Cinta di Sepertiga Malam (Rev...

By MarS2511

418K 15.3K 3.7K

Petualangan Cinta lewat sebuah do'a kepada Allah yang dibisikkan ke bumi. Bertemu dengannya karena sebuah per... More

'Prolog'
1. Cerdas Cermat
2. Hati
3. Chat
4. Tentang Dzaki
5. Rasa
6. Kembali Ke Bagas
7. Sakit
'Duka'
'Terkenang'
'Menjauh'
'Teman'
'Ramadhan'
'Kode'
'Galon + .....'
'Siapa?'
'Awan'
'Kenangan'
'Masker'
'2 pasang hati yang terluka'
'Nostalgia (1)'
'Nostalgia (2)'
'Status'
'Celaka'
'Bangun'
'Khitbah'
'JWB'
'Hancur'
Alasan Dzaki
"Tetaplah Seperti ini"
"Bukan Happy Ending"
"Bahagia?"
"Nabilla?"
"Laila"
"Terungkap"

"Tulang rusuk"

6.5K 274 25
By MarS2511

Karena pada dasarnya wanita memang ingin selalu dimengerti. Wanita itu tulang rusuk yang bengkok, jika ia diluruskan perlahan, maka akan lurus. Namun jika dengan keras, maka ia akan patah.

*****

Mungkin saat ini hanya Nabilla yang mencintai Dzaki. Namun selayaknya seorang suami yang mengerti akan agama, ia harus menghargai wanita.

Nabilla membukakan pintu untuk Dzaki yang baru saja pulang dari mesjid, sehabis shalat isya.

"Aku hari ini banyak tugas kuliah," ucap Dzaki.

"Kerjakan aja, semangat ya," jawab Nabilla. Dzaki segera menuju kamarnya, diikuti Nabilla sampai di depan pintu. Setelah itu Nabilla beranjak.

"Mau ke mana?" tanya Dzaki menghentikan langkah Nabilla.

"Kamar, Mas," ucap Nabilla.

"Sini deh, gak usah ke kamar sana, temenin aku," ucap Dzaki yang membuat Nabilla heran.

"Aku takut ganggu."

"Gak, akunya yang minta temenin, jadi gak ganggu."

Akhirnya Nabilla bersedia masuk ke kamar Dzaki. Canggung, seperti masuk ke tempat lain, itu yang dirasakan Nabilla. Untung saja mereka sudah suami istri, jadi gak perlu takut digrebek karena masuk kamar yang bukan kamarnya, melainkan kamar pasangannya. Mereka juga sih, sudah nikah tapi kok kamarnya pisah?

Nabilla duduk di sisi tempat tidur, sedangkan Dzaki duduk di kursi depan meja belajar yang berdekatan dengan posisi Nabilla.

"Kamu gak papa nemenin aku?" tanya Dzaki.

"Kamu yang emangnya gak papa aku di sini?" Nabilla juga melempar tanya.

"Bukannya jawab, malah tanya balik," ucap Dzaki sambil mencubit hidung Nabilla.

"Ihhh, sakit," rengek Nabilla.

"Tapi senangkan?" Goda Dzaki.

"Em, a-apaan coba." Pipi Nabilla memerah.

"Kamu merebus kepiting ya?"

"Hah"

"Ini merah," ucap Dzaki menyentuh pipi Nabilla. Sontak Nabilla menutup wajahnya dengan tangan.

"Jangan ditutupin, entar cantiknya hilang lho." Cengir Dzaki yang berhasil menggoda Nabilla.

"Udah ah, Mas. Entar tugasnya gak selesai-selesai," tegur Nabilla.

Akhirnya Dzaki fokus dengan laptop di depannya. Jari-jarinya lihai bergerak ke sana-ke mari menekan huruf ataupun angka di keyboard laptop. Sedangkan Nabilla hanya menatap sang suami, karena baru beberapa hari ini, ia bisa menatapnya tanpa ragu. Hanya saja rasa takut masih menggerogoti hatinya, takut akan sifat Dzaki yang mungkin saja nanti akan berubah.

Waktu menunjukkan pukul 22.30 dan tugas Dzaki masih belum selesai, Nabilla beranjak dari tempat tidur Dzaki.

"Mau ke mana?" Dzaki menahan tangan kanan Nabilla.

"Ke dapur sebentar, Mas." jawab Nabilla yang diizinkan oleh Dzaki.

15 menit kemudian, Nabilla datang dengan membawa sebuah nampan berisi satu gelas susu coklat panas.

"Mas, minum dulu," pinta Nabilla.

"Gak mau," ucap Dzaki dinginn seketika Nabilla merasakan takut Dzaki akan kembali kasar padanya.

"Maunya diminumin," sambungnya Dzaki. Yang membuat Nabilla rasanya ingin menumpahkan susu coklat itu ke atas kepala Dzaki.

"Ni, Mas. Minum," ucap Nabilla sambil mendekatkan gelas berisi susu coklat itu ke mulut Dzaki. Dzaki berhenti mengetik, tangannya meraih tangan Nabilla yang sedang memegang gelas, lalu meminum susu coklat tersebut hingga setengah gelas.

"Sekarang kamu yang minum." Dzaki mendekatkan gelas susu itu ke mulut Nabilla.

"Habisin," titah Dzaki.

Nabilla menolak perintah Dzaki, ia meletakkan gelas itu ke meja belajar.

"Aku udah minum tadi," ucap Nabilla.

"Iya deh, aku lanjut lagi ya," ucap Dzaki yang mendapat anggukan dari Nabilla.

Dzaki terlihat mengantuk, sedang Nabilla masih tetap di posisinya. Pukul 23.50 Dzaki sudah tertidur di atas meja belajar, setelah tugasnya selesai di-print. Nabilla ingin membangunkan dan memindahkan tugas makalah ke dalam tas Dzaki.

Prankkk

Suara gelas pecah di lantai, Dzaki terbangun. Bukan hanya lantai yang kotor tetapi juga tugas makalah Dzaki yang telah selesai di-print.

Itu semua kesalahan Nabilla, ia tak sengaja menyenggol gelas berisi setengah susu coklat.

"Nabilla!" Dzaki berteriak melihat tugas yang dikerjakannya hampir semalaman menjadi rusak.

"Mas, maaf," ucap Nabilla dengan mata yang telah berair.

"Lihat! Kotor, ini kertas terakhir Nab, deadline-nya tu besok Nab," ucap Dzaki masih dengan nada tinggi.

"Maaf, Mas, aku gak sengaja," ucap Nabilla lagi.

"Kamu itu, pembawa masalah. Keluar!" bentak Dzaki.

Apa yang ditakutkan Nabilla terbukti, Dzaki kembali kasar--membentaknya--hal itu membuat Nabilla kembali tersakiti, ia lari keluar dari kamar itu. Bukan menuju kamarnya, melainkan pergi keluar rumah entah ke mana kaki membawanya berjalan.

Setengah jam kemudian, emosi Dzaki berhasil reda, setelah ia berwudhu dan sholat tahajud. Seusai sholat, Dzaki mengetuk pintu kamar Nabilla. Hening, tak ada jawaban.

"Nab," panggil Dzaki.

Namun nihil tak ada suara apapun dari dalam kamar. Dzaki memcoba membuka pintu kamar itu, dan ia kaget melihat tak ada Nabilla di sana. Ia mengelilingi rumah mencari keberadaan Nabilla, nihil, tak ada hasil. Akhirnya Dzaki pergi keluar rumah untuk mencari Nabilla.

"Nabilla!!" teriaknya memanggil Nabilla sambil berlari. Ditariknya tangan Nabilla dari zebra cross ke trotoar, lalu dipeluknya istrinya itu dengan penuh kasih sayang.

"Nabilla, maaf. Aku gak bisa ngontrol emosiku. Aku pusing dengan tugas yang harus dikumpulkan pagi ini, tapi kertas untuk mem-print habis. Biasanya kalau ke tempat fotokopian tahu sendirikan antriannya lama."

Nabilla tidak menjawab, dia diam, air mata tak berhenti mengalir.

"Kita pulang dulu ya," ajak Dzaki dengan terus menggenggam tangan Nabilla.

Sesampai di rumah, Nabilla berjalan menuju kamarnya tanpa mengatakan apapun kepada Dzaki.

"Nab," panggil Dzaki sambil meraih tangan Nabilla. Ditariknya tangan itu
menuju kamarnya, rasa lelah yang ada pada tubuh dan hati Nabilla memaksanya mengikuti Dzaki.

"Sekarang, ini juga kamar kamu, bukan lagi yang di sebelah. Jadi kamu tidur di sini ya," ucap Dzaki lembut namun tegas.

Terkadang laki-laki tak dapat membedakan antara tegas dan kasar, dan hal itu akhirnya menyakiti si wanita.

Belajar untuk bertindak sekali-kali dengan hati untuk para laki-laki, dan dengan otak untuk para wanita.

Memang kebanyak wanita memegang teguh kalimat "wanita selalu benar." Namun bukan berarti ia egois. Yang perlu laki-laki tahu, wanita itu tak suka disalahkan, kalimat itu menjadi andalan para wanita. Jadi teruntuk para laki-laki wanita itu selalu benar, karena apa? Karena kalau wanita salah, ya dibenarkan, kalian para laki-lakilah yang membantunya membenarkan dan memperbaiki kesalahan wanita.

*****

Dzaki mempredeksi Nabilla sudah tidur, ia mendekat lalu mencium kening sang istri, lalu berucap, "Maafkan aku Nab telah menyakitimu, perlahan rasa yang dulu kukubur akibat cemburu, sekarang mulai tumbuh kembali."

Dzaki pun ikut merebahkan tubuhnya di sambil Nabilla dengan posisi melihat ke arah Nabilla.

"Nab," ujar Dzaki dengan niat membangunkan Nabilla.

"Apa, Mas?" ucap Nabilla dengan mata masih sayu.

"Gak bisa tidur, temenin ya." Entah sejak kapan Dzaki jadi sedikit manja.

Nabilla bangun dan pergi ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya. Lalu kembali duduk di atas tempat tidur.

Malam itu, tengah malam itu menjadi waktu yang panjang, bintang-bintang bertaburan di luar sana seolah merestui mereka. Allah, memang baik, Dia satukan cinta yang pernah hampir pudar. Dzaki dan Nabilla bersatu, semoga cinta mereka akan bisa sampai tua, bahkan sampai sehidup sesurga.

"Sekarang kamu adalah tulang rusukku, Nab," bisik Dzaki.

Tak ada lagi ragu di hati Nabilla, sekarang ia telah benar-benar menjadi seorang istri. Karena memang seharusnya dari dulu Dzaki memperlakukan Nabilla selayaknya seorang istri dengan baik.

Mereka akhirnya tidur dengan pelukan kasih sayang. Indah memang pacaran setelah menikah.

Akhirnya apa yang Nabilla perjuangkan di setiap sujudnya di sepertiga malam berbuah hasil. Dzaki benar-benar menjadi miliknya. Dzaki mulai kembali membuka hatinya untuk Nabilla. Semoga kisah ini menjadi penyemangat bagi pejuang-pejuang di luar sana, yang ingin berjuang dan menikung dia yang diimpikan.

*****

Udah tamatkah? Eh udah belum ya? Jawabannya belum. Tunggu kamars di part berikutnya ya. Iya sekarang kalian boleh memanggilku begitu.

Semoga suka ya, walau pendek.

T

aqoballahuminna waminkum, shiyamanaa wa shiyamakum.

Selamat Hari raya idul fitri 1 syawal 1440 H.

Apabila selama ini kamars punya salah sama kalian, janji-janji yang tak terpenuhi, atau hal lain kamars minta maaf ya.

Semoga kita bisa bertemu dengan Ramadan tahun depan.

Continue Reading

You'll Also Like

5.8M 406K 56
Apakah seorang anak Kiai harus bisa menjadi penerus kepemilikan pesantren? Ya. Namun, berbeda dengan seorang Haafiz Alif Faezan. Mahasiswa lulusan sa...
321K 27.5K 34
"1000 wanita cantik dapat dikalahkan oleh 1 wanita beruntung." Ishara Zaya Leonard, gadis 20 tahun yang memiliki paras cantik, rambut pirang dan yang...
147K 8.2K 35
"Jangan menikah dengan Perempuan itu! Menikahlah dengan perempuan pilihan Umi, Gus!" Syakila Alquds, sosok gadis yang kehilangan kesucian dan berasa...
57.2K 6.6K 27
[Spin off Hakim, bisa dibaca terpisah] Bahagia seperti apa yang diinginkan semua orang? Apa bahagia mereka sama seperti definisi bahagia yang Husna...