Enemy But Friends

By dnar13

79.9K 3.7K 333

DIUSAHAKAN UPDATE SETIAP HARI. DISINI HARAM KEDATANGAN PLAGIATOR. [..SEMUA PART DIPRIVATE, HARAP FOLLOW DINDA... More

Perhatian
1 - Mimi Peri
2 - Panci Gosong?!
3 - Surprise
4 - Gak bokong!!
5 - Red Blood
6 - Generasi Micin
7 - Imut imut apa amit amit?!
8 - Kampretol Lejatos
HAPUS?
9 - Mimpi Buruk
10 - Si Lonte
11 - Sahabat
UU AA
12 - Jongos
13 - BESOK ALFIAN MATI!!
Cast
14 - Wanita Murahan
15 - Nitip Kondom
16 - Pacarnya Alfian
Pilih, please?
17 - Dikenyot-kenyot
18 - Yakin
19 - Pekerjaan Paling Mulia
20 - Karma Itu Nyata!
21 - Milik Gue!
22 - Hidup Mario Alfian!
23 - Hewan Buas?
24 - Manusia Berbulu Hijau
25 - Muka Pasaran
26 - Latihan ASIAN Games
27 - Tuan Rubah
28 - Calon Istri?
29 - Alergi Disakitin
30 - Awal Segalanya
31 - Sangat Membosankan
32 - Rafi Gila!
33 - Jenguk Caroline
34 - Danau Caro?
35 - Terungkap
36 - Buku Diary Roy
37 - Ingatan yang Buruk
38 - Taruhan
40 - Menang atau Kalah?
41 - Berita Hot Pagi
42 - Dia kenapa?
43 - Mabok Tayo
44 - Acara Pertunangan(1)
45 - Acara Pertunangan(2)
46 - Penjelasan
47 - Pengakuan
48 - Diandra?
49 - Cemburu
50 - Ajakan Shinta
51 - Complicated
52 - Sakit Hati
53 - Hari Pertama Ujian
54 - Tak Sengaja Bertemu
Casting tambahan
55 - Ketemu Lagi?!
56 - Mulainya Niat Awal
BACA
57 - Teror?
58 - Waktunya Berhenti
59 - A Hope
60 - Pengajian
61 - Classmeet
Penting

39 - Taruhan Akan Dimulai

609 34 2
By dnar13

Seperti yang sudah Caroline rencanakan, tepat jam 11 malam mereka taruhan di Magenzie Club. Siapa yang tak mengenal Magenzie Club? Club paling terkenal di Jakarta ini, dan selalu menjadi tempat zina dari semua manusia. Dari yang ekspor maupun impor, semuanya kesini. Mencari kesenangan tersendiri bagi mereka.

Entah hanya meminum vodka, atau menari, atau bahkan bisa juga menyewa salah satu kamar untuk melakukan 'sesuatu'. Club ini memang akan dijadikan tempat langganannya Caroline cs untuk minum-minum, ingat, ini hanya untuk minum bukan lebih. Lagipula Club ini memiliki penjagaan yang super ketat dengan diawal masuk kita harus memberikan card milik kita masing-masing yang sudah lebih dulu dipesan disini dengan informasi kita yang detail agar mereka tidak lalai, tidak memasukkan anak kecil dibawah umur.

Ingat umur Caroline?
Yap, 16 tahun.

Tetapi, tenang saja, jika bodyguard Club ini memiliki 1 cara untuk membuatnya pergi, maka Caroline memiliki 1000 cara untuk tetap bertahan. Ini kesenangannya, tidak boleh diganggu gugat oleh siapapun itu.

Caroline dengan celana jeans hitam, baju kaus berwarna putih, dan sendal swallow yang everywhere everytime selalu ia pakai menghiasi kaki putihnya. Cukup sederhana untuk dipakai ke Club, bukan?

Biar saja, ini sudah menjadi rencananya. Ia pastikan pasti akan ada anak sekolahnya yang mengikuti mereka kesini untuk memperhatikan mereka, memfoto mereka, jika Caroline cs memakai baju yang super hot, sudah dipastikan reputasinya akan anjlok. Ia tidak ingin itu. Ia ingin tetap menjadi reputasi bad girl mahal yang cantik. Fix hanya itu.

Sedangkan, Diandra dan budak-budaknya pasti memakai baju kekurangan bahan. Kita lihat saja nanti.

Caroline bersender dimobil sedan hitamnya dengan kacamata hitam yang menghiasi mata cantiknya, serta rambut yang ia ikat menjadi satu. Tangannya menekan nomor Dora berniat menelponnya. Deringan pertama sudah diangkat.

"Dor?"

"Eh, kaget gue. Jangan ngagetin geh, Car."

Caroline memutar bola matanya malas, disaat seperti ini dia masih bisa bercanda? Hell.
"Lo dimana? Gue udah nunggu dari matahari terbit ampe tuh matahari terbenam lagi."

Terdengar suara Dora yang tertawa keras.

"Jawab!"

Dora tetap tertawa keras mengabaikan ucapan Caroline yang mulai kesal.

"Jawab woy!"

Dari sudut mata, Caroline dapat melihat mobil sedan hitam berjalan menuju arahnya dengan kecepatan sedang, lalu memarkirkannya tepat disamping mobilnya.
Kaca mobil itu turun menampilkan gadis yang sedang ia telpon.

Gadis itu menyengir. "Tadaaa! Ini adalah sebuah sulap bukan sihir, coy!"

Kalau saja penjara tidak ada, sudah dipastikan Caroline akan membunuh gadis itu dan membuangnya ke laut yang berisi ikan piranha.

Caroline hanya mendengus sebagai tanggapannya. Tangannya menekan tombol merah pada layar ponselnya, mematikan telpon antara dirinya dan Dora.

Dora membuka pintu mobilnya, lalu turun dengan bergaya cool. Setelah itu ia menutup pintunya dan menyenderkan tubuhnya dipintu mobilnya mengikuti gaya Caroline, kaki kanannya ia tumpukan pada kaki kirinya dengan tangannya yang bersidekap didadanya.

"Udah keren, belum?" tanya Dora sembari mengangkat-angkat kedua alisnya dengan menggoda.

Caroline butuh kantung plastik sekarang juga!

"Lo buat gue mau muntah liatnya," ucap Caroline dengan memutar bola matanya malas.

"Mackie mana?" tanya Caroline.

"Lu kate gue bapaknye?" Dora balik bertanya.

Tepat setelah Dora mengatakan itu, sebuah mobil sedan hitam parkir dengan mulus disamping mobilnya Dora. Pintu terbuka, dan seorang gadis turun dengan celana jeans hitam, kaus putih, serta sepatu kets putih.

Itu Mackie.

"Panjang umur dah," ucap Dora dengan tangan kirinya yang ia sandarkan diatas mobilnya.

Mackie mendekati mereka, dan berdiri disamping Caroline.

"Bagus, semuanya udah siap kan?" tanya Caroline memastikan.

Dora dan Mackie mengangguk. "Siap!"

"Pake kacamata hitam kalian," titah Caroline.

Dora dan Mackie segera memakai kacamata mereka yang awalnya hanya mereka gantung dileher baju.

"Ayok." Caroline berjalan lebih dulu, Dora dan Mackie mengikuti dibelakang. Mereka mengedarkan pandangan keseluruh penjuru, belum ada tanda-tanda Diandra cs akan datang.

Caroline melihat jam yang ada dipergelangan tangan kirinya. 5 menit lagi jam 11.

Caroline cs mengantri untuk bisa masuk kedalam Club. Mereka mengambil card mereka masing-masing yang mereka simpan disaku celana jeans. Mereka terus menunggu, hingga giliran mereka, mereka maju.

"Card-nya nona?" pinta salah satu bodyguard dari 3 bodyguard disana. Badan-badan mereka sangat tinggi, besar dan berotot. Melihatnya saja mampu membuat Dora dan Mackie bergidik ngeri. Caroline? Ia biasa saja melihat itu, ia sudah sering melihatnya.

Caroline cs menyerahkan card mereka masing-masing. Bodyguard-bodyguard itu mengambilnya dan memasukkannya kedalam alat yang akan memeriksa keaslian dan kepalsuan card itu. Jadi, tidak ada yang bisa menipu disini, kecuali penipu itu kelas kakap. Seperti Caroline cs. Hey, mereka adalah agent rahasia, tentu saja hal yang seperti ini mudah untuk ditipu. Organisasi 'Red Blood' adalah milik mereka, ingat?

"This is real."

"This is real."

"This is real."
Ketiga alat otomatis itu dengan serempak mengatakan itu.

Bodyguard-bodyguard itu mengambil card itu lagi dari alat itu, dan kembali menyerahkannya pada mereka. Dengan senang hati mereka menerimanya dan berjalan masuk dengan seringaian yang puas.

"Tunggu, nona!" Salah satu dari ketiga bodyguard itu, menarik tangan Caroline, karena Caroline lah yang paling dekat dengannya.

Semua yang sedang mengantri menatap mereka bingung.

Caroline cs berhenti, dan mendekati bodyguard itu lagi.
"Ada apa?" tanya Caroline mencoba santai. Padahal yang sebenarnya jantungnya sudah berdisko takut kebohongan mereka terbongkar.

Bodyguard itu menatap menelisik kacamata yang dipakai Caroline.
"Sepertinya tadi aku melihat ada sinar warna merah yang tipis ada didepan kacamatamu ini, nona," ujar bodyguard itu. "Apa kau menyembunyikan sesuatu?" tanya bodyguard itu menyipitkan matanya curiga.

Bodyguard yang lain ikut memandanf Caroline curiga.

Caroline tetap berusaha tenang dan rileks, agar mereka tidak lebih curiga.
"Sinar warna merah? Kalian bekerja disini dari mulai jam berapa?"

"Kami mulai jam 10 malam, tapi dari pagi sampai jam 10 malam kami bekerja ditempat lain," balas salah satu dari mereka menjelaskan.

Tiba-tiba Caroline menjentikkan jarinya dengan antusias membuat mereka sedikit terkejut. "Nah! Itu dia permasalahannya! Kalian kelelahan, karena itu kalian mengkhayal. Kusarankan untuk kalian beristirahat dulu, dan minta bos kalian untuk mencarikan pengganti kalian sementara disini," ujar Caroline dengan fake smile.

"Ah, begitukah? Yah, aku rasa aku memang kelelahan, kepalaku saja rasanya sedikit pusing. Baiklah, aku akan beristirahat," ucap bodyguard itu sembari melangkah pergi. Mungkin untuk keruangan bosnya.

"Ya sudah, kami permisi," pamit Caroline.

Kedua bodyguard itu mengangguk singkat.

Caroline cs pergi masuk kedalam club dengan menahan tawa. Ternyata sangat mudah untuk menipu mereka.

Caroline menghela nafas. "Mereka memang berotak udang."

Dora dan Mackie mengangguk meng-iyakan.

Mereka mengedarkan pandangan mencari tempat yang cocok untuk mereka tempati malam ini. Banyak sekali yang sedang berciuman disini. Ini memang tempat dalangnya zina.

"Disana," ucap Caroline sembari menunjuk sofa yang diujung. Kakinya melangkah kesana diikuti Dora dan Mackie yang mengekor.

Mereka mendudukan bokong mereka dengan mulus disana. Kemudian, bersender dengan tenang.
"Udah lama ya kita gak kayak gini. Terakhir kali saat di New York seminggu sebelum kita pindah kesini," ujar Mackie tak sengaja mengingat masa lalunya.

Caroline dan Dora mengangguk meng-iyakan.
"Gue jadi kangen New York dah," ucap Caroline dengan mengulas senyum kecil.

"Gue juga kangen. Kapan-kapan yok kita liburan kesana?" ajak Dora antusias.

Caroline dan Mackie mengangguk.

Tiba-tiba suasana hening di Club ini. Benar-benar hening dan senyap tak seperti biasanya. Lagu pun volumenya menjadi mengecil. Wanita-wanita tadi yang sedang menari di dancefloor, menjadi diam menatap pintu masuk Club. Bahkan orang-orang yang sedang berzina pun diam menatap pintu masuk Club. Ada apa dengan pintu masuk Club?

"Kenapa sih? Sunyi amat dah," ucap Dora heran.

"Entah," sahut Mackie mengedikkan bahunya acuh.

Nampak tiga orang gadis yang memakai baju kekurangan bahan masuk kedalam Club ini dengan jalan yang dilenggok-lenggokan. Bunyi high heels mereka menjadi pengiring jalan mereka menuju kearah sini. Mereka duduk dihadapan Caroline cs, dan menatap mereka dengan aneh.

Orang-orang yang ada di Club ini kembali melanjutkan aktivitas mereka yang terhenti. Namun, diam-diam mata mereka menatap nafsu pada ketiga gadis yang sedang duduk dihadapan Caroline cs.

"Apa kalian tidak memiliki dress hingga hanya memakai pakaian seperti itu?" tanya salah satu dari mereka dengan dress merah mencolok yang menutupi dari setengah dadanya sampai 2 cm dari celana CD-nya. Bayangkan seberapa pendeknya dress itu. Mungkin hanya menutupi sepertiga tubuhnya. Tatapan mereka seolah mencemooh Caroline cs. Lalu,menertawakan mereka.

Caroline cs hanya tersenyum simpul.

Taruhannya belum dimulai aja, udah ketahuan mana yang jalang dan mana yang bukan, batin Caroline menyeringai sebentar, lalu mengubahnya kembali menjadi senyuman.

"Kita mulai taruhannya?" tanya Caroline santai.

Diandra cs mengangguk menyetujui.

"Oke." Caroline bertepuk tangan 3 kali, dan memberi isyarat pada salah satu bartender untuk mendekat.

Salah satu dari bartender yang memakai baju super mini itu mendekat.
"Apa ada yang anda inginkan, nona?" tanyanya sopan.

Caroline mengangguk singkat. "Bisa kau panggilkan pemilik Club ini?"

Wanita itu menatap Caroline bingung. "Ada apa, nona?"

Caroline tersenyum kecil. "Saya ada bisnis dengannya. Kau tentu saja mau, bukan, jika gajimu naik, karena mendapat pelanggan yang ingin berbisnis disini?"

Spontan wanita itu mengangguk antusias. "Baik, nona, sebentar akan saya panggilkan."

Caroline mengangguk.

Wanita itu pergi keruangan bosnya.
Tak lama kemudian, datang wanita itu dengan pria yang berbadan buncit dengan jas hitam yang menghiasi tubuhnya itu.

Pria itu sedikit menundukkan kepalanya dihadapan Caroline. "Anda ingin berbisnis denganku, nona?"

Caroline mengangguk dengan datar. "Ya, saya ingin menyewa dua pria yang harus sangat menggairahkan disini untuk malam ini."

Pria itu menarik bibirnya tersenyum senang. "Berapa bayarannya, nona?"

"Oh, saya tidak ingin membuat anda kecewa, tuan, sudah pasti bayarannya akan mahal untuk anda. Kau bisa menulis sendiri berapa nominal yang anda inginkan, dan saya akan memberikannya dengan secara percuma," ucap Caroline santai.

Pria itu seketika berbinar-binar kala melihat gsdis cantik didepannya ini mengambil kwitansi dari dalam saku celana jeans kirinya.

Caroline menyerahkan kwitansi itu pada pria itu yang segera diterima pria itu dengan senang hati. Pria itu mengambil pena dari dalam saku jasnya, lalu menuliskan angka nominal disana.

Dora dan lainnya yang melihat itu meneguk salivanya. Kalau mereka menjadi pria itu, akan mereka tulis angka nominal sebesar-besarnya disana.

Pria itu kembali menyerahkan kwitansinya yang sudah ia tulis angka nominalnya pada Caroline. Caroline menerimanya dan melihat.
"1 miliar? Hanya segini? Baiklah," ujar Caroline santai, lalu merobek kwitansi itu, dan menyerahkannya pada pria itu.

Seketika pria itu menyesal hanya meminta 1 miliar, seharusnya ia meminta 1 triliun dan menjadi pria kaya raya didunia ini. Tetapi, tak apa. Setidaknya 1 miliar ini bisa membuatnya berkeliling Eropa selama sebulan penuh.

Pria itu menyimpan kwitansinya kedalam saku jasnya, lalu menepuk-nepuk kedua tangannya tiga kali. "Carikan 2 pria kelas 1 untuk gadis-gadis cantik ini sekarang juga!! Aku tak ingin membuat pelangganku menunggu lama!!" teriak pria itu menyuruy bodyguard-bodyguardnya. Bodyguard-bodyguard itu langsung mematuhi perintah dari bos mereka.

"Mohon tunggu sebentar, ya nona-nona." Pria itu menatap kami satu persatu, lalu saat menatap Diandra matanya mengedip genit yang dibalas Diandra mengedip genit juga.

Hahaha, bukankah sudah jelas bahwa itu jalangnya?

Tunggu sebentar lagi, maka dirinya akan menang.
Caroline menyeringai.

"Terima kasih atas kerjasamanya, nona, kuharap kita bisa bekerjasama lagi. Selamat malam," pamit pria itu dengan mengangkat tangan kanannya berniat berjabatan dengan Caroline.

Caroline menerimanya. "Sama-sama, tuan. Selamat malam, juga. Kuharap kau tidak mengkhayali temanku saat bercinta nanti," canda Caroline sembari melirik Diandra yang tersenyum malu-malu.

Pria itu tertawa kecil. "Kau tahu temanmu itu sangat sexy, dan pastinya akan menjadi partner ranjang paling ternikmat," ujarnya balik bergurau. Matanya kembali mengedip genit pada Diandra.

Caroline dan yang lainnya tertawa. Sedangkan, Diandra hanya tersenyum malu-malu.

"Baiklah, aku permisi, nona-nona. Sekali lagi selamat malam, semoga menyenangkan," pamir pria itu lagi.

"Selamat malam juga, kau juga," balas mereka dengan serempak.

Pria itu beranjak pergi, dan kembali keruangannya.

Tiba-tiba datang 2 bodyguard dengan membawa 2 pria yang shirtless, dan hanya celana jeans biru yang menghiasi kaki berotot mereka. Perut kotak-kotak coklat mereka berdua mampu membuat Diandra cs terkagum-kagum. Melihat itu sudah membuat mereka ingin cepat-cepat menerkamnya. Sedangkan Caroline cs hanya bersikap biasa saja.

"Ini, nona, 2 pria yang anda inginkan. Apakah mereka kurang?" tanya salah satu dari kedua bodyguard itu memastikan.

"Cukup!" balas Diandra cs dengan serempak.

"Woah, woah, selow bro! Karena kuselow, sungguh selow, sangat selow, tetap selow, santai, santai, 2 pria ini gak akan kemana-mana," ujar Caroline dengan berakhir bernyanyi.

Diandra cs menjadi salah tingkah. Caroline cs yang melihat itu hanya tersenyum. Lebih tepatnya senyum menyeringai.

"Baiklah, kami permisi nona," pamit kedua bodyguard itu.

Caroline dan lainnya hanya mengangguk.

Kedua bodyguard itu pergi meninggalkan dua pria shirtless itu yang berjalan mendekati Diandra cs yang sengaja duduk meyusungkan kebelekang agar bokong mereka menjadi penuh dan padat, dadanya juga dibusungkan kedepan agar terlihat besar dan montok.

"Hai, cantik," tegur salah satu dari mereka sembari duduk disebelah kiri Diandra. Matanya menatap Diandra seolah ingin menerkamnya sekarang juga.

Diandra tersenyum malu-malu. "Hai juga, ganteng."

Caroline cs hanya tersenyum licik. Caroline menekan tombol kecik yang ada dijam tangannya dengan diam-diam. Lalu, ia arahkan pada Diandra yang mulai digoda oleh pria itu.

Pria satunya mendekati Sheren yang memakai dress berwarna hitam berkilau, namun bertali pasta didadanya.
"Hai, cantik. Kau sungguh cantik malam ini."

Mendengar itu, Sheren tersenyum malu-malu. "Kau juga ganteng. Kau sangat terlihat...hot," ujar Sheren balik memuji. Saat bibirnya mengatakan hot, lidahnya bergerak membasahi bibirnya dengan gerakan yang sensual.

Oh, ini sungguh menjijikan untuk dilihat.

Caroline bangkit berdiri. "Gue pesen vodka dulu ya, girls,"

"Okey, girls," balas mereka termasuk Diandra cs.

Oh, apakah mereka melupakan cara main ditaruhan kalk ini? Cara mainnya adalah masing-masing meminum 20 vodka tinggi, dan akan digoda dua pria shirtless itu. Tentu saja tidak boleh terlena dengan kedua pria itu, jika tidak, siap-siap kalah.

Caroline mengedikkan bahunya acuh melihat Diandra yang mulai ingin disentuh oleh salah satu pria yang menjadi penggoda ditaruhan ini.

Caroline memandang Dora dan Mackie yang menatap Diandra cs dengan bosan. Dora dan Mackie yang tau sedang diperhatikan, menoleh pada Caroline.
Caroline sedikit mengetuk-ngetuk jam tangannya dengan kukunya yang tidak terlalu panjang.

Dora dan Mackie mengangguk seolah mengerti. Mereka memencet tombol kecil yang ada dibalik jam mereka, lalu mengarahkan jam mereka pada Diandra cs yang sedang sibuk dengan kegiatan mereka yang mulai panas.

Caroline ikut memencet tombol kecil dibalik jamnya, lalu beranjak pergi menuju bar untuk memesan vodka.
"Permisi."

Salah satu bartender wanita mendatanginya. "Apa ada yang anda inginkan, nona?"

Caroline mengangguk pelan. "Aku pesan 6 botol vodka yang tinggi, dan siapkan 6 gelas. Bisa kau antarkan kesana?" Caroline menujuk meja yang mereka tempati.

Bartender wanita itu mengangguk. "Bisa, nona. Mohon ditunggu."

Caroline mengangguk singkat, lalu berjalan kembali kesofanya. Ia dudukkan lagi bokongnya disebelah Dora yang masih memperhatikan Diandra cs.

Tiba-tiba Caroline menangkap pergerakan Diandra yang aneh. Mata Diandra seolah-olah memberi kode pada Hana, dan Hana mengangguk pelan sebagai tanggapannya. Sepertinya ada yang mereka rencanakan.

Tiba-tiba Hana berdiri. "Hana ke kamar mandi dulu ya, guys. Kebelet nih."

Caroline dan lainnya mengangguk.
"Jangan lama-lama, Han," ucap Caroline mengingatkan.

Hana hanya mengangkat tangannya membentuk arti kata 'oke', lalu beranjak pergi.

Caroline panasaran apa yang mereka rencanakan. Hatinya juga entah kenapa menjadi gelisah. Pasti rencana mereka ini sangat buruk.

Gue harus ngikutin Hana!, batin Caroline gelisah.

Gadis itu mengedarkan pandangan mencari cara agar bisa pergi dari sini dan mengikuti Hana. Tak sengaja mata Caroline melihat pria yang melambai-lambaikan tangannya kearah bartender.

Ah, ia ada ide!

Caroline menoleh pada Dora, dan seolah memiliki ikatan batin, Dora menoleh menatap Caroline dengan pandangan bertanya.

Caroline mengeluarkan kertas kecil dari dalam saku celana jeansnya. Untung saja tadi ia memasukkan kertas-kertas kecil ini kedalam sakunya.
"Maen SOS yok, Dor! Sambil nungguin vodka sama Hana. Daripada ngegabut, kan?"

Dora yang tau Caroline ingin bilang sesuatu, mengangguk menyetujui.

Kertas itu Caroline taruh diatas pahanya, lalu menuliskan suatu kalimat.

Lo dadah-dadah ke salah satu cowok, biar cowok itu balik dadah kesini sekarang juga.
Ini penting.

Dora membacanya, lalu memandang Caroline bingung. Caroline menatap Dora menyuruh untuk mengikuti perintahnya.

Dora mencari salah satu pria di Club ini, lalu melambai-lambaikan tangannya pada pria tersebut.

Dan..., berhasil! Pria itu balik melambai!

Caroline segera melambai-lambaikan tangannya pada pria itu. Kemudian, matanya menatap Dora dan Diandra cs.
"Gue dipanggil sama tuh cowok, bentar ya, girls," ucapnya sembari menunjuk pria yang masih melambai-lambaikan tangannya kearah sini.

Dora, Mackie dan Diandra cs melihat apa yang ditunjuk Caroline, lalu mengangguk meng-iyakan.

Caroline segera melesat pergi mencari dimana Hana berada. Ia mengedarkan pandangan keseluruh penjuru club ini.

Dan..., ketemu! Hana sedang duduk di bartender.

Caroline mengernyit heran. Buat apa dia disana?

"Gue kan udah pesen vodkanya, jadi buat apa dia disitu?" gumam Caroline bertanya-tanya.

Tbc
Duh, masih kecil, mainannya udah di Club aja. Kayak gue dong mainnya masih ditikungan perempatan jalan nungguin dia sama pacaranya lewat biar langsung gue tikung:D *upskidding

Suka sama cerita ini dan mau dilanjut? Vote dan komen dong.
See u.

Regards,
Dinda.






Continue Reading

You'll Also Like

454K 51.8K 34
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

308K 15.9K 46
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

3.6M 217K 27
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
441K 23.2K 35
SEBELUM BACA JANGAN LUPA FOLLOW AUTHOR NYA DULU YA GUYSS.. ~bagaimana ketika seorang perempuan bertransmigrasi ke tubuh seorang perempuan yang memili...