Because of You

By _fanfict_

22.9K 2.7K 118

[COMPLETED] Fanfiction keempat. Terinspirasi dari drama So Jisub dan Gong Hyojin, yang berjudul Master's Su... More

Plot
First
Explanation
The Ability
Believe
Haunted
Caring
Prove
Possessed
Get to Know You
Consideration
Remember
Terminate
Turn Back
Found Out
Bickering
The Situation
Closer
Lies
Requirement
Talking
Startled
Precious
Accompany
That Smile
Mind
Aware
Against
The Sense
The Incident
Case Closed
Sacrifice
Mourning
The Call
Recall
Glancing
Lovable
Memory
Honestly
Sad
Twins
Afraid
Pretend
Permission
Impact
Weird
Settled
*******
Special 1
Special 2
Special 4

Special 3

422 52 2
By _fanfict_

Tiga hari kemudian... 

Pusat perbelanjaan terbesar bernama Kingdom Mall, sudah membuka beberapa cabang di daerah Busan dan Gangnam sejak beberapa bulan yang lalu. Banyak perusahaan yang ingin membuka toko di Mall terkenal itu. Perekrutan karyawan pun sudah di adakan besar-besaran sampai memasang sebuah iklan di beberapa majalah dan koran beberapa minggu sebelum pembukaan resmi Mall tersebut. Sang pemilik tampak sibuk menghadiri rapat dari satu cabang ke cabang lain untuk mengecek perkembangan setiap bulannya. Dia tidak lupa untuk membawa istrinya sekaligus berlibur menikmati pemandangan sekitar Mall yang tidak jauh dari pantai. 

Setelah beberapa hari tidur di hotel, Chorong sudah merasa lebih baik dan tidak terganggu oleh mimpi buruknya waktu itu. Bahkan dia merasa senang saat berjalan sendirian di pinggir pantai sambil menikmati terpaan angin sore yang mengenai wajahnya. Rambut dan rok selututnya, mengikuti kemana arah angin itu pergi. Dia juga tidak segan untuk sekedar menyapa beberapa hantu yang di lihatnya. Hari ini merupakan hari terakhir dia dan Junmyeon berada di Busan. Besok, mereka akan kembali ke tempat tinggal mereka yang ada di Seoul. 

Chorong menghentikan langkahnya saat handphonenya berbunyi. Dia merogoh saku roknya dan menjawab panggilan tersebut.

"Yeobuseyeo?"

"Kau dimana?"

"Aku di pinggir pantai. Bagaimana dengan rapatnya? Apa sudah selesai?"

"Eoh. Satu jam lagi aku akan kembali ke kamar hotel"

"Arasseo..."

"Kembalilah ke kamar sekarang. Matahari akan terbenam sebentar lagi"

"Hhmmm"

"Baiklah, aku tutup teleponnya sekarang"

Sambil menekan layar handphonenya, Chorong langsung berjalan menuju hotel untuk mengganti pakaiannya yang terkena pasir pantai. 

Satu jam kemudian.... 

"Kamsahamnida, Daepyonim" Seorang Manajer Mall menjabat tangan Junmyeon seusai rapat. Seisi ruangan menunggu Direktur itu keluar pintu lebih dulu, baru di susul oleh mereka. 

"Apa kau akan langsung kembali ke hotel, Daepyonim?" Tanya sekretarisnya yang berjalan di sampingnya. 

"Nde.."

"Kalau begitu, biar aku yang menaruh semua berkas ini ke ruanganmu" Minah mengambil beberapa kertas yang ada di tangan Junmyeon. 

"Arasseo.."

Minah sedikit membungkukkan badan dan berjalan ke arah lain untuk menuju ruangan Junmyeon. Tidak butuh waktu lama, Minah sudah menaruh semua kertas yang menumpuk di kedua tangannya saat tiba di depan sebuah meja kerja. Dia juga membereskan kertas-kertas itu dengan mengurutkan sesuai tema pembahasan semua rapat hari ini. Tiba-tiba pintu ruangan terbuka... 

"Eoh? Daepyonim, kenapa kau kembali ke sini?" Minah melihat Junmyeon berjalan ke arahnya tanpa mengucapkan apapun. 

"Apa kau mencari sesuatu, Daepyonim?"

Junmyeon masih belum membuka mulutnya sama sekali. Dia terlihat sibuk membuka tutup laci meja kerjanya sendiri. Dia juga melihat ke arah sekitar lantai dan sedikit membungkukkan badannya. 

"Apa ada sesuatu yang bisa ku bantu untukmu, Daepyonim?"

"Carikan aku sebuah cincin. Sepertinya aku menjatuhkannya di sini"

"Cincin?"

"Nde. Cincin berwarna perak. Cepatlah...." Junmyeon yang mulai mengintip di bawah meja kerjanya. Hal ini membuat Minah melakukan hal yang sama. Bahkan Minah sampai melepas high heelsnya supaya memudahkan pencarian. 

Selama beberapa saat, mereka sibuk menggeser beberapa sofa yang ada di tengah ruangan. 

"Akhirnya ketemu!!" Junmyeon mengambil cincin yang tergeletak di lantai. 

"Bagaimana kita akan membereskan ini semua?" Minah menunjuk ke arah sofa-sofa yang posisinya tidak teratur. 

"Panggillah karyawan cleaning service pria untuk melakukannya" Junmyeon memasukkan cincin itu ke dalam kotak kecil yang terbuka dengan hati-hati. 

"Algaeseumnida" Minah mengambil high heelsnya dan memakainya kembali.

"Aku berterimakasih atas bantuanmu, Minah'ssi"

"Aku senang bisa membantumu, Daepyonim. Cincin itu pasti sangat berharga bagimu"

"Nde. Aku akan memberikannya kepada istriku"

"Kalau begitu, kau bisa pulang lebih dulu, Daepyonim. Biar aku yang membereskan semua berkas ini" Minah menuju meja kerja Junmyeon dan melanjutkan pekerjaannya yang tadi tertunda. 

"Biar aku yang melakukannya. Ini sebagai tanda terima kasihku kepadamu"

"Ti-tidak perlu Daepyonim"

Junmyeon mengambil kertas-kertas dari tangan Minah. 

"Dengan begini, kita bisa keluar Mall bersama-sama"

Minah terdiam di samping Junmyeon sambil memperhatikan Direktur itu melakukan pekerjaannya. Tidak berapa lama kemudian, Junmyeon menyerahkan sebuah kertas ke arah Minah. 

"Tugas terakhirmu, berikan ini kepada Manajer Jang di ruangannya sekarang"

"N-nde.." 

"Kalau begitu, sampai bertemu nanti di Seoul, Minah'ssi"

"Nde, Daepyonim..." Minah membungkukkan badan. Saat ingin melangkah, sepertinya dia tidak memperhatikan belakangnya yang posisi kakinya sedang berada lebih tinggi satu anak tangga.

Dengan reflek, Junmyeon memegang tangan Minah, tapi tubuh Minah yang terjatuh lebih dulu, membuat Junmyeon ikut terjatuh di atasnya. Beruntung, mereka terjatuh tepat di atas sebuah sofa. Karena posisi lantai yang lumayan tinggi jika terjatuh mengenai punggung, pasti akan mengalami cedera serius.


Di saat itu juga, Chorong yang sedang berjalan menuju ruangan Junmyeon, langsung melangkah masuk karena pintu dalam kondisi terbuka. Dia memelankan langkahnya saat melihat sekitarnya yang tampak berantakan. Sebuah sofa yang membelakanginya, membuat Chorong merasa penasaran. Karena dia melihat sebuah punggung dan kepala seseorang dari balik sofa itu. 

"Gwenchanasaeyeo?" Junmyeon menahan tubuhnya sendiri dengan kedua tangan yang di taruh di sisi kepala kanan dan kiri Minah. 

"N-nde....." Ucap Minah pelan. Dia tidak tahu harus melihat ke arah mana karena posisi wajah Junmyeon yang dekat dengannya. 

"Kau bisa berdiri?"

Minah hanya menjawab dengan anggukan kecil. 

Chorong menelan ludahnya sendiri saat mendengar suara Junmyeon. Apalagi di saat Junmyeon bangkit dari sofa, dia terlihat membantu seorang wanita untuk berdiri.

"Mereka berdua berada di sofa yang sama?" Gumam Chorong dalam hati. 

Minah terlihat merapihkan rambutnya yang berantakan.

"Kau tidak terluka?" Junmyeon memperhatikan kaki Minah yang mengenakan high heels itu. 

"Ti-tidak, Daepyonim. Ka-kamsahamnida...." Minah kembali membungkukkan badannya dan ekspresinya terkejut saat melihat Chorong yang sedang berdiri terdiam tidak jauh dari mereka. 

Junmyeon yang mengikuti arah pandang Minah juga ikut terkejut. Mereka tidak mengetahui kehadiran Chorong sebelumnya. Bahkan Junmyeon sendiri, tidak menyangka kalau istrinya itu akan datang ke ruang kerjanya.

"A-aku seharusnya mengetuk terlebih dahulu tadi. Ma-maafkan aku..." Ucap Chorong sebelum meninggalkan ruangan itu. 

"Chagiya... Chagiya..!" Junmyeon langsung berlari mengejar Chorong. Sementara Minah merasa khawatir dengan kesalahpahaman yang mungkin terjadi karena istri Direkturnya itu melihat posisi mereka tadi. 


Chorong terlihat terus menekan tombol lift supaya pintunya cepat terbuka. Pikirannya sedang tidak berjalan seperti biasanya. Perasaannya juga sulit ditebak saat melihat kejadian tadi. Selintas, dia teringat ucapan arwah Ayah Junmyeon yang muncul di dalam mimpinya.

"Aishhh. Kenapa tidak terbuka?"

"Kenapa kau terburu-buru?" Chorong terdiam saat mendengar suara Junmyeon yang sudah ada di belakangnya. 

"Kau sudah melihatnya. Itu bukan seperti yang kau pikirkan" Junmyeon memegang tangan Chorong. 

"A-aku tidak tahu apa itu bisa menjadi alasanmu untuk tidak datang tepat waktu ke kamar hotel dan membuatku menunggumu sejak tadi"

"Maafkan aku. Ada hal yang harus ku selesaikan seusai rapat tadi. Kau pasti sudah merasa lapar. Kita akan makan malam sekarang"

Chorong langsung melepaskan genggaman tangan suaminya itu. 

"Aku tidak lapar. Aku hanya ingin cepat kembali ke rumah"

"Waeyeo? Kita bahkan belum menghabiskan waktu banyak bersama di sini"

Pintu lift terbuka. Chorong langsung masuk dan menahan Junmyeon yang akan mengikutinya. 

"Akhir-akhir ini aku merasa lelah dan butuh waktu sendirian. Kau bisa kembali ke kamar hotel besok. Aku tidak ingin melihatmu untuk malam ini"

Junmyeon merasa bingung dengan sikap istrinya itu. Sampai pintu lift tertutup, dengan segera Junmyeon mengambil jalan ke arah tangga darurat dan segera berlari menuruni tangga sampai lantai satu. 


Kondisi Mall yang beranjak sepi di malam hari, membuat Junmyeon dengan mudah bisa mengenali Chorong dari kejauhan. Dia kembali mengejar dan langsung menghentikan langkah Chorong. 

"Jangan menyentuhku...!" Ucapan Chorong yang sedikit kencang, membuat perhatian para pengunjung yang ada di dekat mereka, mengarah padanya. 

"Ada apa denganmu? Kenapa kau tiba-tiba menjadi seperti ini? Apa karena kesalahpahaman yang kau lihat tadi? Aku sudah menjelaskannya padamu"

"Aku tidak ingin melihatmu hanya untuk malam ini"

"Wae? Apa alasanmu?"

"Kurasa Ayahmu benar. Sifatnya itu pasti akan menurunimu. Kau sudah berani mendekati wanita lain. Aku terlalu bodoh karena tidak mempunyai rasa cemburu padamu selama ini. Tapi sekarang, aku sangat merasakannya sampai tidak bisa memikirkan hal lain selain pemandangan yang ku lihat sendiri di depan kedua mataku tadi"

"Apa maksudmu? Kau merasa cemburu? Aku bahkan tidak berniat untuk mendekatinya sama sekali"

"Jadi, kau mengakui perbuatanmu tadi?"

"Apa yang kau bicarakan? Aku hanya menolong sekretarisku yang akan terjatuh ke lantai. Bagaimana kalau dia terluka sementara aku yang berada di dekatnya, tidak melakukan apapun untuk mencegahnya?"

"Kau bahkan sudah berani membelanya sekarang. Aku tidak bisa menebak bagaimana perasaanmu sebenarnya padaku"

"Park Chorong......."

"Lihatlah. Kau juga mulai memanggilku dengan namaku. Apa panggilanku sudah berubah sejak kau bersama dengan wanita lain?"

Junmyeon memegangi dahinya tanda dia tidak bisa menghadapi sikap Chorong yang baru di lihatnya sekarang. 

"Aku harus beristirahat sekarang" Chorong berjalan lebih dulu keluar dari Mall, meninggalkan Junmyeon yang masih berdiri di tempatnya. 

Tengah malam..

Sudah beberapa kali, Chorong terus menerus membolak balikkan badannya karena tidak bisa tertidur. Dia bahkan bisa mendengar beberapa bisikkan halus di sekitarnya saat sedang memejamkan kedua matanya. Dia langsung beranjak dari tempat tidur dan membuka pintu yang menghubungkan ke beranda kamarnya. 

"Kau akan mengetahui sifat asli Suho yang mirip denganku. Bersiaplah, Park Chorong. Kehidupanmu tidak akan bahagia dengannya...." 

Chorong menggelengkan kepalanya dan menutup kedua telinganya karena merasa mendengarkan suara Ayah Junmyeon lagi. 

Selama kurang lebih satu jam, dia duduk menatapi langit malam dengan pandangan yang kosong. Dia juga tidak memperdulikan hawa dingin yang masuk ke dalam tubuhnya. Banyak arwah yang mencoba berkomunikasi dengannya, tapi Chorong hanya mengabaikannya. Handphonenya yang berbunyi juga tidak mengganggunya sama sekali. Bahkan dia juga beberapa kali menganggukkan kepalanya pelan untuk menjawab permintaan para hantu yang ingin meminjam tubuhnya. 

Keesokan paginya..

Junmyeon meminta bantuan seorang pegawai hotel untuk membuka pintu kamarnya dengan master key. Tidak lupa dia mengucapkan terimakasih kepada pegawai itu sebelum masuk ke dalam. 

"Chagiya..... " Junmyeon melihat kondisi tempat tidurnya yang sudah rapih. Bahkan seisi ruangan tampak sepi, tidak ada suara apapun. 

Junmyeon beralih ke arah beranda yang terbuka lebar. Dia tidak menemukan keberadaan Chorong di sana dan di ruangan manapun. Pandangannya beralih ke arah pinggir pantai yang berada di bawah hotel itu. Dari kejauhan, dia bisa melihat seseorang dengan pakaian tidur yang dikenalnya sedang duduk menatapi ombak. 

Dengan masih mengenakan jas lengkapnya yang sudah berantakan, Junmyeon kembali keluar kamar untuk menghampiri Chorong. 


Saat tiba di pinggir pantai, Junmyeon berlari ke arah istrinya itu yang masih duduk terdiam. 

"Chagiya...." Ucap Junmyeon sambil mengatur nafasnya. 

Chorong hanya menoleh sebentar lalu memusatkan kembali perhatiannya ke arah ombak. 

"Bukankah Indah? Sudah lama sekali aku tidak menikmati pemandangan seperti ini"

Junmyeon melihat ke arah kaki Chorong yang tidak mengenakan alas apapun. Bahkan celana tidurnya terlihat basah sampai lututnya. 

"Kau berada di sini semalaman?"

"Eoh..... Aku hanya ingin merasakan hal-hal seperti ini sebelum pergi"

"Kau tidak merasakan dingin? Kulitmu sudah berubah sangat pucat" Junmyeon langsung melepaskan jasnya. 

Chorong tertawa tidak seperti biasanya. 

"Aku sudah 2 bulan berada di dalam tanah. Tubuhku sudah mati rasa dengan dinginnya malam setiap hari"

Junmyeon menempatkan dirinya duduk di sebelah Chorong. Sambil memakaikan jasnya, dia juga menyentuh kepala Chorong untuk bersandar ke arahnya. Dan Chorong langsung tidak sadarkan diri. 

"Apa yang terjadi padamu sampai bisa meminjamkan tubuhmu lagi kepada sesosok hantu?" Junmyeon langsung menggendong tubuh Chorong dan membawanya ke mobilnya yang terparkir di hotel. 

Satu jam kemudian, mereka berdua sudah berada di sebuah rumah sakit terdekat. Junmyeon berbicara di dalam ruangan dokter yang memeriksa keadaan Chorong. 

"Dia mengalami hipotermia karena semalaman berada di luar ruangan. Hal ini sangat membahayakan tubuhnya"

Junmyeon memijat pelan dahinya mendengar penjelasan dokter itu. 

"Kau harus bisa menjaga mereka berdua dengan baik. Terlebih lagi untuk Ibunya. Dia harus banyak memakan makanan bergizi dan kesehatannyalah yang sangat penting"

"Mereka berdua??" Junmyeon mengernyitkan dahinya. 

"Istrimu mengandung janin berusia 6 minggu. Kau tidak mengetahuinya?"

"N-nde? Mworago?? Dia hamil?!"

"Dua hari yang lalu, istrimu datang untuk memeriksakan keadaannya di rumah sakit ini juga" Dokter itu membaca catatan medis Chorong yang ada di atas mejanya.

"Nde??!" Junmyeon kembali terkejut.

"Mungkin kau harus lebih peka dengan perubahan pada istrimu sendiri"

Junmyeon menyandarkan duduknya dengan masih memijat pelan dahinya sendiri.

"Apa kenaikan emosinya bisa menjadi pertanda kehamilannya? Semalam, dia menjadi sangat emosional hanya karena sebuah kesalahpahaman. Aku tidak pernah melihatnya seperti itu sebelumnya"

"Perubahan mood memang berlaku di awal kehamilan. Dia bisa stress jika terlalu lama mempertahankan emosinya itu. Jagalah istrimu baik-baik dan jangan sampai membuat moodnya menjadi kacau. Hal itu akan berakibat kepada perkembangan janinnya"


Junmyeon menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Perasaannya saat itu tidak bisa ditebak. Rasa senang, sedih, khawatir, bersalah, dan takut, semua bercampur menjadi satu. Dia tidak mengetahui sama sekali perkembangan tubuh istrinya sampai dinyatakan sedang mengandung. Bahkan pertengkarannya semalam, bisa menjadi peristiwa yang akan menjadi pelajaran berharga bagi Junmyeon. Dia sudah membuat sikap Chorong sangat berubah padanya karena ketidaksengajaan yang di lakukannya sendiri. Dia mulai merasa menyesal karena sudah membiarkan Chorong memendam kemarahannya sendirian.


----------- TO BE CONTINUED ----------
















Continue Reading

You'll Also Like

415K 30.7K 40
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
92.1K 9.2K 37
FIKSI
301K 18.7K 48
Season 2 Sejauh apa pun kamu pergi dan selama apa pun kamu menghilang, sejatinya luka itu tak pernah selesai. Ia hanya pergi lebih jauh dalam hatimu...