Enemy But Friends

By dnar13

79.9K 3.7K 333

DIUSAHAKAN UPDATE SETIAP HARI. DISINI HARAM KEDATANGAN PLAGIATOR. [..SEMUA PART DIPRIVATE, HARAP FOLLOW DINDA... More

Perhatian
1 - Mimi Peri
2 - Panci Gosong?!
3 - Surprise
4 - Gak bokong!!
5 - Red Blood
6 - Generasi Micin
7 - Imut imut apa amit amit?!
8 - Kampretol Lejatos
HAPUS?
9 - Mimpi Buruk
10 - Si Lonte
11 - Sahabat
UU AA
12 - Jongos
13 - BESOK ALFIAN MATI!!
Cast
14 - Wanita Murahan
15 - Nitip Kondom
16 - Pacarnya Alfian
Pilih, please?
17 - Dikenyot-kenyot
18 - Yakin
19 - Pekerjaan Paling Mulia
20 - Karma Itu Nyata!
21 - Milik Gue!
22 - Hidup Mario Alfian!
23 - Hewan Buas?
24 - Manusia Berbulu Hijau
25 - Muka Pasaran
26 - Latihan ASIAN Games
27 - Tuan Rubah
28 - Calon Istri?
29 - Alergi Disakitin
30 - Awal Segalanya
31 - Sangat Membosankan
32 - Rafi Gila!
33 - Jenguk Caroline
34 - Danau Caro?
35 - Terungkap
36 - Buku Diary Roy
37 - Ingatan yang Buruk
38 - Taruhan
39 - Taruhan Akan Dimulai
40 - Menang atau Kalah?
41 - Berita Hot Pagi
42 - Dia kenapa?
43 - Mabok Tayo
44 - Acara Pertunangan(1)
45 - Acara Pertunangan(2)
46 - Penjelasan
47 - Pengakuan
48 - Diandra?
50 - Ajakan Shinta
51 - Complicated
52 - Sakit Hati
53 - Hari Pertama Ujian
54 - Tak Sengaja Bertemu
Casting tambahan
55 - Ketemu Lagi?!
56 - Mulainya Niat Awal
BACA
57 - Teror?
58 - Waktunya Berhenti
59 - A Hope
60 - Pengajian
61 - Classmeet
Penting

49 - Cemburu

681 47 4
By dnar13

Itu Diandra, kan? Dia mau masukkin dirinya sendiri ke dalam kandang singa betina? Great, batin Caroline menyeringai. Lagipula, mulai sekarang juga gadis itu akan menjadi dibawah kakinya sampai 2 minggu mendatang.

"Pagi-pagi mangsa udah ngedeket aja," gumam Caroline senang. Ia terkikik geli jika mengingat rencananya hari ini untuk mengerjai Diandra cs sebagai pembalasan atas kelakuan mereka yang sebelum-sebelumnya.

Diandra berhenti tepat didepan Caroline dengan memegang lututnya yang terasa kram, dan nafas yang terengah-engah.
"Gue..tadi..dapet..kabar," ujarnya disela nafasnya yang masih tak beraturan.

Caroline mendengus geli. "Nafas yang bener dulu, neng, baru ngomong. Gue gak mau jadi pelaku pembunuhan konyol disini."

Sekarang gantian Diandra yang mendengus sebal. Ia mencoba menormalkan nafasnya. Setelah beberapa menit, ia berujar, "Gue tadi dapet kabar dari siswa yang laen."

"Kabar apa?" tanya Caroline mengernyit.

"Kak Roy sakit, jadi hari ini dia gak ngajar. Hari ini kita pelajaran dia juga, kan?" tanya Diandra memastikan. Ia tak terlalu mengingat jadwal mata pelajarannya. Yang diingat hanyalah penampilan. Baginya penampilan adalah number 1. Dengan penampilan, semuanya akan berjalan mulus semulus kaki Agung Herculles.

Caroline terkejut. Dia sakit?
"Siapa yang ngomong dia sakit?"

"Lu gak tau? Bukannya dia pacar lu ya?" tanya Diandra heran.

Caroline menunduk dan menggeleng pelan. "Bukan, dia cuman temen masa kecil gue kok. Jadi, siapa yang ngomong? Dia yakin itu beneran?"

"Yang megang website berita-berita hot disekolah ini. Pasti terjamin benerlah, dia kan punya mata-mata buat ngawasin semua anak-anak dan guru-guru di sekolah ini," balas Diandra dengan memperhatikan kukunya yang diberi cat emas.

Caroline mengingat sesuatu. Jangan-jangan yang tau kalo sebelumnya gue tinggal dirumah Alfian adalah pemegang website itu juga? Jangan-jangan ditulis diwebsite itu?! Mampus!

"Oke deh, makasih infonya. Gue mau buru-buru ke kelas. Lu mau ikut? Tapi, lari ya, gue buru-buru banget soalnya," tawar Caroline pada Diandra.

Diandra terlihat berpikir sebentar. "Boleh deh, sekalian olahraga pagi."

Mendengar itu, Caroline memutar bola matanya malas. Lalu, segera berlari ke kelasnya. Doakan ia untuk tetap hidup, karena jarak kelasnya itu memang sedikit jauh dari gerbang sekolah. Bahkan sangat jauh. Sekolah ini sangat besar. Halamannya saja bisa muat banyak mobil, bus dan truk.

Diandra menyusul Caroline dengan berlari.

Siswa yang mereka lewati hanya menatap mereka bingung. Tumben 2 siswi yang terkenal rival itu ke kelas bersama dengan berlari.

Caroline hendak masuk kedalam kelasnya, namun terhenti oleh suara Diandra.
"Gue masuk ya, kelas gue kan disini," ujar Diandra dengan menunjuk pintu kelasnya yang tertera 'XI MIPA 7'.

Caroline mengangguk, dan melambaikan tangan yang dibalas Diandra. Lalu, masuk kedalam kelas masing-masing.
Caroline sedikit membanting tasnya diatas mejanya dan menduduki kursinya.

"Nape lu? Kayaknya buru-buru banget," tanya Dora bingung melihat tingkah sahabatnya yang buru-buru mengambil ponsel didalam tasnya.

"Gue mau liat something," balas Caroline singkat. Setelah mendapat ponselnya, ia membuka kuncinya dan hendak membuka google, namun terhenti ketika mendapat sebuah pesan di notifikasi.

Ia membukanya dan membacanya dalam hati,
"Kuota internet reguler kamu sudah habis. Beli paket tambahan di *123# atau temukan beragam paket menarik #BayarPakaiPulsaTri di bima+, download di https://goo.gl/IIJMS2."

Matanya terasa perih dan hatinya sesak. Apakah ini yang dinamakan patah hati?

"Dora!" panggil Caroline tiba-tiba.

Dora tersentak dan hampir saja menjatuhkan ponselnya jika Mackie yang baru datang tidak refleks meraih ponsel itu yang sudah detik-detik tak berdaya.

"Nih. Hati-hati, mamen," ujar Mackie mengingatkan sambil memberikan ponsel yang dibelakangnya bergambar apel yang sudah setengah dimakan. "Iphone itu. Banting sedikit, ganti pake motor."

"Lebay bin Mail lu, Mack! Ini hp udah sering gue banting kok, tetep aja gak rusak," ujar Dora santai.

"Lu banting dimana?" tanya Caroline melirik Dora.

"Dikasur...," balas Dora polos.

Seketika wajah Caroline dan Mackie mendatar seperti triplek.

"Sama di...," sambung Dora menggantung, karena sedang berpikir.

"Di...?" Caroline dan Mackie berharap Dora akan memberi jawaban yang normal.

"Sofa," balas Dora polos(lagi).

"Otw mati ketabrak babi ngepet lu, Dor," sinis Mackie kesal.

"Mati ketabrak lu dong?" tanya Dora (berpura-pura) polos.

Caroline dan Dora tertawa ngakak ketika mendengar Mackie menggerutu.

"Oh iya, Dor!" Caroline kembali mengingat sesuatu, dan Dora menoleh. "Pinjem hp lu dong!"

Mendengar itu, sontak Dora menjauhkan ponselnya, takut Caroline akan membuka semua chatting-nya. "Aih, buat apa? Mau meriksain chattan gue? Ogah!"

"Enggak, elah! Gue mau searching doang," balas Caroline mengelak. Inilah susahnya jadi orang jujur ketika sudah kebiasaan berbohong. Pasti orang gak akan percaya. Mangkanya, kalo mau berbohong sekali atau dua kali aja ya(ajaran sesat jangan diikuti._.).

"Bener?" Dora menyipitkan matanya curiga pada Caroline yang mulai kesal.

"Bener! Sini!" Caroline langsung merampas ponsel itu dari tangan Dora dan kembali duduk dikursinya.

Untuk memastikan apa ucapan Caroline benar atau tidaknya, Dora mendekat, dan memperhatikan tangan Caroline pada ponselnya.

Membuka google➡menulis 'www.beritahotSMABinus.com'➡klik pencarian➡membuka website-nya➡meneliti satu persatu berita dari atas hingga bawah➡keluar dari google➡menghapus semua riwayat aplikasi.

Apa?! Menghapus semua riwayat aplikasi?! Acfagshsjsd, batin Dora panik. Ia segera merampas balik ponselnya dan mengecek riwayat aplikasi-nya.

"Your recent screens appear here"

Pernah sakit, tapi tak pernah sesakit ini
Karena pernah cinta, tapi tak pernah sedalam ini
Aku ingin..Caroline mati
Memang ku tak rela, jika Caroline masih bernafas...

"Caroline! Kenapa lu hapus semua riwayat aplikasinya?! Gue lagi hapusin gambar-gambar, karena memori gue penuh, dan lu seenak udel ngapusin? Mau nangis rasanya." Dora seperti menghapus air mata dari kedua matanya dengan mendramatis.

"Emangnya kenapa sih?" tanya Caroline heran.

"Emangnya kenapa sih?" Dora mengulang pertanyaan Caroline dengan tak percaya. "Gue ulang semuanya dari awal lah, pinter! Pake nanya! Itu tuh panjang banget! Gambar yang udah gue pilih tadi udah 4000an lebih!" Dora menelungkupkan wajahnya disela-sela tangannya yang ia tumpukan pada mejanya dengan murung.

"Lah? Gitu dong dahal," gumam Caroline masih bingung dengan Dora.

"Gitu doang, gitu doang! Tangan guenya capek!" ujar Dora kesal, lalu kembali menelungkupkan wajahnya.

"Yaudah, hapus aja semua poto lu. Gitu doang ribet," ujar Mackie santai.

"Setuju!" Caroline dan Mackie ber-tos ria.

"Kalian berdua sama aja! Gak pernah ngertiin gue kayak doi!" Dora semakin murung.

Caroline dan Mackie menatap satu sama lain.
"Lah ya kok malah baper?" tanya mereka dengan bersamaan heran.

***

15.30,
Bell pulang berbunyi membuat semua siswa sudah siap merapikan tas. Kemudian, berdoa dengan kepercayaan masing-masing.

"Selesai!" ujar Dimas memberi aba-aba pada semuanya. "Beri uang! Eh, maksudnya beri salam!"

Semuanya ngakak, termasuk Mam Indah, guru bahasa Inggris yang sedang duduk dimeja khusus guru.

"Kamu lagi ngayal uang apa gimana ya, Dim?" tanya Mam Indah tertawa kecil.

"Maaf, Mam, namanya juga otak lagi gak sinkron. Aslinya pengen ngomong salam, tapi otak pengennya ngomong uang. Ya, siapa tau ada hujan uang beneran gitu, kan," balas Dimas cengengesan.

"Alasan kamu ada-ada aja." Mam Indah menggeleng-gelengkan kepalanya. "Sudah-sudah, ayo ulang beri salamnya."

"Siap! Beri salam!" Dimas kembali memberi aba-aba.

"Assalamualaikum. Wr. Wb!" Semuanya menjawab serempak, kecuali non-muslim. Dikelas ini memang ada beberapa yang non-muslim. Contohnya Made Subagie, dia orang bali dan beragama Hindu. Contohnya lagi Patricia Alice, dia orang kristen. Dan, masih banyak lagi.

Mam Indah membalasnya karena beragama islam, lalu berlalu pergi dengan menenteng buku nilai semua kelas.

"Yey, pulang!" Dimas bersorak senang.

"Woy, pulang dari ujian akhir mau pada main gak?!" tanya Rudi, salah satu murid yang luamayan pinter, namun juga lumayan bandel di kelas ini.

"Mau-mau!"

"Gue ngikut aja!"

"Yoa!"
Seketika semuanya seperti di pasar yang sedang tawar menawar ikan. Super berisik.

"Car! Lu ikut gak?" tanya Dora.

Caroline terlihat berpikir sebentar. "Mau kemana dulu?"

"Mau kemana, woy?!" teriak Dora menanyakan pada semuanya.

"Pantai aja!"

"Makan-makan aja!"

"Jalan-jalan ke mall kek!"

"Ke rumah Mia Khalifa!"

Krik krik...
Tiba-tiba semuanya menjadi diam ketika mendengar saran dari...Pak Reni?!

"Kalian ini! Ujian belum, udah mikirin jalan! Belajar dulu yang benar, kalo nilai bagus kan, kalian juga enak jalan-jalannya! Pulang sana! Belajar!" Pak Reni sudah mengeluarkan tanduk pelanginya.

1...
2...
3...

"Lari, woy! Singa dateng!"

"Maen dulu yok!"

"Yok!"

"Yoa!"

"Asiap!"

Semuanya lari kalang kabut keluar kelas dan menerjang Pak Reni yang berada ditengah-tengah ambang pintu. Untung saja dia tak jatuh, hanya tersenggol-senggol oleh tas mereka saja.

"HEH, KALIAN! SAYA BILANG PULANG DAN BELAJAR! BUKANNYA MAIN!!"

"DADAH PAK RENI! SELAMAT BERSENANG-SENANG JADI PENGAWAS UJIAN!!" Dimas menjawabnya dengan masih berlari kelantai bawah dengan diikuti yang lainnya, termasuk Caroline cs.

"Eh, kok gue gak liat Alfian daritadi ya?" gumam Caroline bertanya-tanya.

"Kenapa? Nyariin gue ya? Ciee kangen." Tiba-tiba Alfian muncul disampingnya.

Caroline terkejut bukan main. "Ngagetin! Idih, siapa juga yang kangen sama orang yang kulitnya belang kayak zebra!" Caroline menjulurkan lidahnya mengejek Alfian.

Alfian gemas melihatnya, dan mengacak-acak rambut Caroline.

Caroline menggeram tak suka. "Panci!"

Alfian terkikik geli.

"HEI, KALIAN! BELAJAR! JANGAN MAIN!! KALIAN DENGER SAYA GAK SIH?!"

Pak Reni masih mengeluarkan pidatonya ternyata.

"GAK DENGER, PAK! PAKE MAKSER!!" Semuanya menjawab dengan serempak. Lalu, berhamburan keluar dari tangga dan berlarian di koridor.

"HEI, KALIAN! BANDEL SEMUA YA ANAK KELAS 11 MIPA 6! AWAS KALIAN!!" Pak Reni nafasnya terengah-engah, karena sangking mengeluarkan suaranya terlalu keras.

"Awas saja saat ujian berlangsung ya," gumam Pak Reni menyeringai menatap semua anak kelas 11 Mipa 6 sudah berhamburan digerbang sekolah, dan siap untuk pergi.

"Kalian mau kemana?" tanya Caroline santai. Ia lah yang paling santai, karena sedari tadi ia tidak ikut berlari, hanya berjalan dan beradu mulut dengan pria gosong disampingnya.

"Pada mau ke timezone. Kalian yang cewek-cewek mau ikut gak?" tawar Dimas pada berjenis kelamin perempuan.

Semua siswa perempuan berbinar-binar, namun...
"Enggak!" Semua menjawabnya dengan serempak termasuk Caroline cs.

"Belajar, biar makin smart," ujar Dora dengan mengibaskan rambut kecoklatannya yang dari lahir. Ia kan orang luar negri.

"Sok belajar juga, ujung-ujungnya pas ujian, noleh kanan-kiri-atas-bawah," sambung Dave mengejek sembari menoleh kanan, kiri, atas dan bawah saat kata itu dikuarkan oleh mulutnya.

Semuanya ngakak.

"Kayak lu enggak," ujar Dora balas mengejek dengan mengikuti gerakan Dave kanan, kiri, atas dan bawah dengan pelafalan yang mengejek.

Semuanya semakin ngakak.

"Belagak lu, bro!" Alfian menepuk pundak Dave dengan keras sambil ngakak.

Dave menyingkirkan tangan Alfian dari pundaknya. "Iri aja lu pada."

"Diem, lu bau kemenyan," ujar Rakha sembari menutup mulut Dave dengan tangan kanannya dan tertawa ngakak.

Dave berusaha melepaskan tangan Rakha dari mulutnya dengan mengoceh-oceh tak jelas.

"Oh ya, Car," panggil Dora ketika mengingat sesuatu membuat sang empu menoleh. "Lu jadi ngejenguk Kak Roy?"

Pertanyaan dari Dora membuat suasana menjadi hening terutama Alfian yang tiba-tiba menunduk.

"Oh iya, katanya kak Roy sakit ya?"

"Mau ngejenguk gak nih?"

"Tapi kan, kita harus belajar. Ujian hari senin depan loh, jadwal pertama biologi lagi."

"Anjir, serius?"

Suasana kembali ramai membicarakan jadwal pertama ujian nanti.

"Lu ngejenguk, Car?" tanya Dimas menoleh menuju Caroline.

Caroline menoleh dan mengangguk. "Iya, gue mau ngejenguk. Lu pada mau ikut?"

Rombongan siswa lelaki menggeleng.

"Gue sama cowok lainnya tetep mau ke timezone. Maaf ya, gak bisa ikut. Tapi gue sumbangan duit aja deh buat beliin dia buah. Nih, beliin buah buat kak Roy ya, car," ujar Dimas dengan memberikan uang selembaran berwarna biru.

"Gue juga deh. Nih, Car." Dave ikut memberikan uang...receh?!

Caroline mengangkat uang receh itu dan melongo. "500 perak? Seriously?"

Semuanya memukul Dave dengan kesal, namun tertawa geli juga.

"Gak, gak, canda. Nih." Dave memberikan uang selembaran berwarna biru juga dari dalam dompetnya. "Tuh, warna biru lagi. 50 ribu tuh."

"Anak bayi yang mata duitan juga tau kalo itu warna biru dan berapa nominalnya!" Alfian menepuk pundak Dave lagi dengan keras, karena kesal.

Semuanya menyoraki Dave, lalu tertawa ngakak.

"Udah, udah, yang mau sokongan siapa lagi? Gue buka kotak amal atas berduka citanya Alfian Almer Grey--"

"Heh! Gue masih hidup!" Alfian memotong ucapan Caroline dengan kesal.

Caroline menahan tawa, sedangkan yang lain sudah menertawakan Alfian. Itu membuat Alfian semakin kesal.

"Siapa lagi nih?" tanya Caroline pada semuanya.

Rata-rata semuanya menyumbang, kecuali yang duitnya benar-benar habis.

"Yaudah, terima kasih atas infaknya, semoga ananda Alfian Almer Greyson tenang disisi tuh--"

"Gue masih hidup, bisul!" potong Alfian lagi dengan kesal.

"-han, dan keluarga yang ditinggalkan bisa berlapang dada. AAMIINN!" sambung Caroline lagi dengan sarat yang menunjukkan kesedihan.

"AAMIINN!"

"Baca Al-fathihah dimulai!" Dimas memberi aba-aba sambil menundukkan kepala dan tangan yang seperti berdoa.

Semua mengikuti dramanya dan berdoa dengan khusyu'.

Alfian menatap mereka semua dengan bingung bercampur kesal setengah hidup.

"GUE MASIH HIDUP, WOY!!"

"HEI! PELANKAN SUARAMU! SAYA JUGA TAU KALO KAMU MASIH HIDUP!!" Tiba-tiba Pak Budi, satpam sekolah yang terkenal akan kegalakkannya, menyahut dari dekat sisi gerbang.

Mereka semua yang sedang didepan gerbang pun menoleh dan tepat melihat wajah galak Pak Budi dari dekat menjadi merinding.

"Hai, Pak Budi," sapa Dimas takut-takut, namun dengan cengirannya yang khas.

"Apa?!" tanya Pak Budi dengan melotot.

Dimas semakin bergidik ngeri. Semuanya juga.

Tiba-tiba...

'Wushh
Angin bertiup kencang, dan hujan dengan derasnya menimpa mereka semua. Mereka kalang kabut berlarian mencari tempat teduh.

"Buset! Tiba-tiba hujan aja dah. Perasaan, tadi masih terik-teriknya," gumam Rakha dengan memeluk tubuhnya sendiri dengan menggigil. Bajunya sudah sedikit basah, itu membuatnya menjadi menggigil. Belum lagi ia lupa membawa jaket dari rumah. Dan, berakhirlah dengan seragam sekolahnya yang baju khusus siswa lelaki bertangan pendek. Sangat dingin.

"Aduh, kalo nunggu hujan berhenti, bisa-bisa gue pulang malem. Nyesel juga gue gak bawa mobil atau motor," gumam Caroline menatap hujan yang semakin deras. Ia memasukkan uang dari semua temannya kedalam tasnya.

"Lu naik taksi aja, Car," ujar Dora memberi saran.

Caroline terlihat berpikir sebentar, lalu mengangguk. "Boleh deh."

"Gue balik duluan ya!" ujar Dora dan Mackie, lalu berlalu pergi ke tempat parkiran khusus siswa dengan melambai-lambaikan tangan pada Caroline.

Caroline balas melambai, lalu menatap semua teman-temannya yang masih disana. "Kalian gak pulang? Kayaknya bakal deres deh, mendingan pulang," ujarnya seraya menatap hujan.

Mereka semua ikut menatap hujan.
"Iya deh, kayaknya bakal deres. Gue balik aja deh, lain kali aja kita main ke timezone. Duluan ya semua!" pamit Dimas sembari menresletingkan jaketnya hingga sebatas leher, lalu berlari menerobos hujan.

"Hati-hati, dim!"

"Ah, gue juga pulang deh."

"Yaudah deh, gue juga."

"Yok, pulang, woy!"
Semua membubarkan diri, tinggal Caroline, Alfian, Dave dan Rakha.

"Lu jadi mau jenguk Kak Roy, Car?" tanya Dave memastikan.

Caroline menoleh dan mengangguk. "Jadilah, daripada besok pagi gue sibuk sendiri balikin duit kalian, kan?"

"Iya sih, yaudahlah. Hati-hati, Car. Gue balik duluan ya," pamit Dave.

"Gue ikut, Dave! Balik duluan ya!" Rakha ikut pamit, dan berlari menerobos hujan dengan Dave ke tempat parkiran khusus siswa.

Caroline melirik Alfian yang tak bergerak. Tetap diam dan menunduk. "Lu gak pulang, pan?"

Alfian mendongak menatap Caroline. "Lu masih mau jenguk Kak Roy walaupun hujan-hujan begini?"

Caroline melirik hujan, lalu mengangguk pelan. "Yah, mau gimana lagi?" Caroline mengedikkan bahunya acuh.

"Gue juga sakit, Car. Ikut gue ke rumah, yok," ajak Alfian sembari hendak menarik lengan Caroline. Namun, Caroline menghindar.

"Gue mau ngejenguk Kak Roy dulu, Al," elak Caroline.

"Tapi, gue juga sakit, Car," ujar Alfian dengan tatapan tak percaya melihat Caroline lebih memilih menjenguk kepar*t itu dibanding dirinya. Padahal ia sudah menceritakan semuanya, tapi tetap saja Caroline tidak terpengaruhi.

"Dia guru kita, Al! Sudah sepantasnya kita jenguk dia!" Caroline menaikkan suaranya 1 oktaf, karena merasa kesal.

"Tapi, disini juga gue sebagai teman lu, Car!"

Alfian dan Caroline saling menatap satu sama lain dengan tajam.

Caroline mengabaikannya dan memilih berlari menerobos hujan hingga sampai dipinggir jalan.

Alfian menarik lengan Caroline hingga menoleh kebelakang. "Gue ini temen lu, Car! Lu lebih milih ngejenguk kepar*t itu dibanding gue?!"

"Jaga omongan lu! Dia guru kita! Dia juga temen kecil gue!"

Seakan-akan tak merasakan dinginnya air dan udara yang menusuk kulit mereka, mereka tetap menatap satu sama lain dengan tajam.

"Inget, Al! Dia guru kita!" ujar Caroline mengingatkan dengan kalimat akhir yang ditekankan. Matanya menatap tak suka pada Alfian yang berucap tak sopan seperti itu pada guru. Senalam, ia memang membiarkan Alfian mengatakan itu kata-kata tak sopan, karena ia mengerti perasaan Alfian yang sedang sangat sedih. Tapi, ini...?

Caroline menghentikan taksi yang melintas didepannya, dan segera masuk kedalam tanpa mengindahkan Alfian yang ingin menariknya lagi untuk keluar.

"Car-car! Caroline!" Alfian mencoba menahan pintu taksi yang ingin ditutup Caroline, namun dengan segera Caroline tutup. "Gue ini temen lu, Car! Gue juga suka sama lu! Dan, lu lebih milih dia?! Car-car, please!" Alfian menatap tak percaya pada Caroline.

Mendengar itu, Caroline terdiam tak bisa mengatakan sepatah katapun.

"Al, udahlah. Kalo dia lebih milih Kak Roy, yaudah, biarin aja. Jangan cemburu sama cewek yang gak peduli, itu percuma. Apalagi kalo dia udah milih yang lain. Tenang, Al, cewek di dunia ini masih banyak," ujar seseorang dibelakang Alfian. Shinta.

Kenapa masih ada dia?
Alfian cemburu?

Alfian menoleh melihat Shinta yang seragamnya basah kuyup, dan mengulas senyum. Ia kembali menatap Caroline dengan tatapan yang sulit diartikan.

Shinta menarik Alfian untuk pergi menjauh dan Alfian hanya diam saja. Sedangkan, taksi yang ditumpangi Caroline perlahan bergerak dan meninggalkan sekolah.

Caroline menatap mereka dalam diam. Perasaannya berkecamuk. Ia tak mengerti atas perasaannya sendiri. Ada yang bisa menjelaskan kenapa dadanya sesak?

Tbc
Dengan menahan kesal, gue up. Masih kesal dengan kalian semua.

Gue gak mau ngingetin kalian lagi deh, terserah kalian aja. Gue udah no comment ae.
Ada yang bilang gue lebay? Sorry, ini gak lebay. Lu bakal ngerasain kecewanya kalau lu buat cerita sendiri dan buat cerita itu dengan jerih payah lu sendiri, man. Apalagi kalo gak dihargain, haha.
See you.

Regards,
Dinda.

Continue Reading

You'll Also Like

333K 26.4K 21
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
3.9M 232K 59
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
515K 25.5K 36
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
453K 51.7K 34
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...