Karena bersahabat denganmu akan membuat perasaanku kembali muncul.
-Arina Ella-
🎹 🎹 🎹
Pagi ini Arin bangun dengan bersemangat karena sarapan pagi ini tidak lagi buatan bibi, namun buatan Mama. Usai memakai seragam Arin buru-buru turun ke bawah. Dari tangga, Arin melihat Mama yang sudah dengan pakaian kerjanya sedang menaruh nasi goreng pada piringnya.
"Gimana, enak?" tanya Lita ketika Arin sudah melahapnya.
"Enak!" seru Arin.
Tak lama setelah nasi goreng Arin habis, bel rumah berbunyi. Arin melihat Bibi di dapur sepertinya sedang sibuk mencuci wajan yang tadi digunakan Mama untuk masak. Akhirnya Arin menawarkan diri, "Biar Arin yang buka saja, Bi."
Arin berjalan menuju pintu rumah. Saat di buka, Arin terkejut melihat Rizky yang tersenyum lebar sambil membawa helm. Helm itu adalah helm yang biasa Arin gunakan bila meminta Rizky untuk mengantarkannya. Dengan segera, Arin menutup pintu dengan membantingnya.
Arin membanting pintu cukup keras sehingga membuat Lita menghampiri pintu rumah. "Ada apa Arin?"
"Ada Rizky di luar, Ma," bisik Arin dengan wajah kesal.
"Oh. Kemarin Mama yang minta," ujar Lita.
Arin membelalakan matanya dan mulai menganalisa. Jadi saat kejadian sepulang sekolah Mama lama berada di luar dengan Rizky ternyata sedang membicarakan ini. "Mama kenapa minta Rizky?"
"Karena Mama tahu kalian harus berbaikan. Benar, kan, kata Mama waktu dulu? Pasti Rizky akan meminta maaf sama kamu. Sekarang saatnya kamu harus membuka hati Arina, sayang," jelas Lita sambil membelai rambut Arin.
"Arin nggak mau. Arin takut, Ma," ringis Arin dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Apa yang kamu takutkan, Arina?"
"Arin takut suka lagi sama Rizky. Arin sudah lelah untuk suka sama Rizky," ucap Arin dengan lemah dan kepala yang ditundukkan.
"Mama nggak minta kamu untuk kembali suka sama Rizky. Cukup memaafkannya saja," jelas Lita sambil tersenyum pada Arin. "Sekarang kamu berangkat dan pulang bareng Rizky, oke? Bicarakan dengan baik-baik," pinta Lita.
Arin mengangguk pasrah dan kemudian berpamitan dengan Mama.
Usai berpamitan, ia membuka pintu dan terlihat Rizky yang sedang menunggu di kursi teras rumahnya. Dengan wajah ketus Arin berjalan ke arah rak sepatu dan memakai sneakers-nya. "Ayo!" ajak Arin pada Rizky dengan ketus.
Rizky tersenyum senang dan memberikan helmnya pada Arin.
Sepanjang perjalanan, tidak ada percakapan yang keluar dari mulut mereka. Rizky sendiri bingung harus memulai perbincangan dari mana.
Ketika sampai di sekolah, Arin melepas helm. Kemudian ia memberikannya pada Rizky lalu buru-buru pergi. Namun sebelum Arin pergi terlalu jauh, Rizky berlari mengejar Arin. "Arin. Nanti pulang sekolah aku mau ngajak kamu ngobrol. Bisa?" tanya Rizky sambil berjalan di samping Arin.
"Hmm," Arin menganggukkan kepalanya.
Rizky tersenyum dan bernapas dengan lega. "Oke, nanti aku ke kelasmu," ujar Rizky.
🎹
Arin merasa bimbang untuk mengobrol dengan Rizky. Entah mengapa ketika jam sudah hampir jam tiga, ia menjadi takut. Aku harus cari alasan, ucap Arin sambil membuka ponselnya diam-diam di bawah meja, karena saat itu pelajaran masih berlangsung.
Ia mengirim pesan pada Om Radit untuk memberitahu bahwa lagunya sudah jadi. Ini adalah alasan tepat untuk menghindar dari Rizky. Tak lama kemudian, pesan masuk dari Om Radit.
Wajah kekecewaan Arin muncul saat pesan berbunyi,
Maaf Arina Ella. Om Radit masih sibuk dengan debut album artis lain. Bagaimana bila lusa?
Arin jengkel karena alasan yang sudah begitu tepat untuk kabur dari Rizky tidak mendukung. Akhirnya Arin membalas pesan setuju untuk bertemu Om Radit saat lusa.
🎹
Ketika jam menunjukkan pukul tiga, bel pulang sekolah berbunyi.
Tiba-tiba badannya di senggol oleh Dika yang duduk di sampingnya. "Ciee, yang mau ngobrol sama Rizky," ledek Dika sambil mengambil tas basketnya.
Arin mendengkus keras. "Rizky cerita apa sama lo, Dik?"
"Ada dehh," kata Dika yang memancing amarah Arin. "Dah Arin, gue mau latihan. Nanti kalau udah selesai ngobrol sama, ketemuan di Sugar Cafe bareng Tasya, ya. Kita double date!"
"Dih, yakin banget gue bakal jadian sama Rizky," tukas Arin dengan yakin.
"Ya, yakinlah!" seru Dika yang kemudian pergi meninggalkan Arin di kelas.
Mati deh gue! Jangan-jangan bocoran dari Dika itu bener. Rizky mau nembak gue? Bukannya minta maaf?! gerutu Arin dalam hati yang kini semakin jengkel.
Kemudian Arin terkejut ketika Rizky masuk ke kelasnya. "Ayo," ajak Rizky sambil menarik tangannya. Bila sudah seperti ini Arin mana bisa kabur.
Saat di parkiran motor, Rizky memberi helm pada Arin. "Kita mau kemana sih, Ky?" tanya Arin. "Kirain mau ngobrol di sekolah."
"Nggak. Kita ngobrol di luar," ucap Rizky yang kini sudah di motornya. "Ayo," ajak Rizky sambil menepuk-nepuk jok motor belakangnya. Arin pun mengenakan helmnya lalu duduk di belakang Rizky.
🎹
Entah mengapa jantung Rizky berdegup kencang. Semoga Arin mau memaafkannya. Kini ia mengendarai motor menuju tempat dimana mereka waktu itu bertengkar pertama, danau kota yang sepi itu.
Arin tercengang saat Rizky membawanya ke danau. Dari raut wajah Arin, ia terlihat tidak menyukai tempat ini karena ini kejadian dimana Arin ditinggal sendiri di danau oleh Rizky. Mengingatnya membuat hati Arin terasa pilu.
"Ky? Nggak ada tempat lain?" tanya Arin.
"Aku tahu kamu nggak akan suka tempat ini. Tapi ayo ikut aku," pinta Rizky sambil mengulurkan tangannya.
Arin menatap tangan kosong Rizky dan kemudian menghela napas panjang. Ia sangat ingin marah, namun karena Mamanya yang meminta untuk berbaikan, jadi mau bagaimana lagi?
Kemudian Arin memegang tangan Rizky dan akhirnya mengikutinya.
Kini mereka berdua berada di jembatan danau. Arin menatap pilu bagian pinggir jembatan karena mengingat kejadian saat mereka bertengkar. Melihat raut wajah Arin membuat Rizky semakin tidak enak dengan Arin. Ia tahu dirinya begitu bodoh saat kejadian di pinggir jembatan ini. Ia menyesal tidak ingin mendengarkan penjelasan Arin saat menemukan fotonya dalam tas waktu dulu.
"Arin," panggil Rizky, "aku tahu di sini kejadian tempat kita bertengkar waktu itu. Aku benar-benar minta maaf. Tasya dan Dika sudah menjelaskan semuanya."
Arin mengerjap. Kemudian ia merasa air matanya akan jatuh, kemudian Arin hanya merundukkan kepalanya agar Rizky tidak melihat dirinya yang sedang menangis.
"Aku minta maaf, aku nggak tahu lagi harus bagaimana." Arin tidak merespon Rizky. Kemudian Rizky berlutut dan dari bawah ia melihat Arin sedang menangis dengan kepala yang ditundukkan. "Arin aku benar-benar minta maaf, perkataanku waktu itu salah. Aku menyebut kamu perempuan murahan, perempuan gampangan. Karena sebenarnya yang murahan itu aku, apalagi saat aku mempercayai foto yang Keisha kasih."
Arin tetap menangis dalam tundukkan kepalanya. Kini Arin dipenuhi kekecewaan juga sakit hati. Ia tidak bisa menjawab apa-apa. Arin sebenarnya ingin memaafkan Rizky. Sangat ingin. Namun yang Arin pikirkan, bila mereka telah bermaafan, nantinya mereka kembali bersahabat, dan akhirnya Arin kembali jatuh hati dengan Rizky. Arin sudah lelah untuk jatuh hati dengan Rizky untuk kedua kalinya.
"Arin," panggil Rizky lagi, "aku harus apa agar kamu mau maafin aku?" Kini Rizky merasa ingin mengulang kejadian waktu itu. Dari situ, Rizky tiba-tiba mendapatkan ide.
"Aku menyesal karena waktu itu tidak mendengarkan penjelasan darimu. Jadi..." Rizky membuka bajunya dan menaruh tas punggungnya sembarang.
Arin terkejut dengan apa yang dilakukan Rizky saat ini. "Rizky, kamu mau ngapain?" tanya Arin yang akhirnya berani berbicara.
"Aku ingin mengulang kejadian waktu itu, dimana aku basah kuyup, aku menemukan foto itu, lalu kali ini aku akan mendengarkan penjelasan kamu."
Arin membelalakan matanya dan mengggeleng kepalanya," Ky, jangan!"
"Kamu nggak perlu ikut nyebur ke danau, cukup aku saja."
"Rizky, kamu sudah gila?!" seru Arin yang kini panik. "Pakai bajumu lagi," ucap Arin sambil memungut baju yang tadi Rizky telah jatuhkan.
Kini mata Rizky terlihat berkaca-kaca juga berwarna merah. "Aku harus mengulang kejadian waktu dulu! Harus! Aku menyesal, Arin!" seru Rizky dengan nada tinggi juga ada sedikit isakan terdengar dari suara Rizky. "Gara-gara aku tidak mau mendengarkan penjelasan kamu, aku telah melewatkan semuanya. Aku melewatkan dimana kamu telah kembali bermusik, aku juga melewatkan dimana kamu akan punya Mama baru!"
Kini Rizky menyeka air matanya sendiri dengan lengan di dekat siku. Ini pertamakalinya Arin melihat Rizky menangis setelah sekian lama. Terakhir Rizky menangis saat Papanya meninggal. Tak lama kemudian, Rizky berjalan ke pinggir jembatan untuk menyeburkan dirinya ke dalam danau agar bisa mengulang kejadian waktu dulu.
Sebelum Rizky menjatuhkan dirinya ke dalam air, Arin menjatuhkan bajunya yang tadi ia pungut lalu berlari memeluk Rizky erat dari belakang. Kini tubuh Arin merasakan dinginnya kulit Rizky. Ada sedikit gerakan melawan dari Rizky, namun Arin semakin mengeratkan pelukannya untuk menahan Rizky.
"Kamu nggak perlu ngulang kejadian waktu kita basah kuyup. Yang tejadi biarkan lah. Karena percuma juga bila kamu mengulang kejadian waktu itu tidak akan mengubah segalanya," jelas Arin yang masih memeluk Rizky.
Dalam tangisannya, Rizky berbalik kemudian memeluk balik Arin. Arin pun mengeratkan pelukannya. "Aku menyesal Arin. Aku butuh kamu," ucap Rizky dengan lemah, "kamu benar-benar sahabat terbaikku dan aku nggak biasa kalau nggak ada kamu," kata Rizky dengan terisak-isak.
Arin mengelus halus punggung Rizky."Aku maafin kamu," ucap Arin dengan lega. "Aku juga minta maaf karena ide berpacaran dengan Dika adalah hal bodoh yang pernah kulakukan untuk menghindar dari kamu."
"Aku yang bodoh Arin, bukan kamu," kata Rizky membenarkan.
"Kita berdua sama-sama salah. Sama bodoh," ucap Arin sambil menghapus air mata Rizky. Mereka pun sama-sama dalam bungkam. Keadaan sekeliling menjadi sunyi kecuali suara jangkrik yang terdengar dari semak-semak yang ada di pinggir danau.
Arin menghela napas panjang. "Aku boleh minta sesuatu?" tanya Arin.
"Apa pun! Demi menebus kesalahanku," ucap Rizky dengan wajah yang sangat serius.
Kini Arin merunduk dan melihat baju Rizky yang masih berada di bawah. "Pertama, aku minta kamu pakai baju kamu dulu," ucap Arin sambil menunjuk baju Rizky.
Rizky menurut dan kini memungut dan memakai bajunya. "Lalu?"
"Permintaan kedua. Aku pingin kamu minta maaf dengan Dika dan Tasya. Sekarang," pinta Arin.
"Sudahku lakukan kemarin," jawab Rizky.
Arin menaikan alisnya ke atas seolah bertanya: "Serius?"
"Benar Arin. Kamu boleh telepon mereka sekarang," jawab Rizky meyakinkan Arin.
"Oke, oke. Aku percaya," ujar Arin yang menahan Rizky untuk mengambil ponsel dari sakunya. "Terakhir. Aku minta, kamu tetap sahabatan sama mereka. Cukup kalian bertiga saja," jelas Arin dengan hati yang sebenarnya sedikit ragu.
"Lalu kamu?" tanya Rizky yang bingung dengan permintaan keiga Arin.
"Aku nggak bisa bersahabatan dengan kamu, Ky. Aku nggak bisa," ringis Arin.
"Arin! Nggak bisa gini!" elak Rizky. "Kenapa?" tanya Rizky.
"Karena bersahabat denganmu akan membuat perasaanku kembali muncul," jawab Arin jujur.
🎹 🎹 🎹
Jangan lupa tinggalin v o t e kalian
Luff yaa,
Shabrina Huzna😘
Instagram: shabrinafhuzna