PURZELBAUM [Changlix]

By northeastern_

92.9K 18.4K 3.9K

tentang lee felix, seo changbin, dan neraka kehidupan yang mereka buat sendiri. ° seo changbin ° lee felix Wa... More

one ° we've met
two ° seize the day
three ° when you love someone
four ° you don't care
five ° let me down
six ° melted
seven ° open the door
eight ° sternhaufen
nine ° confused
ten ° merged
eleven ° honestly
twelve ° sick
thirteen ° cross the bear
fifteen ° precious
sixteen ° jawbreaker
seventeen ° leave well alone
eighteen ° back to square one
nineteen ° daredevil
twenty ° caesura
twenty one ° gallantry
twenty two ° gallivanted
cuap cuap 👩‍🚀

fourteen ° faintest

3.4K 748 114
By northeastern_

Bangchan sehabis wisuda hari ini. Setelah acara selesai, ia mengajak Felix untuk berkeliling ke kawasan Jakarta pusat. Hari sudah mulai gelap saat keduanya melewati beberapa pertokoan dan bangunan-bangunan yang menjulang tinggi khas ibukota.

Mobil yang mereka tumpangi melambat saat melewati jejeran pub dan bar di sisi jalan.

Bangchan tahu Felix tengah memandang lekat tempat-tempat itu.

"Mau ngajak graduation party disini?" Felix belum mengubah arah pandangnya.

Bangchan memperdalam injakan pada pedal gas. Membuat pandangan Felix seketika mengabur dari semula.

"Cuma mau nunjukin aja tadi,"

Tangan yang lebih tua terulur untuk mengusak rambut Felix.

"Gak boleh ke tempat gituan" lanjut Bangchan.

"Tapi kalo udah tambah umur boleh, kan?"

"Sama aja gak boleh. Kakak belum percaya kamu bisa jaga diri, nanti salah pergaulan"

Felix merengut.

"Tapi Kak Chan boleh"

"Beda, Lix. Kakak gak mau kamu kenapa-napa. Kakak bertanggung jawab atas kamu sebagai kakak sepupu. Tugasnya ya jagain kamu biar gak nakal"

Bibirnya mencebik. Felix sedang malas berdebat. Hari ini ia cukup lelah karena ikut andil dalam kepanitiaan acara wisuda. Tentunya sebagai perwakilan dari badan eksekutif mahasiswa.

"Lix,"

Felix menoleh.

"Seungmin apa kabar ya?" Suara Bangchan terdengar seperti gumaman. Tapi Felix dapat mendengarnya dengan jelas.

Felix menggenggam erat tangan Bangchan.

"Udah tiga taun gak ada kabar, Lix."

"Doain aja semoga Seungmin punya hidup yang lebih baik sekarang"

Felix tersenyum. Bahu Bangchan ditepuk.

"Udah ayo pulang, aku capek. Kakak juga pasti capek, kan?"

Bangchan mengangguk kemudian tersenyum.

'Seungmin, lo dimana sih? Jangan bikin Kak Chan sakit lagi kayak dulu' batin Felix.

•••

Hari ini para anggota organisasi tengah sibuk berkutat dengan program kerja dan beberapa rencana untuk kegiatan pengenalan lingkungan kampus pada mahasiswa baru. Felix bahkan disibukkan dengan proposal baru yang harus segera ia buat, proposal yang sebelumnya ditolak karena di tahun ini kegiatan akan berbeda.

Laptop di depannya tidak berhenti bekerja sejak tadi. Proposal yang digarapnya sudah masuk lembar ke empat belas saat Jisung menghampirinya. Dua kaleng minuman dingin diletakkan di atas meja tepat di samping laptop milik Felix.

"Istirahat dulu, Lix. Biar gue lanjutin sini,"

Felix menggeleng.

"Lo duduk aja. Ini dikit lagi kok"

Jisung membuka kaleng minuman miliknya. Meneguknya sedikit dan memperhatikan layar laptop yang makin lama meredup.

"Anjir mati. Lah gimana ini belum gue save?!"

"Lo gak sambil nge-charge dari tadi?"

"Lah ini lo liat sendiri charger-nya udah nyolok" jawab Felix sambil mengangkat kabel charger laptopnya.

Ponsel Felix berdering seketika. Ada panggilan masuk dari Hyunjin.

"Trus gimana ini? Kudu bikin ulang?" Felix mencoba menekan tombol power.

"Eh udah itu ada telfon, angkat dulu"

Felix melirik ponselnya kemudian menolak panggilan masuk tersebut. Selang beberapa detik, dan Hyunjin kembali meneleponnya.

Jaemin masuk ke ruangan BEM dengan membawa beberapa keranjang berisi tumpukan kertas laporan. Pemuda bermarga Na itu menoleh saat mendengar dering telepon yang berbunyi.

"Handphone siapa sih?"

"Tau nih Felix malah gak angkat telfonnya."

Felix mengusap wajahnya kasar.

"Lagi puyeng ah biarin. Gue udah delapan kali bikin proposal. Ini lagi buat yang bener malah gak ke save. Ini charger laptop gue rusak apa gimana sih?"

"Kan emang dari tadi mati listrik. Lagi ada pembetulan gara-gara ada korsleting di lab teknik elektro" ucap Jaemin santai.

"Sialan," desis Felix.

"Udah sana rebahan di lantai dulu, lo lagi capek. Masalah proposal nanti gue selesaiin aja, Lix" ucap Jisung.

Felix menurut. Tubuhnya berpindah ke tempat yang lebih luas. Mencari sisi lantai yang sekiranya tidak terlalu berdebu. Felix mendudukkan diri sambil menghela napas.

BRAKK

"WAKIL KETUA ANGKATAN FT SEMBILANG BELAS ADA YANG NYARIIN TUH!"

Seorang pemuda dari jurusan ilmu perpustakaan berteriak setelah membuka pintu dengan kasarnya.

"Siapa?" tanya Felix.

"Gue juga gak tau."

"Suruh samperin gue disini."

"Gak bisa, orangnya lagi ditahan sama anak-anak di depan gerbang. Tadi dia sempet dorong-dorongan sama anak angkatan tujuh belas gara-gara gak sengaja tabrakan."

Felix mengerutkan keningnya. Segera beranjak dari duduknya dan berlari ke arah gerbang depan.

Dan disana, ada Hyunjin yang berdiri dengan angkuhnya di depan beberapa mahasiswa lain.

"Felix!" Suara Hyunjin terdengar saat netranya menangkap keberadaan Felix.

Yang dipanggil mendekat. Segera meminta maaf pada beberapa mahasiswa kampusnya yang berkumpul di sekeliling Hyunjin. Yang pasti ada salah satu kakak tingkatnya yang tampak menatap tajam ke arah Hyunjin.

"Lo ngapain sih?" tanya Felix setelah membawa Hyunjin keluar area kampusnya.

Hyunjin terlihat masih geram. Namun tetap saja menyempatkan membukakan pintu mobil untuk Felix. Keduanya sudah memasuki Pajero sport milik pemuda Hwang itu. Kemudian segera melaju meninggalkan kampus Felix tanpa sempat keluar protesan dari yang berambut pirang.

Mobil putih itu terhenti di depan cafe dengan bangunan tingkat tiga. Hyunjin segera naik ke lantai teratas dengan Felix di belakangnya.

Rooftop sangat sepi, siapa yang mau berpanas-panasan di bagian bangunan tanpa atap ini di siang hari kalau bukan Hyunjin.

"Gue gak bakal cari masalah kalo lo tadi langsung angkat telfonnya."

"Gue lagi puyeng ngurusin proposal tadi. Sorry,"

Hyunjin berdiri di depan pembatas besi. Sedangkan Felix sudah mendudukkan diri di atas sofa.

"Maaf soal yang kemaren. Lo sampe demam ya? Gue tanya ke Kak Chan besoknya."

"Iya. Kampret banget lo ninggalin gue pas hujan deres"

Hyunjin terkekeh. Lalu mendekat pada Felix. Tangannya mengusak surai pirang itu sebelum ikut duduk di samping Felix.

"Lo tuh ngapain tadi di kampus gue?"

"Mau ketemu lo,"

Felix menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa.

"Gue ini anak kampus swasta, jam terbangnya beda sama lo yang bisa sempet keluar kampus di siang hari gini."

"Ya gapapa, kan gue pengen ketemu lo."

"Jeongin kemana?"

Hyunjin mendengus.

"Jangan bahas dia,"

"Ya kenapa sih? Kan dia pacar lo."

"Gue berusaha gak bahas Changbin dari tadi. Bisa gak lo juga gak bahas Jeongin pas kita lagi ngobrol?"

Felix tercekat.

"H-hyunjin? Ada apa sih?" tanya Felix lirih.

Yang ditanya hanya menggeleng.

"Lo gak biasanya emosian gini. Ada masalah?"

Tak ada jawaban. Felix mencari cara lain.

"Wanna hug?"

Hyunjin berdecih.

"Gak usah. Gue gak mau nutupin bekas pelukan Changbin di tubuh lo."

"Apaan sih, gak usah gitu. Lo selalu cerita kalo ada masalah,"

"Udah beda sekarang, Lix."

"Ya lo jujur ada apa sebenarnya?"

Hyunjin menghadap ke arah Felix.

"Lo inget pas gue ke kampus lo dan ketemu lo di koridor? Gue bukan mau nemuin Jeongin, gue mau nemuin lo. Iya gue yang bodoh disini, gue tau. Gue taken sama Jeongin tapi nyatanya gue gak bisa lepas dari lo, Lix."

Hyunjin menarik napasnya.

"Kenapa lo—"

"Gue suka sama lo, bangsat!"

Felix terdiam.

"Lo masih kepikiran soal prank yang gue confess ke lo pas malem itu? Gue cuma bercanda, Jin."

"Gue juga gak tau lo apain sampai gue kayak gini, Lix."

"Lo kenapa sih? Kan gue udah bilang yang kemaren itu cuma bercanda."

"Sehina itu ya perasaan gue sampe seenaknya lo buat bercandaan?!"

Felix terdiam. Kepalanya tertunduk. Badannya gemetar tiba-tiba.

"Lix, sorry gue gak maksud ngebentak lo."

Felix bergeming. Matanya ia pejamkan erat.

"Felix?" Hyunjin mengusap bahu Felix pelan. Mencoba membuat sahabatnya kembali tenang.

Hyunjin mengulum bibirnya.

"Gini loh gue jelasin. Gue sayang Jeongin, gue juga sayang lo. Kalian ada di tingkatan yang sama."

"Toh gue gak maksa apa-apa. Gak maksa lo tinggalin Changbin, gak maksa lo suka balik ke gue. Buat lo gak ada untung atau ruginya kan kalo gue suka sama lo?"

Felix masih terdiam. Gemetar di tubuhnya perlahan menghilang. Berganti menjadi rasa bersalah yang membebani pikirannya.

"Maaf soal yang kemaren gue gak dengerin saran lo. Makasih lo udah bikin gue lupain Heejin. Tapi maaf gue naroh perasaan yang gak seharusnya,"

Grep

Tubuh Hyunjin menubruk Felix. Memeluk tubuh sahabatnya dengan erat.

"Makasih buat semuanya."

Hyunjin meregangkan pelukannya.

Cup

Felix terbelalak saat dahinya dikecup. Hyunjin juga memberikan usapan di pipi Felix.

"Gue pamit ya?"

"Lo— m-mutusin pertemanan kita?"

"Gue mau lupain lo, Lix."

"Serius cuma karena ini? Pertemanan kita bubar?"

Hyunjin mengangguk.

"Mungkin ini yang terbaik."

Felix menggelengkan kepala. Merasa tak masuk akal dengan sikap Hyunjin.

"Ayo gue anter balik. Gue gak mau ninggalin lo kayak kemaren lagi."

"Omong kosong," ucap Felix lirih.

•••



"Ya udah gitu,"

"Brengsek. Mepet terus anjing! Kesel gue dengernya."

"Udah ah sabar, kak. Jangan ngomong gitu."

"Sabar gimana? Pacar gue jelas-jelas dipepet orang"

Felix menelungkupkan tubuhnya di atas ranjang. Membenarkan posisi ponselnya di dekat telinga.

"Kak Changbin jangan marah-marah. Kan aku gak ngapa-ngapain."

"Mau marah tapi gak tau ke siapa"

"Sini aku dengerin Kakak marah,"

Ada jeda beberapa detik. Suara helaan napas terdengar dari Changbin melalui sambungan telepon.

"Ya gimana ya, kalo lo jadi gue gimana?"

"Sakit hati lah."

"Ya itu tau. Tapi gue sama dia juga kenal ke lo nya duluan dia. Soal dia suka lo itu loh yang bikin agak- hm ya gitu lah"

Changbin berdecak.

"Kamu doang yang anggep dia sahabat. Dianya enggak, Fel. Kamu perhatian ke dia, dan dia anggepnya beda. Itu yang aku gak suka."  Suara Changbin sudah kembali merendah.

"Perhatian kayak gimana sih?" Felix yang kesal kali ini.

"Ya mana sadar kamu."

Felix merengut. Meski tak dapat Changbin lihat.

"Jangan tanggepin dia lagi bisa?"

"Hu um,"

"Udah malem, ayo tidur."

"Hm"

"Ngambek?"

"Enggak"

Felix yang memang sedang kesal bertambah kesal karena tak ada sahutan lagi dari Changbin.

Hening cukup lama.

"Kak?"

"Tunggu besok, jam empat sore. Aku jemput kamu ke rumah. Kita jalan-jalan."

Pip

Telepon terputus begitu saja. Felix beranjak dari tidurnya. Mengambil sebuah korek di dalam nakas. Menikmati api kecil yang menyala beberapa detik.

Felix tertawa kecil.

"Kak Changbin, Hyunjin, siapa lagi? Brengsek gue udah mati rasa."

Srakk

Korek api terpental begitu saja. Kini Felix membungkus dirinya dengan selimut. Dengan paksa ia mencoba tidur.


.

.

.

Gila ini work ku makin ga jelas 😭
Jangan lupa vote comment ya gaes biar aku semangat (':

Continue Reading

You'll Also Like

338K 21.3K 55
Ini tentang seorang anak perempuan yang hidup tapi berkali-kali dimatikan, anak perempuan yang mentalnya dihancurkan oleh keluarganya sendiri, dan an...
6.3K 484 13
RAW NOVEL TERJEMAHAN No edit (mtlnovel.com) Detail Assosiated name: 80's Fat Girl's Counterattack Judul Singkat:EZFGCB Judul Asli:八零肥妞逆袭记[穿书] Status...
20.2K 1.5K 16
Hong Jisoo, namja yang selalu menebar kebahagiaan ini harus mengalami sesuatu yang mengubahnya. Apakah semua mampu menjadi sebaik dulu? m... ma... ma...
3.9K 239 9
HAPPY BIRTHDAY URI LEADER RASA MAKNAE "SCOUPS" CHOI SEUNGCHEOL. CHEOLSOO ❤