ALLESYA

By fatehanu12

60.8K 3K 613

Amazing cover by : @seulwoonbi "Gue ingin bahagia, tapi kebahagian sangat sulit untuk mendekat kearah gue. Ke... More

1. Allesya Arfani
2. 11 Otomotif 1
3. Geng Cabe
4. Illa Mazka
5. "Gue kangen lo, All,"
6. Agil Mahendra Dinar
7. "Gila aja, lo!"
8. Hari Senin
9. Bad Day
10. Dia...Datang!
11. Rest
Visualisasi Tokoh
12. What Heppen?
13. Pelipur Lara
14. Kejutan Pahit
16. Oh, Shit!
17. Penampilan Baru
18. Satu Fakta
19. Moodboster
20. Penguat Diri
21. Perjalanan
22. Sebuah Pengakuan
23. Refreshing
24. Sebuah Pengakuan [2]
25. Perjalanan Berakhir Kesinisan
26. Dia Yang Kembali
Playsong Allesya
27. Dia Yang Terdiam
28. Kabar Memilukan Semua Insan
29. Kacaunya Sang Pelabuhan
30. Luka Menyakitkan
31. Whats Wrong?
32. Trapped
33. Clubbing
34. Rusuh
35. Pertunangan
36. Salma dan Allesya
37. Ungkapan Rasa Yang Pernah Hilang
38. Terbongkar
39. Akhir dari Semuanya
40. Kacaumu Kacauku
41. Belum Berakhir

15. Tonight With You

1.3K 66 15
By fatehanu12

“Jangan menangis seperti ini jika gak ada gue.” Bisik Agil.

I want you to be my friend.” Ucap Allesya parau.

“Gue akan jadi teman lo tanpa lo minta.”

Don't lie to me like him.

Will never.”

Mereka saling terdiam setelah bercakap singkat. Mereka lebih memilih untuk diam berperang dengan dirinya sendiri. Daripada harus menumpahkan seluruh amarah yang belum pasti ada penawarnya.

Seseorang melewati mereka dan melihat dengan seksama. “Agil? Allesya?”

———

“Allesya? Lo kenapa nangis?” tanya orang itu.

“Gak pa-pa, kok, Mir.” Jawab Allesya dengan senyumannya.

Mira. Seseorang yang kini menjadi temannya. Meskipun Mira telah menceritakan semua masalah yang dihadapinya, tetap saja Allesya belum pernah membagi cerita kepada Mira. Ia tak sedungu itu untuk berbagi cerita.

Rasanya munafik jika ia berkata soal kedunguan. Nyatanya saja ia menerima perlakuan manis Agil. Ia ingin memiliki teman untuk berbagi. Tapi ia juga tak ingin satupun orang yang mengetahui. Sepicik itulah pikiran Allesya.

Egois. Ya, bahkan dirinya baru saja menyadari jika ia memiliki egoisme yang tinggi. Rasa egois itu yang kini menjerumuskannya.

“Gak usah sungkan buat cerita sama gue, ya,” ucap Mira seraya memeluk Allesya singkat. Allesya menanggapi ucapan Mira dengan anggukan.

“Lo dari mana?” Tanya Allesya.

“Oh ini tadi gue habis beli baju.” Jawab Mira dengan mengangkat tentengan paperbagnya, “gue lagi ada acara di rumah, Alle, maaf gue gak bisa nemenin lo.” Imbuh Mira dengan sorot sendu.

Allesya tersenyum dan menggeleng sembari berkata, “Udah gak pa-pa, lo hati-hati dijalan, ya.” Jawab Allesya. Mira hanya tersenyum dan melangkah pergi melewati Allesya dan Agil.

“Siapa tadi?” Tanya Agil.

“Mira.”

“Sekolah mana?”

“Ya, satu sekolahan sama kita, lah.”

“Oh.”

“Lo gak tahu?”

“Gak.”

Allesya hanya menatap datar Agil. Heran dengan satu manusia di depannya ini. Sudah 2 tahun bersekolah tapi tidak tahu Mira? Padahal ia gadis yang cukup terkenal. Rasanya Allesya ingin menghampar kepala Agil. Mungkin saja ada ingatan yang hilang begitu, kan?

Mereka berdua saling terduduk dalam diam. Hening malam ditemani dengan lampu temaram mendukung dua insan yang tengah dilanda keresahan.

Rintik hujan mulai turun dan membasahi tubuh mereka, “Hujan, Allesya. Mau disini atau pergi?” tanya Agil.

“Gue mau disini.” Jawab Allesya tanpa melihat Agil. Agil hanya mengangguk dan menemani Allesya.

Hening.

Sorot mata lurus dan datar.

Rilai hujan membasahi bumi dan diri.

Bagai tembok polos yang mulus tertumpah air hujan. Mengalir. Bagai air mata yang mengalir di pipi Allesya. Deras namun samar akan derasnya air hujan. Hujan seakan mengerti perasaan Allesya. Dengan senang hati ia turut menangis atas kesedihan Allesya.

Mereka terdiam menikmati hujan selama 30 menit, hingga hujan reda. Allesya dan Agil telah basah kuyup karena hujan yang deras. Membuat Allesya juga meredakan tangisannya.

“Pulang sekarang atau masih mau disini?” Tanya Agil datar tanpa melihat Allesya.

“Pulang.”

“Oke.”

Agil berjalan dahulu menuju mobilnya yang disusul oleh Allesya. Mereka terdiam didalam mobil hingga sampai di apartemen Allesya.

Allesya membuka pintu dan segera masuk kamar guna mengganti pakaiannya. Agil pun tetap berada di ruang tamu dengan keadaan yang masih basah kuyup.

Allesya keluar dari kamar membawa handuk dan juga kaos oversize beserta celana boxer distro. Ia melangkah menuju Agil yang tengah menggosokkan kedua tangannya. “Ini buat lo ganti.” Ucap Allesya sembari menyodorkan kaos dan celana.

Agil menatap kaos dan celana tersebut dengan heran, kemudian ia melihat Allesya dan berkata, “Milik siapa?”

“Milik gue.”

“Lo cewek, kan? Kalau kaos, sih, gak masalah buat di pakai cewek. Nah kalo boxer ini?” Tanya Agil dengan heran.

“Lo ribet, deh. Tinggal pakai aja susah.”

“Gue jadi curiga.”

Allesya melotot kaget mendengar pernyataan Agil. “Ck, curiga apaan, heh!”

“Itu--”

“Ini punya gue sendiri. Masih baru.” Jawab Allesya sinis.

“Ya, kali, lo pakai boxer ginian?”

“Gue kemarin lusa itu beli di toko online, di gambar itu boxer cewek, bagus banget. Eh malah waktu barang nyampe hasilnya zonk.” Ucap Allesya mendesah pasrah.

“Ah, kasihan banget lo,” ledek Agil menahan tawanya.

Memang seperti itu ketika beli di toko online. Yah, meskipun tidak semuanya. Ketika di gambarnya barang terlihat tebal namun di realitanya sangat tipis. Ia sering tertipu seperti itu, tapi tak pernah ada kapoknya.

“Sori, ya, gue gak butuh dikasihani. Beli lagi bisa.” Ucap Allesya sombong.

“Sombong bener.”

Allesya hanya melengos pergi ketika Agil berbicara. Ia segera menuju ke kamar untuk berganti pakaian.

“Eh, gue ganti dimana, dong?!” Teriak Agil.

Allesya lupa bila tidak ada kamar mandi lagi. Kamar mandi hanya di kamarnya. “Terserah lo!”

“Seriusan, dong!”

“Iya, iya, gantian sama gue. Kamar mandi cuma ada di kamar gue.”

“Cepet!”

“Ya, suka-suka gue. Orang ini punya gue.”

Agil hanya mendesah kesal mendengar jawaban Allesya.

Selang beberapa menit Allesya keluar dari kamarnya. Ia mengenakan piyama bergambar Upin Ipin. Agil merasakan mata dan dahinya berkedut melihat Allesya berpenampilan demikian.

“Bocah banget.” Cibir Agil melihat piyama Allesya. Ia melewati Allesya dengan begitu tidak sopannya. Padahal Allesya belum menyuruhnya untuk masuk ke kamar mandinya.

Allesya melotot melihat Agil melewatinya, “Eh, gak sopan banget lo.”

“Bodo!”

Agil ingin mandi. Badannya terasa gatal. Namun, ia melihat di kamar mandi hanya terdapat perlengkapan mandi untuk perempuan. “Cewek semua, nih. Gue mandinya masa gak pake sabun?” Gumam Agil.

Agil bimbang. “Ah, ya sudah, deh. Gue pake sabun si cumi asin aja!”

Agil mandi selama 15 menit. Ia menggosok badannya dengan telaten. Sehingga gatal-gatalnya sudah tak terasa. Ia keluar kamar mandi seraya mengusap-usap rambutnya yang basah.

Ia melihat Allesya yang tengah menonton tv. Ia menemui Allesya dan duduk bersebelahan.

Allesya menajamkan indra penciumannya.

Bau ini...

“Agil, tadi lo mandi pake sabun gue?” tanya Allesya gak santai. Sementara Agil hanya mengangguk lelah.

“Lo pakek yang mana tadi?” tanya Allesya makin gak sabar.

“Gak tau juga, pokoknya yang kayak sabun.”

“Bau ini wangi banget, loh. Tadi lo pake berapa banyak?”

“Setiap mau ngusap bagian badan, gue pencet sabunnya. Soalnya gue gak terbiasa pake sabun cair. Jadinya, ya...gitu, deh.” Jawab Agil dengan mengangkat bahunya.

Dia ini... Padahal orang kaya. Tapi memakai sabun cair saja tidak bisa.

Allesya melotot tak percaya mendengar ucapan Agil. Seketika ia berlari menuju kamarnya. Agil kebingungan. Sehingga Agil berlari menyusul Allesya.

Allesya memasuki kamar mandinya dan...

“AGIIIIIIIIILLL!” Teriak Allesya. Agil terperanjat.

“Agil, ini sabun buat perawatan kulit. Harusnya lo tadi gak pake sabun ini.” Ucap Allesya berkaca-kaca.

Ya, seperti itulah perempuan.

“Ya, gue gak tau. Lagian sabun lo banyak banget. Ya udah gue ambil aja menurut feeling gue.” Ucap Agil kikuk sembari menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.

“Harusnya lo tadi pake sabun yang itu, Gil. Ah, Yaallah.” Allesya menunjuk sabun yang harusnya di pakai buat mandi. Karena sabun yang sedari tadi mereka bicarakan adalah lulur spa

“Gue gak tau, Alle,”

“Lo tau gak ini apa?”

“Emang apa?”

“Ini lulur, bego! Lulur lo pake buat sabunan. Ya, kali.”

“Ah, anjeeeeer!” teriak Agil. “Sia-sia dong gue mandi kalo mandinya aja pake lulur.”

“Gue lagi bokek, Gil. Lo gak mikir banget, sih. Ini lulur mahal banget. Setiap kali gue mau beli, jiwa misqueen ku memberontak!”

Agil kikuk dan juga menahan tawanya melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh Allesya. “Ya udah, maaf. Gue cowok, mana paham beginian. Nanti kalo udah habis gue ganti, kok.” Ucap Agil seraya menyentil dahi Allesya.

Agil keluar dari kamar mandi dan menuju ruang tamu. Begitupun Allesya. Mereka menonton televisi bersama. Hujan kembali lebat disertai petir yang bersahut-sahutan. Sesungguhnya, Allesya sangat takut dengan petir.

Duarrrrr!

Petir menggelegar.

Allesya berteriak dan meringkuk.

Agil terkejut dan terkekeh.

“Takut petir, ya?” ledek Agil.

Allesya mendengkus kasar dan memukul lengan Agil dengan keras. “Diem, deh.”

Duarrrrr!!!

Bunyi petir semakin keras saja. Membuat Allesya semakin kalut. “Agil?” panggil Allesya lirih.

“Apa?”

“Lo temen gue, kan?”

“Gak.”

“Ih, Agil!!”

“Apa, sih?”

“Besok tanggal merah, kan?”

“Iya, iya, gue temenin lo malam ini.”

Deg. Kenapa Agil bisa tahu pikiran Allesya? Kenapa Agil tahu kalau Allesya butuh teman agar tidak ketakutan kala mendengar petir-petir bersahutan? Ternyata Agil cowok yang peka.

Allesya hanya bungkam. Ia kembali menonton film. Mereka berdua sama heningnya menonton televisi. Hingga pada akhirnya...

DUARRRRR!!!!

“AAAAAAA, TAKUUUUUUT!! HELP ME !!!” Teriak Allesya dengan badan yang memeluk Agil spontan. Badannya bergetar dan hampir menangis.

Agil terkekeh melihat tingkah Allesya yang dianggapnya menggemaskan itu. “Cemen.” Ledek Agil.

“Ih, jahatnya lo, gue ketakutan gini dikata-katain.” Ucap Allesya tidak terima - masih memeluk Agil.

“Meluk gue selama 1 menit kena tarif 10 ribu, ya.” Ucap Agil menaik-turunkan alisnya.

“Ogah!” Jawab Allesya yang masih memeluk Agil.

“Utututu, gemas sekali kau ni.” Ucap Agil meledek Allesya dengan memanyunkan bibirnya.

Membuatnya terlihat imut. Dan, membuat Allesya suka dengan raut wajah itu.

Eh?

***

Hallo man teman.

Update ngaret, ngehehe.

Aku ucapkan terimakasih untuk yang udah baca dan meninggalkan jejaknya❤

Selamat menjalan ibadah puasa, ya, bagi yang menjalankan💗

Continue Reading

You'll Also Like

986K 48.3K 64
Mendengar namanya saja sudah membuat Wilona bergidik ngeri, apalagi bertemu dengan sosoknya langsung. Mungkin Lona akan kabur begitu melihat bayangan...
2.9M 165K 40
DILARANG PLAGIAT, IDE ITU MAHAL!!! "gue transmigrasi karena jatuh dari tangga!!?" Nora Karalyn , Gadis SMA yang memiliki sifat yang berubah ubah, kad...
412K 29.8K 26
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
1.4M 63K 52
-Ketua Geng Motor -Nikah Terpaksa Arkana Septian, lelaki berparas tampan. Seorang Mahasiswa yang menjadi pelatih taekwondo di kampus nya. Dan ketua...