Terimakasih, kau membuatku bahagia meskipun dengan cara yang sederhana.
***
Allesya kini berada di kamarnya dengan posisi tidur telungkup.
“Nghh ... males banget gue hari ini.” Allesya melenguh. Ia segera bangun untuk mengambil ponselnya yang tergeletak di meja belajar.
Ia menuruni kasur dengan posisi merangkak. Memang hari yang sangat membosankan. “Kepala gue pusing banget, duh.”
Setelahnya sampai di depan meja belajar, ia meraih ponselnya yang bergetar. Tertera nama Agil. Allesya sangat kesal dengannya. Enak saja mengucapkan cinta yang tidak romantis seperti kemarin.
Allesya segera menggeser tanda telepon hijau keatas. “Apa? Gangguin orang aja.” Ucapnya.
“Lagi dimana?” tanya Agil diseberang telfon.
“Kepo.”
“Gue ke apartemen lo, ya?”
“Gak boleh.”
“Kenapa? Gue kangen sama lo.”
Allesya melotot terkejut mendengar 4 kata terakhir. Ia merasakan panas di pipinya. “Nghh ... Gu-gue pengen malas-malasan hari ini. Gak boleh ada yang ganggu.” Jawabnya terbata.
“Halah-halah. Gue mau kesana. Cepet mandi, gue tau lo baru bangun tidur. See, ya.”
Belum sempat Allesya menjawab, panggilan diputuskan sepihak oleh Agil.
“Ngapain, sih, dia itu? Gak bisa banget ngehargai kata orang. Gue kan lagi pengen malas-malasan, lagi pengen mager-mageran.” Kesal Allesya. Ia memutuskan untuk segera berdiri dan menuju kamar mandi.
Sementara, Agil kini telah selesai memakai pakaian. Memang, ketika ia menelepon Allesya, ia belum memakai pakaian. Melainkan memakai handuk saja yang dililitkan di bagian pinggang ke bawah. Mengekspos dada bidang dan perut seksinya.
Selesai berpakaian kasual, ia segera menuruni tangga untuk segera menuju ke apartemen Allesya.
“Ayah ... Bunda?” panggil Agil sembari berlari-lari kecil menuruni tangga.
Bunda nya tersebut tengah membuat kue ditemani Ayah tirinya yang tengah membaca koran.
“Mau kemana, Sayang?” tanya Bunda.
“Iya, masih pagi kok mau pergi.” Ucap Ayah mengimbuhkan.
“Mau jalan-jalan.” Jawab Agil dengan cengirannya.
“Sama calon tunangan, ya?” Goda Bunda.
“Nghh ... iya, Bunda.” Jawab Agil malu-malu.
“Hmm ... Sepertinya kamu harus mengenalkan Ayah pada calon tunanganmu itu, Gil.” Ucap Sang Ayah.
Memang, ketika dulu Allesya berkunjung kerumah Agil dengan paksaan tentunya, tak ada sang ayah, karena beliau sedang mengikuti rapat di luar kota.
“Iya, Yah. Tapi gak sekarang. Agil berangkat dulu, ya.” Agil segera berpamitan dan memasuki mobilnya.
Membutuhkan waktu 30 menit untuk sampai di apartemen Allesya. Bukan karena macet, memang jarak rumah dan apartemen lumayan jauh.
Dan, kini Agil telah sampai di basement apartemen.
Ia sudah berada di depan pintu Allesya. Hanya membutuhkan beberapa ketukan pintu saja untuk membuat Allesya keluar.
“Ngeselin. Ngeselin. Ngeselin.” Ucap Allesya datar ketika telah membuka pintu. Agil hanya menunjukkan cengirannya.
“Gue masuk, ya.” Ucap Agil memasuki ruangan dan mencopot sepatunya. “Udah makan?” tanya Agil.
“Belum. Ini mau masak.”
Mendengar jawaban dari Allesya membuat Agil mengikat tali sepatunya lagi. “Yaudah, yuk cari makan!” ajaknya.
“Gak, ah, masak aja biar ngirit.”
“Ck, udah ah ayo. Sambil jalan-jalan gitu.”
“Hmm.” Ucap Allesya sembari masuk kamar untuk mengambil slingbag dan juga ponsel.
“Yaudah, yok!” Ajak Allesya memakai flatshoes nya.
***
Mereka telah berada di dalam mobil. Agil mengeluarkan mobilnya dari basement dan segera melenggang di jalanan yang mulai macet.
“Heh, cumi asin! Mau makan dimana?”
Allesya mengernyit heran mendengar panggilan cumi asin. Ia tak menghiraukan setelahnya. “Terserah.”
“Kalo di MCD, gimana?”
“Terserah.”
“Kalo KFC, gimana?”
“Terserah.”
“Kalo Hoka-Hoka Bento, mau gak?”
“Terserah.”
“Hmm ... Kalo di Starbuck?”
“Terserah.”
“Kalo di ...”
“TERSERAH, BERISIK LO!”
“Lo, sih. Dari tadi terserah mulu.”
“Emang lo gak tau, apa? Terakhir kali wanita yang memilih untuk makan, manusia langsung di keluarin dari surga. Dan dipisahkan sama pasangannya.”
“Tuhkan, songong.” Jawab Agil sembari memanyunkan bibirnya.
“Lo yang songong, ikan teri!”
“Gue itu ganteng, mana bisa lo katain ikan teri?!”
“Halah-halah ribet!”
“Kok lo marah-marah, sih?!”
“Lah, lo kenapa marah-marah balik?!”
“Dasar cumi keasinan.”
“Dasar ikan teri gepeng.”
Mereka berdua saling melemparkan caci maki yang sebenarnya tidak bermanfaat. Allesya sangat kesal. Berbeda dengan Agil yang tengah cengengesan.
“Makan di MCD aja kali, ya. Pumpung ini deket MCD.” Ucap Agil.
“Hm.”
Hanya membutuhkan waktu 5 menit saja untuk sampai di halaman parkir McDonald's. Mereka berdua turun bersamaan. Dan berjalan sejajar.
Cinta itu curang. Dengan mudahnya ia membalikkan perasaan seseorang tanpa memikirkan cara untuk melupakannya. Ia membuat orang yang dulu berjalan memunggungi berubah mensejajari. Dengan mudahnya pula ia menguarkan rasa kebencian yang memupuk, menjadi sebuah angan harapan di hati.
Sungguh, cinta itu memabukkan. Menghadirkan rasa asing namun menghibur ketika keresahan hati menyerang. Mampu mengobati sebuah torehan luka lama yang masih basah dihati.
Terimakasih, Agil. Kau telah membuat Allesya bahagia meskipun dengan cara yang sederhana.
“Ngelamun aja, Neng?” Ucap Agil menyadarkan lamunan Allesya.
“Gak ngelamun kok, cuma latihan biar gak kedip terus-terusan.” Jawab Allesya ngelantur.
“Goblok lo udah mendarah daging, ya?”
“Apaan, sih?!”
“Kenapa hari ini lo sewot? Ngegas terus dari tadi.”
“Suka-suka gue.”
“Pms, ya?”
“Kepo!”
“Tuhkan, ngomong juga irit.”
“Berisik!”
“Lo kenapa, sih?” tanya Agil akhirnya. Tak biasanya Allesya ketus seperti ini jika bersamanya, “lo marah, ya, gara-gara gue gangguin waktu lo?” imbuhnya melembut.
“Bagus, deh. Kalo tau diri.”
“Ya, sori. Kan, gue kangen.” Jawab Agil sembari mengedipkan mata dua kali menunjukkan sorot polos.
“Gue eneg denger lo ngucap gitu terus.”
“Gak pa-pa. Biar lo percaya kalo gue suka sama lo.”
“Terserah lo!”
Akhirnya makanan yang dipesan keduanya telah sampai. Mereka segera memakan dengan khidmat.
Waktu berjalan selama 15 menit dan keduanya telah selesai menghabiskan makanannya.
“Ini uang gue buat bayar.” Ucap Allesya sembari menyodorkan beberapa lembar uang ratusan ribu. Agil hanya melihat uang dari Allesya tanpa menerimanya. Setelah itu ia melenggang ke kasir. Allesya hanya mengernyitkan dahinya bingung.
Allesya memainkan ponselnya sembari menunggu Agil. “Yok, udah selesai bayar.” Ucap Agil mengejutkan Allesya.
“Kenapa uang gue gak lo terima?”
“Gue yang ngajak makan, jadinya gue yang bayarin.”
“Ya udah, makasih.”
Mereka berdua berjalan menuju ke parkiran.
“Habis ini mau kemana?” tanya Agil.
“Anterin ke supermarket, ya. Mau belanja buat masak.”
“Oh, oke.” Agil segera menghidupkan mesin mobilnya dan mengendarai menuju supermarket terdekat.
***
Hari ini, mereka telah selesai sarapan bersama dan belanja. Kini mereka berada di apartemen Allesya dengan Agil yang tengah membantu Allesya memasukkan bahan-bahan yang di beli kedalam kulkas.
“Belanja banyak segini. Emang mau bikin apa?” tanya Agil.
Oke, hari ini Agil banyak bertanya.
“Buat masak, lah. Lo kenapa, sih, tanya mulu dari tadi?” tanya Allesya tanpa melihat Agil.
“Halah, pake gaya bisa masak.” Cibir Agil.
“Emang bisa, kok. Mau gue masakin? Biar lo percaya.”
“Oke, boleh.” Agil menyunggingkan senyum meremehkan.
“Mau gue masakin apa?”
“Sup ayam.”
“Oke, lo tunggu aja.”
“Gue pengen bantuin.”
“Jangan, ngerepotin lo.”
“Ck, halah. Padahal pengen.”
“Gak usah, Agil! Lo bikin masakan gue asin, tau gak?!!”
“Berati lo kebelet nikah sama gue, dong.” Ucap Agil sembari menaik-turunkan alisnya.
“Apa hubungannya?” tanya Allesya heran.
Tak habis pikir dengan Agil yang berada di dekatnya kini. Ia menjadi sosok yang arogan ketika di sekolah, tetapi akan menjadi sosok yang konyol dan juga hangat ketika berdua bersama Allesya.
Sudah dibilang, cinta itu curang, bukan?
***
Target vote belum mumpuni untuk update, but aku ingin update. Aku baik hati kan, hehe.
Taqabball Allahuminna wa Minkum Taqabball ya Karim, Happy Eid Mubarak.
Minal aidzin wal faidzinn, mohon maaf lahir dan batin. Mohon dimaafkan jika selama aku menulis atau membuat author note membuat kalian tidak nyaman. Terlebih lagi ketika membuat author note, hehe. Manusia tak luput dari kesalahan, bukan?
Aku ucapkan terimakasih untuk kalian yang telah mendukung cerita ini dari awal hingga sekarang dengan berupa vote dan komentar. Karena aku tak berarti apa-apa tanpa kalian.
Jangan lupa vote dan komen, ya! Mari tebarkan kebaikan yang sangat mudah untuk dilakukan.