Enemy But Friends

By dnar13

79.9K 3.7K 333

DIUSAHAKAN UPDATE SETIAP HARI. DISINI HARAM KEDATANGAN PLAGIATOR. [..SEMUA PART DIPRIVATE, HARAP FOLLOW DINDA... More

Perhatian
1 - Mimi Peri
2 - Panci Gosong?!
3 - Surprise
4 - Gak bokong!!
5 - Red Blood
6 - Generasi Micin
7 - Imut imut apa amit amit?!
8 - Kampretol Lejatos
HAPUS?
9 - Mimpi Buruk
10 - Si Lonte
11 - Sahabat
UU AA
12 - Jongos
13 - BESOK ALFIAN MATI!!
Cast
14 - Wanita Murahan
15 - Nitip Kondom
16 - Pacarnya Alfian
Pilih, please?
17 - Dikenyot-kenyot
18 - Yakin
19 - Pekerjaan Paling Mulia
20 - Karma Itu Nyata!
21 - Milik Gue!
22 - Hidup Mario Alfian!
23 - Hewan Buas?
24 - Manusia Berbulu Hijau
25 - Muka Pasaran
26 - Latihan ASIAN Games
27 - Tuan Rubah
28 - Calon Istri?
29 - Alergi Disakitin
30 - Awal Segalanya
31 - Sangat Membosankan
32 - Rafi Gila!
33 - Jenguk Caroline
34 - Danau Caro?
35 - Terungkap
36 - Buku Diary Roy
37 - Ingatan yang Buruk
38 - Taruhan
39 - Taruhan Akan Dimulai
40 - Menang atau Kalah?
41 - Berita Hot Pagi
42 - Dia kenapa?
43 - Mabok Tayo
44 - Acara Pertunangan(1)
45 - Acara Pertunangan(2)
46 - Penjelasan
48 - Diandra?
49 - Cemburu
50 - Ajakan Shinta
51 - Complicated
52 - Sakit Hati
53 - Hari Pertama Ujian
54 - Tak Sengaja Bertemu
Casting tambahan
55 - Ketemu Lagi?!
56 - Mulainya Niat Awal
BACA
57 - Teror?
58 - Waktunya Berhenti
59 - A Hope
60 - Pengajian
61 - Classmeet
Penting

47 - Pengakuan

594 39 0
By dnar13

"Gue suka sama lu, bisul badak. Gue cinta sama lu," ujar Alfian menatap intens mata Caroline.

Jdeerrr

Tiba-tiba Caroline memeluk tubuh Alfian dengan sangat erat.

Alfian terkejut. "Lu..terima gue?"

Dalam pelukan Alfian, Caroline mengernyit bingung.
"Terima apaan? Itu petirnya gede banget! Jantungan gue," ujar Caroline sambil mengelus dadanya yang masih berdetak kencang, karena suara petir tadi.

Mendengar itu Alfian menjadi lemas.

Caroline yang sadar akan posisinya saat ini sontak menjauh. "Ma-maaf, gak sengaja, sumpah!"

Alfian hanya mengangguk lemas. "Jadi, gimana? Lu..cinta gue juga?" tanyanya hati-hati dengan hatinya yang sangat berharap gadis yang sebentar lagi akan 17 tahun itu memiliki perasaan yang sama dengannya.

Caroline menunduk dan menghela nafas. "Gue gak tau, pan. Gue gak tau apa perasaan gue yang sebenernya. Liburan akhir semester ini gue bakal pergi untuk beberapa hari dulu atau seminggu buat mikirin semuanya. Gue butuh waktu sendiri dulu."

Alfian ikut menghela nafas mendengar ucapannya. "Yaudah, kalo itu mau lu. Gue berharap lu punya perasaan yang sama buat gue, karena gue orang yang gak mudah mencintai. Boleh gue nyanyi satu lagu sebelum pulang?"

Caroline berpikir sebentar, lalu mengangguk. "Gak papa deh, sesekali denger pengamen nyanyi hadap-hadapan gini," ujarnya, lalu tertawa ngakak.

Bukannya sakit hati karena diejek, Alfian malah tersenyum karena hatinya menghangat melihat Caroline yang tertawa dan mendengar tawa Caroline yang mampu menggetarkan hatinya.

"Kenapa lu senyum-senyum gitu? Katanya mau nyanyi?" tanya Caroline heran.

"Oh iya!" Alfian menatap joke belakang dan mengambil gitar kesayangannya yang selalu ia bawa-bawa didalam mobil.

Alfian membuka kain yang membungkus gitarnya, dan menaruh kainnya disaku belakang joke depan bagian kiri. Ia mulai memetik gitarnya perlahan.

Ia mulai bernyanyi dengan matanya yang tertuju tepat pada manik mata Caroline.

Kau, diam-diam aku jatuh cinta
Kepadamu
Ku bosan sudah ku menyimpan rasa
Kepadamu
Tapi tak mampu
Ku berkata didepanmu

Aku tak mudah mencintai
Tak mudah bilang cinta
Tapi mengapa kini denganmu
Aku jatuh cinta

Tuhan tolong dengarkanku
Beri aku dia
Tapi jika belum jodoh
Aku bisa apa

Ku bosan sudah ku menyimpan rasa
Kepadamu
Tapi tak mampu
Ku berkata didepanmu

Aku tak mudah mencintai
Tak mudah bilang cinta
Tapi mengapa kini denganmu
Aku jatuh cinta

Tuhan tolong dengarkanku
Beri aku dia
Tapi jika belum jodoh
Aku bisa apa

Tak bisa ku paksakan dirimu
Tuk jadi kekasihku
Bila tak jodoh ku

Aku tak mudah
Mencintai
Tapi mengapa denganmu
Aku jatuh cinta

Aku tak mudah mencintai
Tak mudah bilang cinta
Tapi mengapa kini denganmu
Aku jatuh cinta

Tuhan tolong dengarkanku
Beri aku dia
Tapi jika belum jodoh
Aku bisa apa
Tapi jika belum jodoh
Aku bisa apa

(Menyimpan rasa-Devano Danendra)

Hingga petikan terakhir mata Alfian masih tertuju pada manik mata Caroline membuat sang empunya sedikit salah tingkah. Bukan sedikit lagi sih. Tapi, sangat.

Deg

Deg

Kenapa gue deg-degan gini sih?, batin Caroline tak nyaman. Tuh mata juga ngeliat mata gue, gak salah dong kalo gue deg-degan? Aelah!, sambungnya menggerutu.

Lagi dan lagi Alfian menggenggam kedua tangan Caroline lembut. "Itu lagu buat lu. Lu ngerti maksud gue, kan?"

Caroline mengangguk kaku. "Gue paham kok. Terus?"

"Kok malah terus? Lu gak pernah ditembak orang ya sampe malah nanya kayak gitu?" tanya Alfian sembari sedikit mengejek. Ia tertawa ngakak.

Caroline mengerucutkan bibirnya sebal. "Mereka tuh pada takut ditolak, mangkanya pada gak mau nembak! Padahal mah aslinya banyak yang suka." Caroline mengibaskan rambutnya dengan percaya diri.

"Bukan karena takut ditolak, karena memang lu nya gak laku kali!" Alfian semakin ngakak. "Lagian, muka lu tuh serem kayak om-om preman, mangkanya pada gak mau nembak lu!" tambah Alfian disela-sela tawanya.

Wajah Caroline semakin masam.
"Gak usah ketawa, mulut lu bau dosa!" tanya Caroline dengan meremehkan.

"Apa hubungannya?" tanya Alfian dengan wajah yang meremehkan gadis didepannya itu.

"LDR! Udah ah, anter gue pulang!" pinta Caroline dengan wajah masamnya bercampur asin.

"Bayar ya, neng," ujar Alfian sembari kembali membungkus gitarnya dengan kainnya dan menaruhnya di joke paling belakang.

"Pake apa?" tanya Caroline bingung.

"Cium dipipi aja kok, gak lebih," balas Alfian dengan menatap Caroline menggoda.

Caroline memukul lengan Alfian dengan kesal dan salah tingkah. "Apa sih! Udah lah, cepet! Gue mau cepet-cepet pulang, bang Rapi pasti udah nungguin gue!" Ia merogoh slingbag-nya ingin mengambil ponselnya, namun tidak ketemu.

Ia panik, dan menarik slingbag-nya hingga tepat didepan matanya. Tangannya mengecek tasnya itu lagi dengan panik.
"Mana hp gue?!"

Alfian yang mendengar itu mengernyit. "Mungkin ketinggalan di cafe, bis."

Caroline menepuk dahinya keras-keras. "Oh iya! Masih diatas meja! Bentar ya, pan!" Dengan terburu-buru ia membuka pintu mobil dan menutupnya.

Belum dua detik Caroline keluar, pintu mobil kembali terbuka membuat Alfian refleks menoleh.
"Jangan ninggalin gue! Awas ya lu!" Setelah mengatakan itu, Caroline kembali menutup pintu dengan membanting keras karena panik ketika mengingat ponselnya masih didalam cafe. Ia takut ponsel itu sudah ludes diambil wewe gombel! Eh maksudnya diambil pelanggan atau pelayan!

Alfian melihat pintunya yang dibanting keras menjadi sedih, ia memeluk pintu itu dan mengelus-elusnya. "Yang sabar ya, pintu."

Caroline dengan tergesa-gesa membuka pintu cafe hingga lupa jika pintu itu cara membukanya dengan didorong kedepan, bukan digeser. Hingga pelanggan yang keluar dari cafe yang melewati pintu disebelahnya dengan mendorong kedepan pun melihat Caroline dengan heran, namun tak sedikit juga yang tertawa. Bahkan pelanggan yang didalam cafe yang melihatnya pun terheran-heran dan menertawakan dirinya.

Caroline yang melihat itu menjadi terperangah, lalu dengan cepat mendorong pintunya dan masuk kedalam. Ia sedikit menutup wajahnya karena malu, dan berjalan pelan ke meja yang tadi ia tempati dengan Alfian.

Untunglah ponselnya masih berada ditempat, namun dua lembaran berwarna merah yang tadi ia taruh disana sudah tidak ada. Mungkin sudah diambil salah satu pelayan.
Ia segera mengambilnya dan berjalan cepat untuk keluar.

'Brukk
Karena, tak terlalu memperhatikan jalan, ia menabrak dada seseorang dengan sangat keras. Ia seperti menabrak batu bata!

"Aduh!" Caroline terjatuh dan bokongnya berhasil mendarat sempurna diatas tanah yang dibilang tak empuk seperti ranjangnya dikamar.

"Maaf ya--" ucapan Caroline terhenti karena melihat siapa yang menjadi pelaku atau korban insiden tabrakan ini.

Kok bisa ketemu dia lagi sih?!, gerutu Caroline dalam hati.

"Kamu gak papa, say-Car?" tanya Roy tak enak hati, dan mengulurkan tangan ingin membantu Caroline berdiri.

Namun, Caroline menolak dengan lembut sedikit menjauhkan tangan Roy darinya dan bangkit berdiri sendiri.
"Gak papa kok."

"Maaf ya, Car, tadi aku sibuk perhatiin ponsel daripada jalan," ujar Roy meminta maaf.

Caroline menggeleng. "Yang salah gue kok, gue gak merhatiin jalan sambil lari. Permisi ya."

Setelah mengatakan itu, ia segera berjalan cepat menuju mobil Alfian. Ia masuk kedalam mobil Alfian dan menutup pintunya dengan keras(lagi).

Alfian meringis mendengarnya, dan rasanya ingin memeluk dan mengelus-elus pintu itu lagi.

"Astaga, malu banget! Aduh, gue goblok banget sih!" gerutu Caroline menutup wajahnya dengan kedua tangannya kesal. Mau ditaruh dimana wajahnya ini? Suara tawaan semua orang tadi masih terngiang dikepalanya! Mudah-mudahan ia tak jadi trending topic dibulan ujian akhir semester 1 deh. Memalukan.

"Belum lagi ketemu dia!" Rasanya Caroline ingin menjerit sekuat-kuatnya diatas jurang. Jangan didalam jurangnya, nanti ia tak bisa keluar.

"Lu kenapa sih? Malu kenapa? Ketemu siapa?" tanya Alfian heran.

Caroline menggeleng cepat tak ingin mengingatnya. "Gak papa, udah ayo pulang."

Ia membuka ponselnya dan benar saja, abangnya itu sudah menelponnya selama 3 kali. "Cepet, pan, abang gue udah nelponin mulu nih."

"Abang lu udah pulang?" tanya Alfian sembari merogoh saku celana jeansnya untuk mengambil kunci mobil.

"Daritadi gue ngomongin abang gue, lu baru sadar sekarang?" tanya Caroline melirik Alfian malas, lalu menggeser log nomor abangnya kekiri untuk menelpon balik.

Alfian mengangguk dan menyengir. "Baru sadar." Tangannya memasukkan kunci mobil, dan menghidupkan mobil. Dengan perlahan ia mulai memundurkan mobilnya untuk keluar dari parkiran dan berjalan keluar dari cafe. "Untung aja di cafe ini gak ada tukang parkir ya, jadi duit gue selamet," ujar Alfian menghela nafas lega.

Padang dan Cinanya keluar. Pelitnya umat.

"Dasar pelit. Jadi orang tuh jangan pelit-pelit, pan, biar orang tuh gak pelit sama kita juga. Jadi saling menguntungkan, namanya simbiosis mutualisme," ujar Caroline mengeluarkan jurus ceramah bercampur ilmu biologinya.

Alfian hanya cengengesan.

"Eh, pan!" Caroline baru mengingat sesuatu dengan terperangah.

"Apa?" tanya Alfian mengernyit.

"Tadikan gue bawa mobil! Kok ini malah...." Caroline menatap Alfian dengan sarat tak percaya.

"MUTER BALIK!!"

Kenapa bisa gue suka sama cewek yang pikunan dan guoblok umat kayak gini?," tanya Alfian dalam hati dengan menghela nafas malas.

***

Caroline membuka pintu rumahnya dan masuk kedalam dengan memutar-mutarkan kunci mobil milik koleksian daddy-nya.

"Lu udah balik dek?" Muncul Rafi dari dapur dengam hodie yang menutupi kepalanya dan jus mangga ditangannya.

Karena terkejut mendengar suara yang tiba-tiba, tak sengaja jari-jari Caroline terpleset yang menyebabkan kunci mobil itu terlempar dan mendarat sempurna di dahi abang tercinta.

"Ups!" Caroline menutup mulutnya dengan meringis.

Rafi meringis kesakitan. "Lu pikir ini gantungan kunci mobil seenak udelnya lempar kesini?!" tanya Rafi kesal sembari menunjuk dahinya yang sedikit memerah dengan ditengahnya kunci mobil masih menempel.

"Yee, bukannya itu landasan pesawat ya, bang?" tanya Caroline dengan berpura-pura berpikir, lalu melihat abangnya dengan mengejek.

Mata Rafi membulat. Ingin rasanya ia menumpahkan jus yang dipegangnya ke atas rambut adik laknatnya itu.
Ia mengambil kunci mobil itu dan memberikannya pada Caroline dengan wajah sengot.
"Lain kali, kalo mau ngelempar, sekalian aja ke adek gue biar masa depan gue hancur!" ujar Rafi sinis.

Caroline terlihat berpikir sebentar, lalu mengangguk polos. "Oke, bang."

"Loh, kok--"

'Tukk
Sebelum Rafi melanjutkan pertanyaannya, kunci mobil tadi sudah melayang dan tepat mengenai 'adik kecil' Rafi dengan sangat keras.

"Udah, bang," ujar Caroline dengan senyum polos.

Rafi sudah tak bisa mendeskripsikan apa yamg dirasakannya. Intinya semua ini sakit melebihi patah hati. "CAROLINE GISELLE AUDISON!!"

Sinyal sirene bahaya terdengar dari kepala Caroline, dengan cepat ia berlari kelantai atas menuju kamarnya dan mengunci kamarnya rapat-rapat.

Terdengar langkah Rafi yang berlari dan menggedor pintunya dengan sangat kencang. "CAROLINE! BUKA!!"

"Kenapa sih, bang? Kok malem-malem berisik?" terdengar suara daddy-nya dari lantai bawah. Mungkin daddy baru keluar dari kamarnya.

"Adek kecil Rafi sakit banget, dad! Masa ditimpuk pake kunci mobil! Bisa hancur masa depan Rafi!!" adu Rafi dengan meringis menahan sakit pada 'adik kecil'-nya itu.

"Bukannya dari dulu masa depan kamu udah hancur ya, bang?" tanya Michelle berpura-pura berpikir.

Caroline tertawa terbahak-bahak dari dalam kamarnya. "I REALLY AGREE WITH YOU, DAD! LOVE YOU SO MUCH!!"

"LOVE YOU TOO, BABE!" Michelle balas berteriak, lalu terkikik geli melihat wajah Rafi yang semakin masam.

"DOA ORANG TERANIAYA ITU BIASANYA SELALU DIKABULKAN!" sindir Rafi dengan berteriak.

"KALO BUAT LU ENGGAK, BANG! SOALNYA LU BAU DOSA! MALAIKAT MAU DEKET LU AJA, OGAH! APALAGI DOA BAKAL DIKABULIN?! MIMPI SI ABANG!!" Caroline kembali tertawa terbahak-bahak.

Michelle ikut tertawa keras. Farrah yang sedang didalam kamar saja tertawa keras menertawakan anak sulungnya yang selalu dinistakan anak bungsu dan daddy-nya.

"KALIAN SEMUA JAHAT!" Rafi berjalan kepojokkan, dan duduk memeluk kakinya sendiri sembari memakan kecoa dengan menahan tangis(lah?).

Tbc
Ehh, si abang Rapi balik tuh:v

Suka ceritanya dan ingin cepat-cepat dilanjut? Tekan '🌟' dan comment aja kok. Tapi, kalo mau partnya lebih panjang daripada biasanya, boom comment aja yak.
See you.

Regards,
Dinda.





Continue Reading

You'll Also Like

3.5M 167K 62
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

3.7M 218K 28
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
4.8M 255K 57
Dia, gadis culun yang dibully oleh salah satu teman seangkatannya sampai hamil karena sebuah taruhan. Keluarganya yang tahu pun langsung mengusirnya...
1.7M 104K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...