih pelan saat mendengar kata terakhir lelaki itu.

Jikalau saja Bian benar mengatakan itu untuk mencintainya sepenuh hati, pasti Anna pasti akan luruh juga. Sayangnya Anna masih terngiang ucapan mereka bertiga saat itu.

Flashback ON

"Gue suka lo," ucap Bian, lalu Vito tersenyum tipis dan segera merangkul Anna yang masih terkejut luar biasa.

"Gue juga suka lo, nama gue Vito, kitty," ucap Vito menyambung. Anna menggeleng tidak percaya. Tidak dengan lelaki satunya lagi, dia masih enggan berbicara membuat Bian angkat suara.

"Kita bertiga suka sama lo, jadi gimana?" Seketika Anna menatap sekitar saat orang-orang mulai menatapnya sinis.

"Kalian pasti bercanda," ucap Anna.

"Iya, tapi nggak main-main," jawab Vito.

"Jangan ganggu Anna, Anna nggak mau—"

"Ikutin aja alurnya, liat siapa yang bakal buat lo jatuh cinta," ucap Sargas pelan lalu ia membalikan tubuhnya. Vito dan Bian tersenyum ke arahnya.

"Iya, ikutin aja alurnya ya, Kitty!" Ucap Vito lalu mencubit pipi Anna, Bian mengelus puncak kepalanya lalu pergi begitu saja.

Flashback OFF

Permainan bukan? Iya permainan yang hampir setahun lamanya mereka lakoni untuk meluluhkan hatinya. Sial, Anna kembali menangis mengingat nasibnya. Dari awal Anna terus menerapkan bahwa ketiganya hanya bermain-main saja. Tapi kenapa lama-kelamaan sifat mereka berubah, seperti Sargas yang awalnya begitu dingin kini malah terlihat begitu menginginkannya.

Anna kesal juga pada Bian yang suka sekali memegang area tubuhnya yang tidak boleh di sentuh namun dengan sengaja Bian pasti menyentuhnya. Dan cowok itu juga suka sekali membuatnya terbang namun dengan cepat pasti ia jatuhkan. Betapa menyedihkannya menjadi seorang Anna.

Ibunya yang tidak pernah mempedulikannya dan sekarang kehidupannya di jadikan permainan buat para lelaki bajingan itu. Entah bagaimana kedepannya, jujur, Anna sangat sedih. Tapi pada siapa ia bisa mengadu?

Kenapa tidak ada satu orang pun yang bisa ku ajakbercerita?





TBC

Continue Reading

You'll Also Like

Psicopath By ByieByieYoh

Mystery / Thriller

2.3K 50 3
Hidup seorang wanita berubah dratis saat bertemu dan mulai mencintai seorang pria yang membawanya kedalam trauma yang menyakitkan.
REYGAN By tata

Fanfiction

25.5K 696 4
Reyna adalah seorang cewek mungil yang mampu menaklukan hati seorang Egano Wijaya, cowok tampan berhati dingin yang terkenal dikalangan kaum hawa. Ki...
2.6M 39K 51
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
58K 7.3K 49
❝4.380 hours with you has been the most beautiful time of my life. Thank you. ❞