PURZELBAUM [Changlix]

By northeastern_

92.9K 18.4K 3.9K

tentang lee felix, seo changbin, dan neraka kehidupan yang mereka buat sendiri. ° seo changbin ° lee felix Wa... More

one ° we've met
three ° when you love someone
four ° you don't care
five ° let me down
six ° melted
seven ° open the door
eight ° sternhaufen
nine ° confused
ten ° merged
eleven ° honestly
twelve ° sick
thirteen ° cross the bear
fourteen ° faintest
fifteen ° precious
sixteen ° jawbreaker
seventeen ° leave well alone
eighteen ° back to square one
nineteen ° daredevil
twenty ° caesura
twenty one ° gallantry
twenty two ° gallivanted
cuap cuap 👩‍🚀

two ° seize the day

5.1K 992 50
By northeastern_

Felix menempelkan barcode kartu identitas mahasiswanya pada mesin scanner di koridor kampus.

Bahunya ditepuk. Bangchan merangkul pundak adik sepupunya.

"Gak bawa motor kan? Kalau udah selesai kumpul, nanti sama kakak aja pulangnya, Lix"

Mengangguk. Lalu keduanya berjalan bersama.

"Selamat sore, kak" ucap seorang mahasiswa tingkat dua menyapa Bangchan.

Sapaan Park Woojin dibalas senyuman oleh Bangchan.

"Lee Felix? Bisa ke ruang komdis sekarang?"

Dahinya berkerut. Felix mengangguk. Mengikuti Woojin yang melangkah lebih dulu.

Langkahnya terhenti seketika. Kepalanya menoleh.

"Kakak pulang dulu aja,"

Bangchan hendak menolak, tapi kemudian mengangguk.

Woojin terus melangkah hingga tiba di depan pintu markas milik komisi yang hampir ditakuti oleh semua mahasiswa.

"Masuk aja, Changbin udah nunggu"

Felix ditinggal. Tangannya mulai mendorong pintu di depannya. Kemudian masuk dengan langkah pelan.

"Permisi,"

"Saya kira kamu bakal kabur"

Seo Changbin berbicara dari pojok ruangan. Duduk dengan santai di kursi dengan meja kayu ukir di depannya.

Felix bergeming.

"Tadi malam, saya cuma mau kasih tau detensinya dimulai jadi hari ini"

Otaknya berpikir dengan cepat. Mencari alasan yang masuk akal.

"Maaf kak, semalam saya ketiduran"

Anggukan dari Changbin membuat Felix bernapas lega.

"Oke. Mulai aja ya detensinya sekarang"

•••

Felix memang sama dengan calon anggota BEM yang lain. Memakai kaos putih, dan celana training hitam.

Bedanya pemuda itu kini tengah sibuk berlari membawa dus air mineral dan membagikannya satu persatu pada teman-temannya yang duduk di aula.

Sialnya, dus yang ia bawa hanya tersisa dua puluh enam gelas air mineral. Artinya ia harus kembali ke pojok ruangan dan mengambil dus baru yang masih tersegel.

Masih ada dua puluh empat orang lagi yang belum mendapat jatah minum.

Siapa lagi yang memberi hukuman itu kalau bukan Seo Changbin.

Dan sang ketua komdis itu hanya berdiri dengan tenangnya sambil memegang stop watch di tangan kanannya.

"Satu menit dua puluh detik lagi, semua anggota sudah harus menerima satu gelas air mineral masing-masing,"

Felix gelagapan membuka segel pada dus. Isolasinya menempel dengan kuat.

"Sudah disediakan gunting buat apa kalau cuma dipajang?!" suara Changbin mengeras.

Beberapa teman Felix menoleh. Jisung salah satunya.

Srett

Segelnya sudah terbuka. Felix berlari dengan dus tadi di kedua tangannya.

Langkah kaki Felix terhambat saat ia merasa tali sepatunya terinjak oleh kakinya sendiri. Dan-

Bruk

PYARRR

Lantai di depannya basah. Genangan air mulai tercipta. Beberapa gelas air mineral yang dibawanya pecah.

"Masih bisa berdiri kan'?"

Suara Changbin menginterupsi.

"Siap. Bisa, kak"

Dengan segera ia kembali berlari menghampiri barisan yang belum menerima jatah minum.

Jisung menatap iba pada Felix. Sungguh ia ingin sekali menjambak rambut Minho. Kalau bukan karena ketua BEM sialan itu, Felix tak akan mendapat hukumannya.

Changbin menyimpan stop watch dalam kantung celananya. Menatap adik tingkatnya yang berjalan dengan langkah terseret.

Barisan calon anggota BEM sudah di bubarkan. Satu persatu mahasiswa keluar dengan tertib. Takut-takut ditegur oleh anggota komisi kedisiplinan yang terus mengawasi.

"Ikut saya, dek"

Suara Changbin membuat beberapa orang yang tersisa di aula menoleh.

Felix menurut.

"Badan eksekutif gak terima anggota yang lambat, dek! Buat apa kamu susah susah masuk BEM? Mau merusak citra organisasi hah?!"

Kepalanya menunduk. Suara itu membuat Felix menggigit bibir bagian dalamnya. Sungguh ia amat benci dibentak.

Dan siapa Seo Changbin berani membentaknya?

"Detensi belum berakhir. Masih ada yang harus kamu lakukan,"

Changbin berjalan menuju pintu keluar aula.

"-kamu boleh pulang sekarang"

Blam

Pintu tertutup.

Tangannya mengepal kuat.

Sepi. Aula kampusnya sudah sepi.

"Brengsek Seo Changbin!"

•••

Sudah berjalan satu minggu,

Hukuman yang Changbin berikan pun lebih bervariasi.

Mengipasi ketua BEM, membersihkan markas komdis, merayu calon anggota yang hendak keluar agar tetap bertahan, hingga memesankan ojek online pada beberapa calon anggota yang tidak membawa kendaraan ke kampus.

Felix menggerutu di sepanjang jalan pulang. Ingin rasanya ia menyakar wajah datar Seo Changbin. Mematahkan tulang rahangnya yang berlebihan itu.

Motor Honda Repsol 250 cc miliknya sudah terparkir di garasi. Badannya terasa pegal, penat juga karena kemacetan kota Jakarta di saat jam pulang kerja seperti sekarang ini.

Kakinya menapak memasuki rumahnya. Sepi. Mungkin Ibunya sedang tidur. Dan Ayahnya jelas saja sudah kembali mendapat tugas kerja.

"Felix," suara Ibunya menyapa pendengarannya.

Wanita cantik itu menyeka air mata. Dahi Felix berkerut.

Dekapan Ibunya membuatnya bingung. Memang Felix beberapa kali melihat Ibunya menangis diam-diam, tapi kali ini berbeda. Kesedihannya jelas nampak.

"Bunda... kenapa?"

Felix membawa Ibunya duduk di sofa abu-abu di ruang keluarga. Tangisnya masih belum reda.

"Kecelakaan pesawat, di Guangzhou"

Ucapan Ibunya masih rancu. Namun firasat buruk tak dapat ditepis.

"Sinyal pesawat dan radarnya keganggu, Bunda gak ngerti kenapa bisa terjadi,"

Felix menajamkan pendengarannya.

"-Ayah meninggal. Pesawat jatuh di Guangzhou"

"Gak mungkin!" Felix menggeleng cepat.

"Ayah udah janji bakal selalu pulang setelah tugasnya selesai. Bunda denger kabar kayak gitu dari mana coba?"

Dadanya sudah bergemuruh. Dalam batinnya sudah berteriak. Tapi pikirannya terus menyangkal.

Felix beranjak. Napasnya tersengal.

"Kalau bener kayak gitu.. pasti jasad Ayah bakal dibawa juga kan ke rumah?" ucap Felix sambil melangkah.

"Engga, Felix. Ayah sama korban lainnya udah dikubur di pemakaman massal,

-di Guangzhou"

Suara wanita itu dikeraskan, agar terdengar oleh anaknya yang kini sudah menaiki tangga menuju kamarnya.

Felix mencengkram erat pegangan tangga. Kemudian memukulnya.

Pintu kamar terbuka sesaat setelah Felix mendorongnya dengan kaki kanannya.

Pandangannya mengabur. Dadanya sesak.

Harus kembali ia lakukan, seperti biasa.

Felix duduk di lantai. Kakinya menekuk, lututnya menempel di dadanya. Tangan kecilnya menggapai korek api di atas nakas.

Napasnya kembali teratur saat api menyala. Jari tangannya membelai api kecil itu.

Felix tersenyum. Rasanya lega.

Rasa hangat mulai terasa di seluruh jari-jarinya. Entah bagaimana hal itu menjadi candu tersendiri bagi Felix.

'Tuk tuk'

Bukan suara pintu kamar. Felix menoleh pada pintu kaca yang mengarah ke balkon. Diketuk dari luar.

Tirainya sudah tertutup. Namun bayangan seseorang di luar dapat Felix lihat dengan jelas.

Kakinya melangkah mendekat. Dalam batinnya bertanya siapa orang yang dengan isengnya memanjat hingga balkon kamarnya di lantai dua.

Walaupun belum terlalu malam, jujur saja Felix takut sekarang.

Srakk

Tirai pun tersibak.

Mata Felix melotot saat mendapati seseorang yang berdiri di balik pintu kaca di depannya.

Orang itu juga sedikit terkejut. Kemudian melambaikan tangannya pada Felix.



•••


Muehehehe 🌝

Continue Reading

You'll Also Like

6.7K 693 20
"Deano?" "Aku bukan Deano nya kak Juno." Putaran takdir Reijuno Arsanjaya dan Arshea Justiano yang nantinya akan mempersatukan atau malah memisahkan...
85.5K 7K 37
Just story of Haruto and his baby wolf, Jeongwoo (Season 2) Hajeongwoo short stories and one shot(s) A story written by bubblesky Babak baru di seaso...
1.2K 196 2
Asmaraloka dimana bunga yang terlukis pada salah satu tokohnya menjadi saksi utama. Enigma takdir yang mampu melukis candramawa pada kanvas kosong ke...
5K 981 5
[ e n d ] [Hajeongwo] [lokal] Tentang Hanan, dari sudut pandang Jingga. « judul sama jalan cerita agak tidak nyambung »