ALASKA

Από rinisurastikaa

484K 21.8K 695

Kamu akan bertemu Samudra Alaska Reihanaldi, ketua kelas galak dengan sejuta gombalan recehnya (untuk Lana). ... Περισσότερα

Prolog
1. First Meet
2. Ketua Kelas
3. GAWAT! SIAGA SATU!
Trailer ALASKA
4. Aska ganteng, tapi galak!
5. Tom and Jerry
6. MateMatika Itu Rumit
7. Aska dan Risky
8. Dia Gurunya?
9. Cowok Bawel
10. Pangeran Biola
11. Malam Minggu
12. Tentang Aska
13. Berdua
14. Chattan
15. Sudut Pandang Berbeda
16. Si Galak Tumben Baik
17. Fall In Love
18. Berbeda
19. Kembali Sama
20. Gombal ala Aska
21. Aska dan Viola
22. We're Just Friend
VOTE COVER
23. Aku Gak Cemburu!
25. With You
26. Canggung
27. NEW PROBLEM!!
28. EGO
29. Di Ambang Batas
30. Goodbye, Move On!
31. Mencoba Berdamai
32. Mencoba Berdamai (II)
33. Teman Tapi Mantan
34. Aska Sayangnya Lana
35. Not A Bad Thing
36. MANTAN GEBETAN
37. Apakah Ini Reuni Mantan?
38. PASAR MALAM
39. HILANG
40. Bukan Dia Pelakunya
41. Jessi Aneh
42. JEBAKAN
43. Teka-Teki
44. DIED
45. Kejutan
46. Bukti
47. Bukan Akhir
EPILOG

24. Resmi

7.7K 457 15
Από rinisurastikaa

Kamu ingin dapat novel gratis terbitan Grass Media? Kalau mau, yuk aktif vote, komen, dan share di ig (jangan lupa tag instagram @gmgwriters.id dan penulis karya  yang kamu share😉) cerita dari peserta  #gmghuntingwriters2021. Nah, buat kamu yang terpilih jadi best reader bisa dapat novel gratis loh😍.


Tekan ☆ di pojok bawah ya:)
Koreksi juga kalau ada typo.

Happy reading❤

“Hubungan bukan hanya tentang kamu dan aku, namun juga tentang kita yang belajar saling percaya.”

(Samudra Alaska Reihanaldi)

Hari ini semuanya dimulai.

Aska dan Lana yang bersikap seperti orang asing. Baru kemarin Aska memaksa Lana ke kantin bersama, lalu waktu berjalan begitu cepat, hingga pernyataan Aska membuatnya tidak mengenal sosok cowok yang beberapa bulan ini menjadi temannya.

Lana ingin mendekati Aska, mengajak cowok itu berbicara, tapi ia gengsi karena pastinya Aska akan besar kepala.

“Kalau ada masalah itu diselesaiin, bukan didiamin! Childish banget, sih,” cibiran Jessi tidak Lana hiraukan.

Lana tahu, Jessi bosan melihatnya uring-uringan semenjak cewek itu bertandang ke rumahnya dari pagi tadi.

Lana berguling di kasurnya. “Lo sih cuman bisa ngomong, padahal gak pernah ngerasain.”

“Ya ampun, nih anak dibilangin gak mau dengar. Gue bosan liat lo kayak yang udah ditinggal selama bertahun-tahun.”

Lana berdecak kesal. “Lo cerewet banget, sih!” protesnya. Tujuannya meminta Jessi ke rumahnya agar cewek itu bisa menghiburnya, tapi justru kedatangan Jessi membuatnya makin kesal.

“Ck, kalau gue tau lo bakal begini gue gak akan datang ke rumah lo. Buang-buang waktu tau nggak!”

“Lo jahat amat sih, teman lo lagi galau lo gituin,” Lana merajuk, tetapi Jessi tak acuh.

“Baru bagian galaunya gue dianggap teman, kemarin lo ke mana aja saat lo lagi senang?”

“JESSI!!!”

Jessi mendengkus jengkel, cewek itu beralih mengambil novel yang dibawanya. Ia tidak lagi memedulikan Lana yang masih uring-uringan.

Lana yang melihat hal itu mengembuskan napas kesal. “Mending lo ajak gue ke mana gitu,” katanya.

Jessi menutup novelnya keras, cewek itu bangkit lalu menarik Lana yang memandangnya polos. “Ayok cepataan!!” ujarnya jengkel.

Lana nyengir. Cewek itu bergegas ke kamar mandi dan berdandan ala kadarnya. Dengan mengenakan sweater abu-abu dipadukan skinny jeans serta sepatu kets, mereka ke mall Plaza Indonesia.

Sayangnya, bukan ketenangan yang Lana temukan, melainkan kegalauan yang semakin parah. Bagaimana tidak galau kalau yang ia temukan di resto yang mereka kunjungi adalah Aska yang datang bersama Viola.

Oh God, di antara banyaknya mall di Jakarta kenapa gue harus ketemu Aska di sini?!

Lana merutuk dalam hati, sementara Jessi memandang Aska dan Lana yang sekilas saling melirik.

Jessi memesan spaghetti dan ice lemon tea, ia juga memesankan Lana menu yang sama.

“Boleh ikut gabung?” suara itu membuat Lana dan Jessi menatap sang pemilik. Viola di sana, tepat di samping meja mereka.


Jessi melirik Lana sementara temannya itu memilih membuang muka.

“Vi, kita duduk di sana aja,” kata Aska menunjuk salah satu kursi yang agak jauh dari tempat Lana, hingga memberikan dirinya space agar tidak terpengaruh oleh kehadiran cewek yang dirindukannya itu.

“Aku maunya di sini, Sam. Lagian dia teman kamu, jadi gak apa-apa, dong,” balasan Viola membuat Lana mengernyit jijik. Entah kenapa suara manja cewek itu sangat menghancurkan mood Lana. Apa ini ada hubungannya dengan kecemburuannya?

“Tapi ...,”

“Lo berdua kalau mau duduk, cepatan, gak usah bikin keributan. Ribet amat.”
Mendengar itu, Aska langsung mendelik tajam pada Lana yang melengos dari tatapannya.

“Teman kamu aja mau.” Tanpa banyak basa-basi, Viola duduk di samping kiri Lana dan Aska duduk di hadapan Viola, hingga ia berdampingan dengan cewek yang beberapa hari ini tidak diacuhkannya.

“Sam, aku pesan dulu ya, kamu yang kayak biasanya, kan?”

“Hm,”

Viola bergegas memesankan makan siang untuk dirinya dan Aska, sementara Aska diam-diam merapalkan doa dalam hati agar tak mengajak ngobrol Lana yang menunduk menyantap pesanannya yang baru datang.

Jessi yang menyaksikan situasi awkward keduanya mencari akal. “Gue ke toilet dulu, ya,” katanya, dan tanpa menunggu jawaban Lana, cewek itu sudah melepaskan diri dari situasi tidak mengenakkan tersebut.
Lana membuang napas keras, jelas saja mengganggu Aska. Mereka tidak bersuara. Lana memilih memainkan ponselnya sambil makan, sama seperti Aska.

“Kenapa kalian cuman diam?” Viola duduk di kursinya, disusul pelayan yang membawakan pesanannya.

Aska menerima chicken wings dan nasi dari Viola. Ia berujar, “Cepatan makan, kamu kan mau ke salon.”

Hari itu berakhir begitu cepat, Aska yang meninggalkan Lana dan Jessi yang memandang iba temannya.

“Kemarin gue ketemu dia, tapi gitu, deh. Kami gak saling tegur, dia diam aja, Ky. Gue kadang mikir apa yang salah dari hubungan kami?”

Sesi curhatan dimulai. Lana yang bercerita dan Risky yang mendengarkan. Siang hari saat jam istirahat. Di rootftop sekolah.

“Kalian sama-sama egois, Lan.”

Lana memandang cowok berkacamata di sampingnya. “Terus gue harus gimana?” tanyanya lirih.

“Kalau lo emang pengen baikan sama dia solusinya cuman satu, mengalah. Kalau masing-masing dari kalian gak ada yang mau mengalah, ya udah ikhlasin, berarti itu tandanya kalian gak cocok.” Risky melirik Lana yang memperhatikan jalan ramai di bawah. Cewek itu sepertinya sedang mencerna ucapannya.

“Kalian memang aneh, Lan. Statusnya cuman teman tapi udah kayak pacaran, berantem, cemburuan, aneh. Seharusnya kalau emang lo ngerasa Aska gak suka sama lo, ya lo bersikap biasa-biasa aja, jangan baper, karena bisa aja dia baik dan peduli sama semua orang.”

Lana manggut-manggut, mengerti. “Iya sih, kadang gue juga mikir ego kami yang membuat semuanya jadi rumit.”

Risky tersenyum tipis. Tangannya teulur mengacak lembut rambut Lana yang hari ini dikuncir kuda menyebabkan decakan kesal keluar dari bibir cewek itu. “Gak boleh galau lagi, di dunia bukan cuman ada cinta-cintaan.”

“Tapi kita butuh cinta, kan? Cinta orang tua, sahabat, dan lainnya.”

“Iya.”

“Cinta apa yang lo sudah temukan?” Hari ini Lana kalem, tidak petakilan atau salah tingkah seperti saat dia bersama Aska. Bersama Risky, Lana mengenal tenang dan nyaman. Namun nyaman tidak cukup untuk menjadi alasan untuk perasaannya berbunga-bunga. Berbeda saat bersama Aska.

“Bunda, guru, dan ...” Risky tersenyum miris. “... lo?”

Lana menunduk. “Maaf.”

It’s okay. Perasaan gak bisa dipaksa, kan?”

Lana mengangguk. Perasaan memang tidak bisa dipaksakan, seperti perasaan Aska.

“Turun yuk, gue lapar nih ladenin curhatan lo.” Cowok berlesung pipit itu terkekeh seraya menarik Lana untuk berdiri.

Lana menonjok bahu Risky, lalu mereka tertawa. Bersama.
Dalam hati, Lana berkata, “Andai aja hati gue milih lo ya, Ky.”

Karena bersama Risky, Lana bahagia, walaupun ada yang kurang.

“Lo tunggu gue ya, jangan langsung pulang.”

Gerakan Lana tertahan mendengar kalimat tersebut, irisnya langsung menyorot pada Aska yang sedang merapikan bukunya setelah guru mata pelajaran terakhir keluar.

Lana tidak sedang berhalusinasi, kan?

“Lo ngomong sama gue?” tanyanya bloon.

Aska memutar bola mata seraya menggendong ransel hitam di bahu kirinya. “Sama Jessi.”

Lana menoleh ke sekitarnya. Tidak ada Jessi. Cewek itu sudah pulang terlebih dulu karena jemputannya telah tiba. Sementara orang di kelas ini hanya Lana yang tengah mencatat tulisan di papan tulis—tiba-tiba ia jadi rajin—dan Aska yang kini memandangnya.

“Tapi Jessi udah pulang.”

“Bego.”

Aska menutup buku tulis Lana membuat cewek itu mendelik padanya. “Gak bareng lo beberapa hari ternyata mempengaruhi otak lo, ya. Rajinnya bertambah tapi kenapa begonya juga bertambah?” Aska bertanya retoris.

Lana cemberut, ia memasukkan bukunya ke dalam tas. “Lo juga makin ngesalin, itu mulut juga makin tajam!” sindirnya yang membuat Aska melirik sinis padanya.

“Lo gak guna-gunain gue, kan?  Kok gue bisa cinta sama cewek kayak lo? Udah bego, gak peka, dan gak mau ngalah.”

‘Karena gue cantik!”

Aska tersenyum miring. “Cantik itu relatif, Lan, kalau cowok suka lo hanya karena fisik itu berarti dia gak tulus.”

“Jangan munafik deh lo, coba deh berpikir realistis, mana ada cowok yang gak mau punya pacar cantik, bullshit kalau cowok bilang ‘aku terima kamu apa adanya’. Itu tuh cuman ada di mulut doang, karena pas liat cewek cantik langsung follow.”

Aska terkekeh kecil. Akhirnya ia bisa melihat Alana-nya kembali yang akan membalas perkataannya.

Ia tidak lagi meladeni pembelaan Lana. Cowok itu menarik lembut pergelangan tangan Lana dan membawanya keluar kelas.

Lana berhenti di parkiran saat Aska mengambil motornya. “Sebenarnya kenapa lo tiba-tiba gini? Beberapa hari yang lalu lo yang ngomong kalau kita ketemu, kita bersikap aja seperti orang asing, tapi hari ini lo kayak aneh lagi. Lo bersikap seolah gak ada yang salah dengan hari kemarin.”

Aska tersenyum tipis di balik helm full face-nya, ia menyodorkan Lana helm putih yang sudah disediakannya.

“Semalam ada yang ngomong sama gue, dia bilang, ‘Ka, kalau emang lo sayang sama seseorang lo harus bertindak untuk bisa bareng dia, bukan menyakiti dia. Kalau emang lo gak serius, lo lepasin dia deh, karena gue yakin, dia pasti nemuin yang lebih baik dari lo, yang gak bersikap pengecut kayak lo, hanya karena penolakan yang gak diutarakannya lo memintanya menjauh. Itu bukan sifat cowok, Ka.’ Jadi hari ini gue ingin coba nanyain ke cewek itu, apa dia mau jadi pacar gue?”
Gerakan Lana yang memperbaiki tali helm berhenti saat Aska memandangnya dengan sorot dalam. “Naik,” ucap cowok itu yang dituruti Lana meski cewek itu masih menampilkan ekspresi bingung.
Aska menstater motornya meninggalkan sekolah yang sudah sepi. Membelah jalan kota yang ramai. Dan matahari yang perlahan-lahan tenggelam.

“Jadi?” Di tengah deru mesin kendaraan, Aska bertanya dengan suara keras.

“Apa?”

“Jadi pacar gue, ya.”

Lana tidak menyahut, tapi gerakan tangannya yang melingkari pinggang cowok itu dan kepalanya yang disandarkan di punggung Aska sudah menjadi persetujuannya. Karena Aska bukan bertanya, melainkan memberinya pernyataan.

Hari Selasa, pukul empat sore, di jalan raya, tanpa keromantisan Aska. Lana dan Aska resmi jadian. Tanpa kata-kata manis.

TBC

CIEEE YANG DAH JADIAN🙄🙄

Untuk merayakan jadian mereka, vote dan komen juga rekomendasiin cerita ini ke teman-teman kalian🔥

Se u


Luv❤

Συνέχεια Ανάγνωσης

Θα σας αρέσει επίσης

KANAYA (REVISI) Από liaa0415

Εφηβική Φαντασία

2M 118K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
ANGKASADARA [SUDAH TERBIT] Από uarmycaaa_

Εφηβική Φαντασία

282K 24.8K 55
[SEKUEL BISA DIBACA TERPISAH] [NEW VERSION] Kisahnya singkat, sesingkat pertemuan mereka. Kisahnya juga telah usai, sebelum waktunya. Sesungguhnya...
NATHAN Από Rara angelina

Εφηβική Φαντασία

12.9K 881 10
Nathan arlind alexsander cowok yang sangat keras kepala,kasar,dan tak menghargai orang lain kecuali dengan orang terdekat.semenjak dia bertemu dengan...
ATLANTAS || END Από honey.bex 🏵️

Εφηβική Φαντασία

261K 21.5K 45
[ Winner of the co-writing event held by TWT] Warning ⚠️ Terdapat banyak kata-kata kasar, harap bijak dalam membaca. Bandidos, siapa yang tidak meng...