𝐕𝐚𝐧𝐕𝐚𝐧.

De TiaraAtika4

723K 37K 1.4K

| T y p o B e r t e b a r a n. | •belum direvisi, mohon maaf kalo banyak kesalahan dalam penulisan• ᴡᴀʀɴɪɴɢ (... Mais

01|VanVan🌷.
02|VanVan🌷.
03|VanVan🌷.
04|VanVan🌷.
05|VanVan🌷.
06|VanVan🌷.
07|VanVan🌷.
08|VanVan🌷.
09|VamVan🌷.
10|VanVan🌷.
11|VanVan🌷.
12|VanVan🌷.
13.
14.
15.
17.
18.
19|VanVan🌷.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64💫.

16.

13.1K 728 37
De TiaraAtika4

Vanya yang baru saja mendengar bel istirahat langsung membereskan alat tulisnya dengan semangat, ia sudah tidak sabar untuk memborong semua kantin dengan Rega dan Mevan yang akan membayarnya.

"Buruan lama!" kata Vanya sambil menarik ke tangan Mevan dan Rega.

"Sabar eh! gua belom masukin buku gua," kata Rega yang tengah berusaha melepaskan tangan Vanya dari tangannya.

"Tinggalin! buku lo gak akan ada yang nyolong kok," Vanya terus menarik tangan Rega dan Mevan Keluar dari kelas.

"Kak!"

Vanya, Mevan dan Rega refleks menghentikan langkahnya, mereka berbalik dan melihat siapa orang yang memanggil.

Dan di sana ada Lutry dengan beberapa buku di tangannya.

"Kenapa Lut?" tanya Mevan.

"Gua mau minta tolong ke kakak buat bantuin gua ngerjain matematika lagi," kata Kutry dengan gaya bicara yang sudah berubah.

Vanya yang mendengar gaya bicara Lutry yang sudah tidak mengunakan Embel-embel Aku pun merasa sedikit terkejut.

Kali ini apa yang tidak ia ketahui lagi? Dan sejauh mana kedekatan Mevan dengan Lutry saat ini?

"Emang gak bisa nanti? Ini jam istirahat! Mevan mau makan siang!" ucap Vanya dengan terus menatap Lutry dengan tatapan tak suka.

"Anya!" panggil Mevan.

"Lo belom makan siang Van," ujar Vanya sambil menatap Mevan.

"Ngajarin Lutry gak lama Nya, cuman 20 menit," kata Mevan yang seperti tengah meminta izin pada Vanya agar di beri izin.

"Dan lo istirahat cuman 10 menit?" Vanya menatap Lutry dengan tatapan yang masih terlihat tak suka, lalu kembali menatap Mevan sambil menghela nafas. "yaudah gih pergi, gua sama Rega aja," Vanya menarik tangan Rega pergi, tidak memperdulikan Mevan maupun Lutry.

Apa benar selama ini ia hanya belengu bagi Mevan? Sebuah tembok tinggi yang menghalangi Mevan dengan orang lain? Sebuah penganggu pada kehidupan Mevan?.

"Gua cuman gak suka sama Lutry Ga, apa salah?" Vanya menatap Rega yang duduk di sampingnya, yang terus memperhatikannya dengan diam tanpa berusaha.

"Kenapa gak suka sama Lutry?" Rega balik bertanya dengan nada bicara yang terdengar santai, tidak ada emosi atau rasa kesal.

"Gak tau," jawab Vanya acuh dan kembali menyibukan diri dengan menatap gorengan di hadapannya yang tidak membuatnya berselera lagi.

Rega tertawa kecil, mengacak rambut Vanya hingga berantakan.

"Kek nya ada yang suka sama sahabat sendiri nih," sindir Rega yang membuat Vanya membulatkan matanya.

"Suka? Gua suka sama Mevan? Yaelah Rega... Rega! Gua bukan suka sama Mevan doang kali, gua juga suka sama lo," kata Vanya sambil terkekeh pelan.

"Ogah! Males banget harus di sukai sama cewek model lo," kata Rega dengan mengidikkan kedua bahunya.

Vanya semakin mendekatkan tubuhnya pada Rega, menatap Rega dengan tatapan menggoda.

"Kalo lo suka sama gua mampus lo!" ucap Vanya. Rega yang mendengar itu langsung menjauhkan Vanya darinya.

"Jauh-jauh lo dari gua onta!" kesal Rega yang malah membuat Vanya tertawa mendengarnya.

"I love you Rega sayang," Vanya tertawa sambil beranjak dari duduknya.

Mevan yang sedari menonton dari kejauhan hanya bisa tersenyum geli melihat kelakuan dua orang yang seperti kucing dan anjing. Vanya yang selalu menganggu dan Rega yang selalu mengeluarkan tanduk karna kesal.

***


"Kayanya Kak Vanya gak suka sama gua deh Kak," Lutry yang tengah membereskan buku-bukunya menatap Mevan yang juga tengah membantunya membereskan beberapa buku.

"Cuman perasaan lo doang De," ujar Mevan dengan ke dua tangan bertumpu pada meja, ia menatap Lutry sambil tersenyum kecil.

"Bukan perasaan gua Kak, tapi emang bener kok kalo Kak Vanya itu gak suka sama gua, gua bisa ngerasain itu dari setiap Kak Vanya natap gua," jelas Lutry dengan raut wajah serius.

"Apa Kak Vanya gak suka sama aku gegara aku deket sama Kakak?" Lutry bertanya dengan raut wajah yang tiba-tiba terlihat berubah sedih.

"Kita gak deket De, Gua cuman sebatas Kakak kelas bantuin Adik kelas gua," jelas Mevan yang membuat Lutry diam.

Mevan bangun dari duduknya, menyodorkan beberapa buku di hadapannya pada Lutry.

"Lut gua tau kalo lo suka sama gua, entah karna apa dan dari mananya tapi gua gak bermaksud buat bikin lo suka sama gua, maaf yah Lut gua bukan bermaksud nolak lo atau apapun, tapi di sini gua lagi gak mau deket sama siapapun dulu dengan alasan gua lebih mentingin Vanya dari pada kebahagiaan gua," Mevan menatap Lutry yang tengah menatapnya dengan mata berkaca-kaca, Mevan sadar jika ucapannya akan menyakiti Lutry tapi ia tidak ingin semuanya terlambat dan semakin membuat dirinya sulit.

"Jangan bilang kalo Vanya itu belengu atau sebuah ancaman, Vanya juga bukan sebuah parasit yang harus gua jauhi, gua tau lo cewek baik dan gak pedendam maupun pembenci, jadi... stop kasih berita gak bener ke satu sekolahan yah," ucapan Mevan sukses membuat Lutry diam dengan tubuh menegang.

Mevan tau jika Lutry lah yang membuat satu sekolahan bergosip dan menganggap Vanya itu belengu, penghalang, dan ancaman. Berusaha mendekatinya dengan cara menjaukan dirinya dari Vanya benar-benar sangat ia benci.

"Lo udah mulai paham sama materi-materi yang gua ajarin ke lo, lain kali gak usah minta tolong ke gua lagi yah, minta tolong ke yang lebih pinter aja, atau kalo engga sama bokap lo aja Lut, bokap lo kan guru Matematika," ujar Mevan sambil tersenyum kecil dan berlalu keluar dari perpustakanaan.

Ternyata selama ia membantu Lutry itu bebar-benar bodoh, mengapa ia lupa jika Lutry adalah anak dari guru matematikanya? Astaga!.

***

"Anya malam jum'at keliwon jangan lupa yah!" teriakan Nadin dari adah dapur.

Vanya yang tengah melamun di ruang tamu karna kekenyangan refleks berdiri dari duduknya karna terkejut.

"Malam jum'at keliwon ngapai mah?" tanya Vanya yang langsung nemplok di atas sofa dengan perut yang masih sangat kenyang.

"Ngepet!" jawab santai Nadin.

"Yaelah mah, Anya bagian jaga lilinya aja deh, yang jadi dugongnya Mevan atau Rega aja, terus entar kalo Anya bosen lilinnya tar Anya tiup," cerocos Vanya.

Nadin muncul dari arah dapur dengan mug berisi air hangat yang langsung di letakan di meja dekat Vanya.

"Serius Nya! Malam jum'at kamu nginep di rumah Mevan, mamah kan mau ke luar kota mau nyari sebongkah es batu," ucap Nadin sambil duduk di sofa yang berada di hadapan Vanya.

"Es batu mah di mamang-mamang juga banyak mah!" Vanya bangun dari tidurnya, mengambil mug berisi air hangat untuk ia minum.

"Beliin mamah cemilan dong Nya," pinta Nadin sambil menujukan wajah memohonnya.

"Duitnya mana?" Vanya mengulurkan tangannya sambil menaik turunkan ke dua halisnya.

"Yaelah," Nadin mengeluarkan uang lima puluh ribu dari kantung celananya, memberikannya pada Vanya dengan perasaan tidak ikhlas.

Dengan semangat Vanya mengambil uang dari tangan Nadin, ia berdiri dari duduknya dengan semangat 45.

"Anya beliin onde-onde satu yah Mah, sisa uangnya buat Anya, love you mamah," ucap Vanya yang langsung berlari.

"Astaga Anya! Onde-onde cuman serebu," teriakan Nadin tidak Vanya perdulikan. Ia malah terkekeh pelan karna bisa mengerjai Nadin.

"Gua beli apaan di warung? Baru kali ini gua jajan di warung setelah bertahun-tahun bertapa di dalem ember," ucap Vanya sambil menutup gerbang rumahnya.

"Beli obat nyamuk 5 roda aja kali yah," gumam Vanya yang malah tidak jelas.

"Aku mah apa atuh, cuman selingkuhan kamu. Aku mah apa atuh, cuman pacar gelapmu syalalalalal...." Vanya bernyanyi dengan mengoyangkan ke dua jempol kakinya, menghibur dirinya sendiri agar tidak terlihat jomblo karna berjalan sendirian.

Namun saat sedang asik-asiknya bernyanyi dangdut tiba-tiba Mevan sudah berjalan di sampingnya sambil merangkul bahunya.

"Lepas eh!" ucap Vanya sambil menjauhkan tangan Mevan dari bahunya.

"Mau kemana?" tanya Mevan sambil memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana selututnya.

"Nyari cogan."

"Gak usah nyari cogan, tar sakit hati."

"Mending sakit hati dari pada sakit jantung, tar gua mati," Vanya terkekeh sendiri oleh ucapan bodohnya yang tidak nyambung sama sekali.

"Serius mau kemana?" tanya Mevan sambil menoleh pada Vanya.

"Maaf gua gak mau di seriusin sama cowok model lo," kata Vanya dengan raut wajah terlihat ogah.

Mevan menarik nafas dengan kesal, menghembuskannya dari arah belakang.

"Mau ke warung, emak gua pengen ngemil baygon katanya," ucap Vanya yang membuar Mevan terkejut mendengarnya.

"Ibu beli kue cubit 10 bungkus tapi yang di bayar 5 bungkus," kata Vanya setelah sampai di warung.

"Lah?" Ibu yang mempunyai warung menatap Vanya dengan raut wajah binggung.

"5 bungkus lagi biar saya yang bayar bu," kata Mevan yang membuat Vanya menatap Mevan senang.

"Maksih ibu," kata Vanya sambil mengambil kresek berisi kue cubit.

"Oh iya, lo mau kemana?" tanya Vanya yang sadar jika Mevan tadi seperti ingin ke suatu tempat.

"Gua pengen jalan-jalan aja, bosen di rumah mulu," kata Mevan yang kembali merangkul Vanya, namun kali ini tidak di lepas oleh Vanya.

Vanya tak menjawab, ia tengah sibuk memakan kue cubit milik Nadin itu.

***

Tbc❤

Jangan lupa vote dan komen:)
See you next time
Tiaraatika4.

Continue lendo

Você também vai gostar

4K 1.5K 55
Judul sebelumnya : 𝐁𝐮𝐦𝐚𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚 & 𝐒𝐞𝐧𝐣𝐚 📌 𝙲𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚑𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚑𝚒𝚋𝚞𝚛𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚖𝚊𝚝𝚊. 📌 𝙼𝚞𝚛𝚗𝚒 𝙵𝚒𝚔𝚜𝚒...
479K 48.3K 68
(Telah terbit dengan ending yang berbeda) Misya Margaretha, gadis yang dicap antagonis oleh seisi sekolah membuat orang-orang enggak berani mendekati...
987 425 60
Masa lalu yang terburuk bukanlah apa yang kita lakukan dulu, tapi masa lalu yang terburuk adalah kehilangan orang yang sangat kita... Cintai \~>\~>\ ...
Brilian De fmffara

Ficção Adolescente

391K 16.6K 45
[mohon maaf jika ada kesalahan dan ketidak nyamanan, cerita ini ditulis hanya dengan ketidak sengajaan, dengan pengetahuan yang masih minim] Brilian...