𝐕𝐚𝐧𝐕𝐚𝐧.

By TiaraAtika4

723K 37K 1.4K

| T y p o B e r t e b a r a n. | •belum direvisi, mohon maaf kalo banyak kesalahan dalam penulisan• ᴡᴀʀɴɪɴɢ (... More

01|VanVan🌷.
02|VanVan🌷.
03|VanVan🌷.
04|VanVan🌷.
05|VanVan🌷.
06|VanVan🌷.
07|VanVan🌷.
08|VanVan🌷.
09|VamVan🌷.
10|VanVan🌷.
12|VanVan🌷.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19|VanVan🌷.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64💫.

11|VanVan🌷.

13.5K 821 44
By TiaraAtika4

▪︎ 𝐕𝐚𝐧𝐕𝐚𝐧 ▪︎
~ 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲 𝐛𝐲 © 𝐓𝐢𝐚𝐫𝐚𝐀𝐭𝐢𝐤𝐚𝟒 ~
°𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐟𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰, 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐨𝐦𝐞𝐧𝐭𝐧𝐲𝐚.•
°𝐒𝐞𝐥𝐚𝐦𝐚𝐭 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚🤍•

▪︎▪︎▪︎

"Cie yang baru balik jalan sama mantan," sindir Mevan yang tengah bersandar di pintu kamar Vanya.

Vanya yang sedang fokus melihat beberapa buku yang baru saja ia beli itu refleks menoleh pada Mevan, menatap Mevan sesaat lalu kembali menatap buku-buku di hadapannya lagi.

"Mevan jangan cemburu, Anya sama Andra cuman beli buku doang kok," ucap Vanya tanpa menatap Mevan.

Mevan berjalan mendekat pada Vanya, duduk pada kursi sambil menatap Vanya yang tengah sibuk dengan buku-bukunya.

"Siapa juga yang cemburu, kepedean lo upil badak!" jeplak Mevan yang malah membuat Vanya terkekeh mendengarnya.

"Jangan ngarep gua cemburu buat hal yang kagak penting," tambah Mevan yang kembali membuat Vanya terkekeh.

"Mevan ... Mevan ...." Vanya menatap Mevan dengan wajah cantiknya, "terlalu serius tau gak, gua cuman becanda," Vanya tertawa di akhir ucapannya membuat matanya menghilang.

Sedangkan Mevan terdiam mendengar itu.

"Lain kali bedain mana yang serius sama yang becanda, jangan kebalik," sindir Vanya sambil merapihkan buku-bukunya.

"Balik gih, gua cape mau istirahat," usir Vanya sambil membaringkan tubuhnya.

Mevan bangun dari duduknya, berjalan keluar dari kamar Vanya tanpa mengucapkan satu kata pun.

▪︎▪︎▪︎

Malam ini langit tengah indah-indahnya, ribuan bintang di atas sana yang sudah jarang Vanya lihat kini bisa kembali di lihat. Berdiri di atas balkon dengan mug berisi coklat hangat tak membuat Vanya ingin beranjak sedetik pun, saat ini dunianya tengah indah, meski hanya sendiri namun Vanya merasa malam ini berbeda dengan malam-malam sebelumnya.

"Ku ingin saat ini engkau ada di sini, tertawa bersama ku seperti dulu lagi, walau hanya sebentar tuhan tolong kabulkanlah, bukannya diri ini tak terima kenyataan ... hati ini hanya rindu." Entah kenapa tiba-tiba Vanya bernyanyi dengan di akhiri tawa geli.

"Gua rindu siapa?" gumam Vanya sambil mengelengkan kepalanya dan kembali meneguk coklat hangatnya.

Vanya kembali masuk ke dalam kamar, malam ini dirinya membutuhkan seseorang yang bisa ia buat kesal—dan nama Rega lah yang muncul di pikirannya.

Vanya mengambil ponselnya, mencari kontak Rega dan langsung menghubungi pemuda itu.

"Rega sayang, cari makan yuk gua haus!" Vanya langsung bersuara setelah pemuda itu mengangkat panggilannya..

"Gob—"

"Apa lo? Mau marah?"

"Engga, gua lupa kalo lo 'kan emang kagak waras."

"Ngapain lo mau temenan sama gua kalo gua gak waras?"

"Yah ... mau gimana lagi, pas gua orok emak gua malah ngenalin gua ke lo sih, jadi gua terpaksa temenan sama lo."

"Bacot! Ayo beli makan, gua laper."

"Gua gak bisa, suruh Mevan aja, gua mau jemput doi gua."

"Beli makan sama gua atau gua bakal gangguin acara lo sama orang-orangan sawah itu!"

"Taik! Gua otw sattttttt!"

Tut ...Tut ...

Vanya tersenyum senang saat Rega takut dengan ancamannya,  lagian ia tidak mungkin menganggu Rega dengan kekasih pemuda itu, dirinya hanya mengancam saja agar Rega mau menurutinya.

.
.
.

"Makan apa?" Wajah Rega benar-benar terlihat sangat kesal, acara menontonya dengan sang pacar harus batal hanya karna ancaman bodoh Vanya.

Vanya yang tengah duduk di samping Rega menatap buku menu dengan raut wajah serius, tidak memperdulikan wajah Rega yang benar-benar sangat badmood.

"Cumi krispi satu baskom," kata Vanya sambil menatap Rega dengan raut wajah yang membuat siapa pun tidak bisa menolaknya.

Rega mengusap wajahnya gusar, kembali merasa lelah dengan kelakuan aneh Vanya ini.

"Gua denger dari Mevan katanya lo mau diet, iya?" tanya Rega yang tak memperdulikan wajah mengemaskan Vanya.

"Gak jadi diet, 'kan masih ada lo yang nantinya jadi pacar gua," ceplos Vanya yang sukses membuat Rega mengetuk-ngetuk kepala tangannya ke kepala pada meja sebanyak tiga kali.

"Ogah!" ucap Rega dengan raut wajah datarnya.

Vanya yang melihat tingkah Rega itu hanya bisa tersenyum geli, ternyata lebih asik mengerjai Rega seperti ini ketibang mengerjai Mevan yang selalu terbawa perasaan.

"Mas ganteng!" panggil Vanya yang sukses membuat Rega cengo.

Pelayan restoran yang Vanya panggil pun kini sudah berada di hadapan Vanya sambil tersenyum ramah.

"Cumi krispi, cumi saus singapura, semur cumi, cumi bumbu pedas, cumi asam manis, cumi saus tiram dan minumnya air putih satu galon yah," pesan Vanya dengan wajah santainya.

Pelayan di hadapan Vanya menatap Vanya dengan tatapan tak percaya, sedangkan Rega memilih untuk pura-pura sibuk dengan buku menu di hadapannya saja, ia malu bahkan sangat malu dengan kelakukan Vanya ini. Astaga ini di restoran bukan di warteg!

"Canda mas ganteng, minumnya satu teko aja," kata Vanya sambil terkekeh geli melihat wajah pelayan yang benar-benar blank itu.

"Mas, nya?" tanya si pelayan pada Rega.

"Nasi goreng pedas sa—"

"Lo gak suka pedes, Rega sayang!" potong Vanya dengan tatapan sinisnya pada Rega.

"Nasi goreng manis sa—" Lagi-lagi ucapan Rega terpotong oleh Vanya.

"Jangan manis tar lo kena diabetes," katanya membuat Rega menggeram kesal.

"Air kobokan satu!" pasrah Rega dengan wajah kesalnya.

"Air putih pake es batu satu, Mas," kata Vanya yang dibalas anggukan oleh si pelayan.

"Saya permisi."

Saat ini Rega benar-benar ingin mati saja, yang dilakukan Vanya kali ini benar-benar menjatuhkan harga dirinya, ini restoran besar tapi Vanya malah memesan seperti di warteg, ia menyesal karna di perjalanan tadi ia tidak membuang Vanya ke rawa-rawa.

Beberapa menit berlalu, pesanan Vanya pun datang, Vanya memakan makanannya dengan lahap, sedangkan Rega hanya menatap air putih dingin di hadapannya dengan rasa sedih.

Begitu malangnya nasip seorang Rega Pratama yang harus menikmati kesedihan ini seorang diri.

Hingga tak lama Rega dibuat terkejut bukan main saat seseorang dengan tiba-tibanya menumpahan minuman pada kepala Vanya,

"Feli, sialan!"  Raut wajah Rega kini berubah marah saat tau jika kekasihnya lah yang menumpahkan minuman pada kepala Vanya.

"Jadi ini alesan lo ngebatalin acara nonton kita? Buat makan sama selingkuhan lo, ini?" Gadis bernama Feli itu berucap dengan nada penuh amarah.

Sedangkan Vanya yang menjadi korban hanya bisa diam dengan kepala menunduk. Vanya tidak lemah, dirinya bisa saja melawan dan melakukan yang lebih parah, tapi tidak sekarang. Vanya akan menunggu Rega saja, ia ingin tau apa yang akan pemuda itu lakukan.

"Bodoh tau gak!" geram Rega dengan netra yang terlihat begitu marah.

"Dasar perusak! Lo kira gua bakal diem aja saat tau pacar gua selingkuh sama cewek model lo kek gini?" Dengan lantangnya Feli berucap. Semakin dibuat geram saat Vanya tak kunjung bersuara, jangan kan membalas ucapannya, menayapnya saja tidak sama sekali.

Vanya masih diam, membiarkan orang-orangan sawah di sampingnya ini mengoceh sampai berubah dangdutan. Vanya tidak memperdulikannya, dirinya lebih peduli pada tubuhnya yang terasa lengket karna minuman itu—membuatnya merasa tidak nyaman.

"Dasar cabe-cabean! Lo itu cuman cabe busuk yang bisanya ngerebut pacar orang!"

Sudah cukup, Vanya sudah muak dengan jelmaan kuyang di smapingnya ini. Dengan menatap santai pada Feli yang terlihat begitu marah, Vanya berdiri dari tempatnya, beralih menatap pada Rega sambil tersenyum kecil.

"Rega, Anya minta izin yah buat berubah," kata Vanya yang kembali menatap Feli dengan tatapan sinis.

"Bismillah, Hai orang-orangan sawah, boneka Anabelle, jalangkung, kenalin gua Vanya Daviandra, cewek imut, cantik dan mengemaskan, dengernya orang-orangan saw—" Niat hati ingin berpidato itu harus terhenti saat dengan cepatnya Feli memberikan tamparan keras pada pipi Vanya, membuat Vanya seketika diam.

Ais, sialan! Berani sekali orang-orangan sawah itu menampar pipinya.

"Jaga ucapan lo!" Teriak Feli tepat di depan wajah Vanya.

"Lo yang harus jaga ucapan lo! Berani banget lo nampar Vanya, bocah yang gua sayang!" gertak Rega dengan suara yang sedikit meninggi.

Pemuda itu kini sudah di penuhi amarah, bahkan Rega tidak memperdulikan dirinya yang kini menjadi bahan tontonan. Dirinya sudah begitu marah oleh kelakuan gila kekasihnya itu, berani sekali dia menampar Vanya.

"Vanya sahabat gua, sialan! Dan kita putus!" Setelah mengatakan itu, Rega langsung menarik pergi Vanya dari hadapan Feli yang tengah mematung karna ucapannya.

▪︎▪︎▪︎

▪︎ 𝐕𝐚𝐧𝐕𝐚𝐧 ▪︎
~ 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲 𝐛𝐲 © 𝐓𝐢𝐚𝐫𝐚𝐀𝐭𝐢𝐤𝐚𝟒 ~

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 182K 36
ᴹᵃʳⁱ ᴺᵍᵃᵏᵃᵏ ˢᵃᵐᵖᵃⁱ ᴮᵉⁿᵍᵉᵏ "Diam atau gua sleding!" ujar Libra tegas. Tidak ingin bernasib buruk, Embun diam mematung sambil menunduk. Dia sangat kece...
6.6K 1.1K 56
𝕄𝔸𝕌 ℍ𝔼𝔹𝔸𝕋? 𝕁𝔸ℕ𝔾𝔸ℕ 𝕁𝔸𝔻𝕀 ℙ𝕃𝔸𝔾𝕀𝔸𝕋! JUDUL AWAL : MY HEART "𝐊𝐢𝐭𝐚 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐞𝐩𝐚𝐬𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐚𝐧𝐮𝐬𝐢𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐭𝐚𝐤...
1.2K 536 12
Helios Niscala, Setiap orang yang bertemu dengannya akan menganggap Helios itu sombong, kejam, datar dan dingin. Faktanya memang begitu, ia akan menj...
573K 27.5K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...