Enemy But Friends

By dnar13

79.9K 3.7K 333

DIUSAHAKAN UPDATE SETIAP HARI. DISINI HARAM KEDATANGAN PLAGIATOR. [..SEMUA PART DIPRIVATE, HARAP FOLLOW DINDA... More

Perhatian
1 - Mimi Peri
2 - Panci Gosong?!
3 - Surprise
4 - Gak bokong!!
5 - Red Blood
6 - Generasi Micin
7 - Imut imut apa amit amit?!
8 - Kampretol Lejatos
HAPUS?
9 - Mimpi Buruk
10 - Si Lonte
11 - Sahabat
UU AA
12 - Jongos
13 - BESOK ALFIAN MATI!!
Cast
14 - Wanita Murahan
15 - Nitip Kondom
16 - Pacarnya Alfian
Pilih, please?
17 - Dikenyot-kenyot
18 - Yakin
19 - Pekerjaan Paling Mulia
20 - Karma Itu Nyata!
21 - Milik Gue!
22 - Hidup Mario Alfian!
23 - Hewan Buas?
24 - Manusia Berbulu Hijau
25 - Muka Pasaran
26 - Latihan ASIAN Games
27 - Tuan Rubah
28 - Calon Istri?
29 - Alergi Disakitin
30 - Awal Segalanya
31 - Sangat Membosankan
32 - Rafi Gila!
33 - Jenguk Caroline
35 - Terungkap
36 - Buku Diary Roy
37 - Ingatan yang Buruk
38 - Taruhan
39 - Taruhan Akan Dimulai
40 - Menang atau Kalah?
41 - Berita Hot Pagi
42 - Dia kenapa?
43 - Mabok Tayo
44 - Acara Pertunangan(1)
45 - Acara Pertunangan(2)
46 - Penjelasan
47 - Pengakuan
48 - Diandra?
49 - Cemburu
50 - Ajakan Shinta
51 - Complicated
52 - Sakit Hati
53 - Hari Pertama Ujian
54 - Tak Sengaja Bertemu
Casting tambahan
55 - Ketemu Lagi?!
56 - Mulainya Niat Awal
BACA
57 - Teror?
58 - Waktunya Berhenti
59 - A Hope
60 - Pengajian
61 - Classmeet
Penting

34 - Danau Caro?

702 44 4
By dnar13

Caroline berjalan menuruni tangga dengan bersiul senang. Akhirnya ia bisa terbebas dari obat-obatan, dan bisa berangkat sekolah seperti biasa mulai besok. Ini hari minggu, tidak mungkin ia tiba-tiba dengan polosnya masuk sekolah, bukan?

Caroline menghembuskan nafasnya dengan lega, lalu bergumam dengan mata yang tertutup, "Pagi yang menyenangkan."

"Pagi yang menyenangkan melihat sang bidadari menawan didepan mata sang rupawan."

Tiba-tiba sebuah bisikkan terdengar ditelinga kirinya dengan nada yang...menggoda iman?
Caroline membuka kelopak matanya, dan terkejut bukan main. Wajah Roy hanya berjarak 5 senti saja dari wajahnya.

Pipi Caroline seketika memerah, dan menahan nafasnya. Roy yang memang tak menyadari itu atau bahkan berpura-pura tak menyadarinya malah semakin memajukan wajahnya pada wajah Caroline hingga hidung mereka hampir bersentuhan.

"Roy! Caroline!" teriakkan itu terdengar nyaring dari arah meja makan, membuat keduanya tersentak kaget, dan menoleh pada asal suara. "Kalian ini ya pagi-pagi udah kayak gitu! Mau jadi apa kalian nanti?! Seharusnya kalian ini langsung aja dinikahin!" Nampak Farrah memandang Roy dan Caroline dengan garang dan berkacak pinggang melihat tingkah mereka.

"Ini hari apa, Mich?!" tanya Farrah pada suaminya yang sudah pulang dari luar negeri semenjak 5 jam yang lalu.

Michelle yang sedari tadi fokus dengan korannya menjadi sedikit tersentak mendengar suara istrinya yang cempreng begitu, lalu meminum kopinya dengan tenang. Kemudian, setelah selesai ia menaruh kembali dimeja makan, dan melihat jam yang melingkar ditangan kanannya. "Jam...setengah 7, Far," balas Michelle memandang istrinya dengan parasnya yang kebapak-bapakan, namun tampan.

"Aku nanya ini hari apa bukan jam apa, Mich!" ujar Farrah frustasi.

"Ini nih kalo kolor dikasih nyawa," gumam Caroline menahan tawa. Ia berharap tidak ada yang mendengar gumamannya kecuali dirinya. Tetapi, ternyata bukan hanya dirinya yang mendengar, Roy juga mendengarnya. Roy tertawa kecil mendengar gumaman Caroline. Itu membuat Caroline tak bisa menahan tawanya lagi.

"Kenapa kalian ketawa?!" tanya Farrah dan Michelle dengan serempak. Mata mereka memandang mereka berdua dengan sorot tajam membuat mereka terdiam menciut.

"Maaf Far, tadi aku lagi fokus sama koran. Ini hari minggu, Far."

"Hari minggu ya? Emm, berarti...," ucapan Farrah menggantung, ia berpikir keras tentang sesuatu, lalu menemukan ide. "berarti hari rabu kalian izin gak usah sekolah sama ngajar dulu ya!"

"Hah?" Roy dan Caroline dengan serempak cengo.

"Kalian gak usah sekolah sama ngajar dulu, karena kita punya acara penting. Dan, Kalian wajib dateng," ucap Farrah lebih menegaskan. Kemudian, pergi ke dapur untuk mengambil kue yang sepertinya sudah matang didalam oven.

Roy dan Caroline hanya bisa mengangguk pasrah. Walaupun dalam hati mereka, mereka senang dengan adanya hari libur yang diadakan Farrah sendiri. Siapa yang tidak senang libur? Gembel yang ditepi jalan juga pasti akan senang jika libur.

"Jadi, pagi-pagi begini lo ngapain disini, om?" tanya Caroline dengan menatap Roy bingung.

Farrah berjalan mendekati meja makan dengan tangannya yang membawa piring besar berisi kue bolu pandan kesukaan Caroline. "Dia itu mau ngajakkin kamu jalan-jalan, sayang. Tapi, kamunya malah lama banget turunnya. Jadi, mom suruh dia buat keatas liat kamu, eh kamunya udah turun duluan."

Farrah menaruh piring tersebut keatas meja makan, lalu kembali ke dapur untuk mengambil pisau kue. Caroline yang tak tahan dengan godaan kue bolu pandan yang sangat jelas kesukaannya ingin mencomot, namun segera ditepis Michelle. "Kamu ini kebiasaan ya! Dad gak pernah ngajarin gitu!"

Caroline mencebikkan bibirkan kesal, dan merengut. Tangannya mengelus punggung tangan sebelahnya yang terasa panas, karena ditepis oleh ayahnya. "Salah siapa buat orang makin laper," ujar Caroline kesal.

Michelle hanya bisa mendengus.

Farrah datang dari dapur dengan cekikikan mendengar ucapan Caroline, dan dengan segera memotong kue itu dengan beberapa bagian. Kemudian, menaruh 3 potong kue diatas piring kecil, dan memberinya pada Caroline yang masih saja merengut. "Nih makan, udah gak usah cemberut-cemberut lagi anak mommy."

"Aku bukan anak mommy!" jerit Caroline protes.

"Lah, terus?" Farrah, Michelle dan Roy menatap bingung Caroline.

"Aku anak Farrah sama Michelle. Aku gak kenal sama orang yang namanya Mommy," balas Caroline dengan acuh. Mulutnya sibuk mengunyah kue bolu itu yang rasanya selalu saja enak, dan lezat. Buatan mom memang yang paling the best!

Mereka bertiga mendelik menatap Caroline. Dia ini memang polos atau pura-pura polos sampai kelihatan begonya?

Roy tersenyum geli memandang Caroline yang lahap memakan kue bolu itu yang sebenarnya buatannya sendiri bukan buatan Farrah. Tadi saat menunggu Caroline turun Roy membuatkan Caroline kue bolu pandan sesuai dengan saran calon mertuanya agar bisa membuat Caroline senang. Dan, saran calon mertuanya benar. Caroline menjadi lebih ceria dari hari sebelumnya. Setidaknya itu yang ia lihat.

"Kamu mau tau gak ini buatan siapa?" tanya Farrah menghentikkan kunyahan Caroline.

Caroline menelan kue terakhir, lalu menatap momnya bertanya. "Bukannya ini buatan mom?"

Farrah menggeleng cepat. "Bukan, sayang."

"Lah, terus siapa? Masa dad? Masak air aja gosong!" ucap Caroline sembari mengejek daddy tercintanya itu. Matanya melirik Michelle dengan mengejek, lalu tertawa keras.

Michelle mendelik, dan mendengus. "Maklumlah, kan daddy cowok. Masa cowok masak sih? Kan gak mungkin," elak Michelle.

Farrah dan Roy menahan tawa. Michelle yang menyadari itu kembali mendengus. "Kalo mau ketawa, ya ketawa aja! Gak udah ditahan-tahan!"

Mendengar itu sontak Farrah dan Roy tertawa dengan bersamaan.  Michelle melanjutkan membaca koran paginya yang sempat tertunda tadi dengan wajah masam.

"Jadi, kue ini siapa yang buat mom? Masa Roy?" Caroline melirik guru Bahasa Indonesianya itu dengan ragu.

"Kamu lupa saat masih kecil dia bilang cita-citanya mau jadi apa?" Farrah tersenyum melihat Caroline yang ragu jika kue tersebut yang membuatnya adalah Roy.

"Saat masih kecil? Memangnya aku sama dia udah pernah ketemu dari kecil?" tanya Caroline sangat penasaran. Ia tak pernah ingat bahwa ia sudah berteman dengan Roy sedari kecil.

Farrah yang mendengar itu tersenyum menatap Caroline, lalu menatap Roy dengan mengangguk. Roy balik tersenyum dan ikut mengangguk.
"Kamu ikut Roy pergi ya? Dia mau ngajakkin kamu ke suatu tempat. Sana ganti baju," perintah Farrah.

Caroline yang sudah sangat penasaran mengangguk cepat, dan berlari kekamarnya untuk berganti baju.
Tak membutuhkan waktu lama, Caroline turun dengan kaus putih pendek, serta celana jeans biru muda panjang.

"Yaudah, berangkat sekarang sana," ujar Farrah setelah melihat Caroline turun. Entah itu pengusiran atau memang menyuruh mereka cepat agar tak kesiangan.

"Iya, mom. Caroline pamit ya, mom," pamit Caroline menyalimi tangan Farrah dan Michelle yang masih saja merengut. Begitu juga dengan Roy yang ikut salim.

"Roy berangkat ya, aunty."

"Iya, hati-hati ya. Jagain Caroline ya!"

Caroline dan Roy hanya mengangguk, kemudian berjalan keluar rumah diikuti Farrah. Mereka masuk kedalam mobil Pajero putih milik Roy. Roy menghidupkan mesinnya, lalu perlahan bergerak keluar dari perkarangan rumah Caroline. Farrah dan Caroline ber-dadah ria hingga mobil Roy benar-benar keluar dari gerbang rumah Caroline.

"Hati-hati nona, tuan," ujar satpam Caroline mengingatkan dengan ramah.

Caroline dan Roy tersenyum. "Makasih, pak. Mari, pak."

"Mari," balas satpam tersebut.

Mereka keluar dan berjalan dengan kecepatan sedang. Sedangkan satpam tersebut langsung menutup kembali pintu gerbangnya.

"Kita mau kemana, om?" mulut Caroline memang tak bisa diam barang sedikitpun. Matanya menatap Roy dari samping.

Oh, ciptaan tuhan mana yang kau dustakan? Puji Caroline dalam hati dengan terkagum-kagum. Wajah Roy yang seperti idol Korea, kulitnya yang putih pun mendukung, kaus hitamnya itu menambah kadar putih dikulitnya, serta rambut Roy yang bisa dikatakan rapi-tidak rapi. Itu membuatnya berdecak kagum melihatnya.

Roy yang melihat itu terkekeh geli. "Apa saya seganteng itu sampai air liur kamu jatuh?"

Caroline yang mendengar itu menjadi panik mengelap kedua sudut bibirnya, namun bukan air liur yang ia dapatkan, tetapi hanya angin kosong.

Roy tergelak puas mengerjai Caroline yang percaya-percaya saja dengan ucapannya.
"Kamu ini lugu banget."

Caroline mendelik kesal, dan merengut. "Kamu juga lugu banget, om."

Roy berhenti tertawa, dan melihat Caroline dengan bingung. "Lugu? Saya lugu?"

Caroline mengangguk cepat, dan tersenyum polos. "Lugu, Lucu-lucu Guoblok gitu."

Roy tercengang, lalu terkikik geli. "Kamu ini ada-ada aja."

Caroline hanya tersenyum polos.

"Kamu tidur aja, perjalanan kita masih panjang, kira-kira kita bakal sampe 1 jam lagi," pinta Roy menoleh pada Caroline. Caroline ikut menoleh, dan mengangguk meng-iyakan. Matanya juga berat ingin tidur.

Roy menghidupkan lagu-lagu yang lembut, dan bisa menjadi penghantar tidur agar Caroline bisa cepat tidur. Doakan dirinya agar tak tertidur juga saat membawa mobil.

Caroline hanya tersenyum melihat perlakuan manis Roy padanya, dan mulai mencoba tidur. Saat dirinya sudah akan terlelap, samar-samar ia mendengar gumaman Roy dari sela-sela lagu yang diputar.

"Kamu gak pernah berubah ya, cakil."

Cakil? Siapa itu Cakil?

Dan, tepat saat sudah mengucapkan itu didalam hatinya, ia tertidur.

Roy tersenyum lebar melihat itu, dan kembali fokus dengan jalanan dihadapannya.

***

"Caroline, bangun." Roy menepuk-nepuk pipi putih Caroline berharap Carolibe segera bangun. Sudah 15 menit ia mencoba membangunkannya, tetapi putri tidur masih saja ingin dialam mimpi.

Roy menghela nafas pasrah, dan memilih untuk duduk dipinggirin danau membiarkan Caroline tetap tertidur dimobilnya. Ia menghidupkan AC-nya kok, tidak mungkin membiarkan Caroline mati kehabisan nafas didalam sana.

Roy menatap danau didepannya dengan senyum terpatri diwajah tampannya. Danau yang cukup luas dengan airnya yang jernih. Lalu, matanya menatap sekitar. Masih banyak pohon-pohon yang menghiasi tempat indah ini seperti dahulu kala. Tempat ini tidak banyak berubah. Hanya saja rumah pohon yang dibuat oleh keluarganya dulu sudah tidak ada lagi. Mungkin sudah dihancurkan oleh pemukiman setempat disini.

Danau yang menyimpan jutaan kenangan indah untuk dirinya. Sangat indah. Ia masih mengingat bagaimana dulunya ia tertawa girang disini bersama yang lain, bercerita seru, memanjat pohon, menangkap ikan, menaiki perahu untuk ketengah-tengah danau itu, dan lain-lainnya. Semua itu menyenangkan. Dan, ia merindukan masa-masa kecilnya yang bahagia. Namun, kebahagiaan itu hancur ketika terjadi kecelakaan kecil disini. Kecelakaan yang membuat Roy pindah ke Bandung, dan tidak berani pulang kesini. Dan sekarang, ia memberanikan dirinya untuk kesini lagi.

"Om?"

Suara parau itu membuat Roy sontak menoleh pada belakangnya. Caroline berjalan linglung menuju dirinya dengan tangannya yang mengucek-ucek mata kirinya.

Roy tersenyum, dan menepuk-nepuk tempat disebelahnya pertanda menyuruh Caroline duduk disana. "Sini, car."

Caroline mengikuti perintah Roy, dan duduk dengan manis. Tiba-tiba matanya terbelalak dengan binar kekaguman disana. Matanya menatap sekitar dengan penuh kagum. Tadi dirinya belum sepenuhnya sadar, karena itu ia tidak menyadari sekitarnya.
"Ini dimana, om? Indah banget!"

"Ini di danau Caro," balas Roy dengan masih tersenyum.

"Danau Caro? Saya gak pernah denger nama danau itu, om. Danau baru?" tanya Caroline polos.

Roy menggeleng pelan. "Danau lama. Sangat lama," lirih Roy pelan.

Dimata Caroline, Roy kelihatan sedih. Mata Roy yang biasanya bersinar hangat sekarang menjadi redup dan kehampaan. Kenapa?

"Om sedih? Sedih kenapa?"

Roy sedikit tersentak ketika mendengar pertanyaan Caroline yang tepat sasaran. Caroline memang dari dulu selalu memperhatikan seseorang yang berada didekatnya.

"Saya mau nyeritain sebuah cerita bagus. Mau denger?" tawar Roy.

Caroline mengangguk antusias.

Sebelum memulainya Roy mengambil nafas, dan menghembuskannya terlebih dahulu.
"Dulu, ada seorang pria kecil yang lemah lagi duduk ditanah sambil menangis. Lututnya berdarah, karena dia jatuh dari sepeda. Banyak teman-temannya yang melihat dia jatuh, tapi bukannya membantu malah menertawakannya. Pria kecil itu semakin menangis, dan menutup wajahnya dengan kedua tangan kecilnya yang penuh debu dan kerikil. Tapi, tiba-tiba pria kecil itu merasakan pundaknya ditepuk, itu buat dia membuka tangannya dan melihat siapa yang menepuknya. Ternyata seorang perempuan kecil yang sangat cantik dan tembam. Dia sangat-sangat cantik, seperti bidadari. Dia bantu pria kecil itu berdiri, dan menghibur pria kecil itu sampai pria kecil itu tertawa.
Dari situ mereka sering bermain bersama. Bahkan mereka juga sudah saling kenal dengan keluarga masing-masing. Mereka piknik bersama dengan keluarga masing-masing. Mereka datang ke danau ini. Mereka menyebut danau ini dengan sebutan Danau Caro. Danau Caroline dan Roy." setelah menceritakan itu, Roy tersenyum lebar menatap Caroline yang terkejut.

Caroline tidak tahu ingin mengucapkan apa. Oh, lebih tepatnya ia tidak tahu ingin mengucapkan yang mana dahulu dari sejuta pertanyaan didalam otaknya itu. Ini semua terlalu tiba-tiba. Kenapa ia tak ingat dengan Roy?

"Tapi..., terjadi kecelakaan saat pria dan perempuan kecil itu piknik bersama keluarganya masing-masing disini." Roy kembali mengingat kejadian menyedihkan itu lagi. Itu membuatnya ingin menangis lagi.

Oh, belum selesai, masih ada lanjutan, batin Caroline didalam hati. Tubuhnya sedikit ia majukan ketubuh Roy antusias ingin mendengarnya lebih dalam lagi.

"Perempuan kecil itu jatuh kedalam danau saat dia pria kecil itu naik kedalam perahu untuk ketengah-tengah danau. Pria kecil itu panik bukan main melihat perempuan kecil itu yang teriak-teriak minta tolong dengan logat anak kecilnya yang lucu. Semua keluarga mereka langsung berlari menolong perempuan kecil itu dan melarikannya ke rumah sakit. Perempuan kecil itu mengalami amnesia parah, karena kepalanya terbentur dengan batu yang tidak jauh dengan tubuhnya yang terjatuh kedalam Danau. Pria kecil itu merasa sangat menyesal dan merasa dirinya pembawa sial. Dia pergi dan pindah ke Bandung. Namun, sekarang dia memberanikan dirinya buat berdiri tepat dihadapan perempuan kecil yang sudah tumbuh dewasa dengan sangat amat cantik yaitu...kamu, Caroline. Caroline Giselle Audison." Roy mengulas senyum lebar pada Caroline.

Caroline semakin terkejut.

"Dan, kita udah tunangan dari kecil. Hari rabu nanti pasti kita bakal tunangan secara resmi. Kamu juga bakal tinggal serumah sama saya, biar tanggungan hidup kamu saya yang urus. Kamu tinggal jadi tunangan yang baik buat saya, dan belajar jadi calon istri yang baik buat saya," ujar Roy dengan senyumnya yang semakin lebar. Dirinya sudah tak sabar untuk menunggu hari rabu tiba, hari yang sangat dinanti-nantinya.

Ingin rasanya Caroline pingsan sekarang, dan bangun dikamar tercintanya dipagi hari seolah-olah hari ini tidak ada.

Hatinya perih.
Kenapa?
Bukankah ia menyukai Roy? Roy itu pria idamannya! Pria yang cukup membuatnya terkagum-kagum! Kenapa hatinya malah sakit? Seperti ini bukan yang diinginkannya. Why?

Tiba-tiba terlintas bayangan wajah Alfian. Alfian?
Kenapa malah dirinya mengingat Alfian? Sebenarnya apa yang diinginkan dirinya? Disatu titik ia menginginkan Roy, tetapi satu titik ia memikirkan Alfian. Bisa bunuh ia sekarang juga?

Tbc
Akhirnya gue memutuskan untuk tetep up, walaupun yang ngevote cuma 9. Tapi yang baca 30+:)
Ghost readers bikin gue gemesh dehh
See you ghost readers

Regards,
Dinda.

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 100K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
3.9M 232K 59
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
764K 67.8K 44
Setelah kematian ibunya Rayanza yang tadinya remaja manja dan polos. Berubah menjadi sosok remaja mandiri yang mampu membiayayi setiap kebutuhan hidu...
3.6M 287K 48
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...