Arina Ella

By ShabrinaHuzna

123K 4.3K 153

COMPLETED✅ 🎥Yuk, tonton Trailernya di Chapter pertama sebelum baca ((: --- Arina Ella gadis SMA yang merupak... More

Introduction 1 - VIDEO TRAILER
Introduction 2 - PLAYLIST
P r o l o g
1. Competition Preparation
2. The Concert Tickets
Get to Know the Characters
3. Their Secret
4. Rehearsal
5. The Unexpected Concert
6. Bad Dreams
7. All Those Letters
8. Dinner with Rizky
Instagram @arinaella
9. Back to School Again!
10. Debate
11. Debate (Again)
12. Me, You, and Good View
Instagram @arinaella Announcement
13. We're Eleven Grader!
14. Keisha
Update: Thankies & Title Update
15. Jealous
16. Tasya's Pom Pom
17. Sugar Cafe
18. Gossip, Gossip, Gossip
19. Matchmaker
20. Lucky
21. Arina's Last Name
22. The Real Keisha
23. Dad's Secret
24. Need a Prove
25. Completely Forgot
26. Elitta Friska
27. Embarrassing Morning
28. Drama
29. It's Over
30. Today is the Day
31. The Almost Fight
32. Officialy
33. Forget and Throw It
34. Too Much Hope
35. Suspicious
36. Splash!
37. Mess
38. Everything Changed
39. Dear Bunda
40. Dad's Secret (2)
41. Miss Becomes Missing
42. "Don't call me your Bro!"
43. The Fight
44. So Complicated
45. Dad's Secret (3)
46. Dad's Truth
47. One by One
48. First Plan
49. Let's Talk
50. Plan that Unplanned
51. "What Did You Call me?"
52. Surrounded by Cheers
53. Fix the Next Problem
54. Lullaby Song
55. Good News
56. Studio Music
57. An Awkward Dinner
58. My Lyrics Editor
59. The Biggest Regret
61. Sorry Arina Ella (1)
62. Too Emotional
63. So Warm
64. Sorry Arina Ella (2)
65. Good News for Dad
66. Seventeen!
67. Gold Dresses
68. The Engagement Day
69. It's You!
Epilog
My New Romance Story

60. Song Revision

1K 40 0
By ShabrinaHuzna

Heyooo! C o m m e n t  nya dungg jangan lupaa :3

🎹 🎹 🎹

Di dalam mobil Arin memiliki perasaan tidak enak karena tadi melihat Rizky bersama dengan Tasya. Padahal waktu itu Rizky marah dengan Tasya yang berpacaran dengan Dika.

Apa Rizky sudah memaafkan Tasya yang berpacaran dengan Dika?

Bila iya, mengapa Rizky tidak memaafkan Arin juga?

"Non," panggil Pak Pram, "kita sudah sampai."

Arin mengerjap dan melihat studio rekaman sudah ada di depan mobil. "Oke, nanti Arin kabari  kalau Arin sudah selesai," ujar Arin.

"Non jangan lama-lama, ya. Pak Pram disuruh untuk mengantar Pak Bagas malam ini," jelas Pak Pram.

Yang tadinya Arin hendak keluar, kini ia menarik pintu mobilnya. "Lho? Ayah mau kemana?" tanya Arin.

"Pak Bagas sama Tante Ita ada rapat di luar kota. Pak Bagas minta Bapak untuk ikut."

Arin mengerutkan dahinya. Lalu besok-besok siapa yang akan mengantarkannya ke sekolah? Duh, pasti Mama Rizky bakal nyuruh Rizky buat nganterin gue, gerutu Arin dalam hatinya.

"Umm.. Ya sudah deh, Pak," kata Arin.

Kemudian Arin keluar dari mobil dan langsung menelepon ayah. Saat telepon tersambung, Arin berbicara, "Ayah rapat berapa hari?" tanya Arin dengan nada sedikit syok.

"Pak Pram udah kasih tahu kamu, ya?" tanya ayah dari seberang telepon, "Baru saja Ayah mau ngabarin kamu. Ayah bakal raker tiga hari."

"Tiga hari?!" seru Arin yang syok, "Ayah, Arin lagi di studio sampai malam. Terus Arin gimana pulangnya? Terus tiga hari besok Arin sekolah di antar dan jemput siapa?" tanya Arin dengan nada mengeluh.

Tidak ada respon dari ayah. Apa sambungan telepon terputus?

"Ayah?" Perasaan Arin mulai tak enak. "Jangan bilang Ayah sama Mama Rizky nyuruh Rizky buat antar-jemput Arin?"

"Awalnya Mama Rizky minta begitu. Tapi karena Ayah tahu kamu sedang bertengkar dengan Rizky, jadi Ayah menolak tawaran itu," jelas Ayah.

"Terus?" tanya Arin lagi.

"Ayah minta Tante Lita untuk menjemput kamu malam ini dan tiga hari kedepan,"  ujar ayah yang suaranya terdengar sedikit terbata-bata. "Nggak masalah, kan?"

Arin menghembuskan napasnya dengan lega. "Thanks God! Ya nggak apa-apa lah, Yah. Lebih baik Tante Lita daripada sama Rizky," tukas Arin sambil memanyunkan bibirnya, meski ia tahu ayah tidak melihat raut wajahnya saat ini dari seberang telepon sana.

"Oke. Kalau begitu Ayah suruh Pak Pram untuk pulang, ya. Biar Tante Lita yang jemput kamu di studio."

"Oke, Yah."

"Ayah packing dulu, ya. Good luck buat lagu kamu, Sayang! I love you!"

"Thanks, Dad. I love you too."

Usai di telepon Arin kemudian mengirim pesan pada Tante Lita, memastikan dirinya akan dijemput oleh Tante Lita.

🎹

Kini Arin masuk ke dalam gedung dan bertemu dengan resepsionis yang waktu itu ia jumpai.

"Arina Ella! Pak Radit sudah menunggu kamu. Langsung ke studio rekamannya saja," ujarnya.

"Oke," jawab Arin yang kemudian berjalan. Saat sampai di depan ruangan yang biasa disebut dapur ruangan, Arin membuka pintu lalu masuk.

Ia melihat Om Radit bersama dengan kru-kru yang kemarin telah berkenalan dengannya.

"Arina!" panggil Om Radit. "Om sudah dapat email kamu," ujarnya sambil menunjukkan kertas berisi lagu Arin yang sudah dicetak.

"Jadi, bagaimana hasilnya?" tanya Arin dengan girang.

"Om suka liriknya!" Kini Arin melompat-lompat kecil karena kegirangan. Lalu tiba-tiba ia berhenti sambil mengingatkan dirinya sendiri.

Act pro, Arina! tegurnya dalam hati.

"Kamu mahir dalam puisi, ya," puji Om Radit.

"Oh, bukan Om. Soal lirik, Arin dibantu dengan teman ayah, dia editor novel."

"Wah, berarti nanti kita perlu memasukkan namanya sebagai pencipta lirik," ucap Om Radit. Kemudian  Arin menjawab dengan anggukan.

"Liriksudah oke, tapi mungkin ada sedikit kurang dibagian nada."

Seketika semangat Arin menciut ketika Om Radit mengatakan itu. Bagi Arin nada itu sudah sangat sempurna, apa yang kurang? Arin sedikit kecewa dengan dirinya.

"Ayo kita perbaiki sekarang," ajak Om Radit. Kemudian Arin bersama Om Radit dan kru lainnya mulai mencoba-coba mencari nada yang lebih cocok lagi.

Bila ada perubahan pada nada, otomatis lirik juga harus ikut diubah. Ini akan menjadi sore yang panjang.

🎹

Waktu berlalu begitu cepat hingga Arin tidak sadar bahwa sekarang sudah malam. Nada yang pas berhasil ditemukan dan kini waktunya Arin pulang

Kini Arin sedang berdiri di depan gedung, menunggu Tante Lita. Arin menatap langit yang sudah gelap. Bintang-bintang saat ini tidak terlalu banyak, namun bulan bersinar cukup terang malam ini. Arin menghembuskan napasnya dengan lega. Ia begitu senang dengan hasilnya di studio musik hari ini berjalan dengan lancar. Entah mengapa kegiatannya tadi membuatnya lupa dengan Rizky.

Ia merasa masalah dengan Rizky lenyap dari benaknya. Hanya dirinya dan musik.

Mungkin benar yang Bunda ucapkan waktu dulu: Musik adalah terapi dari segala masalah.

"Arin kangen Bunda," gumam Arin yang tersenyum sambil membayangkan bunda.

Kemudian lamunannya terhenti ketika ia melihat mobil silver milik Tante Lita. Tante Lita membuka jendela mobil. "Ayo masuk. Kita makan dulu, yuk, sebelum pulang," ajaknya.

"Great idea, Tan!" seru Arin sambil membuka pintu mobil dan kini ia duduk di samping Tante Lita.

Setelah menemukan restoran yang dirasa cocok untuk mereka, Tante Lita memarkirkan mobilnya dan kemudian masuk bersama Arin.

"Jadi bagaimana dengan lagunya?" tanya Tante Lita dengan penasaran.

"Liriknya bagus kata Om Radit, tapi nada yang Arin buat sedikit kurang," ucap Arin dengan sedikit lesu.

"Kamu kenapa sedih?" tanya Tante Lita saat melihat wajah lesu Arin.

"Arin minder aja, Tan," ucap Arin.

"Minder bagaimana?"

"Tadi Arin sempat lihat beberapa artis di sana yang mahir dengan musik mereka. Sedangkan Arin, buat lagu aja revisinya begitu rumit."

Tante Lita tersenyum pada Arin. "Arina, kamu sangat berbakat. Kamu tahu itu, kan? Mungkin sekarang ini kamu masih penyesuaian karena kamu sudah lama tidak bermusik," komentar Tante Lita pada Arin.

"Hmm, mungkin benar," kata Arin sambil mengingat terakhir ia bermusik itu kelas sepuluh awal. Sekarang ia sudah kelas sebelas, maka bisa dibilang ia hampir setahun tidak bermusik.

"Kamu nggak perlu khawatir. Tante akan bantu kamu dalam merevisi lirik," ujarnya sambil tersenyum. "Bagaimana besok sore?"

"Boleh!" seru Arin dengan semangat.

"Oke, Tante akan ke rumah kamu," ucap Tante Lita.

"Yes! Makasih, Bunda," ucap Arin yang spontan. Lalu ia tersadar telah salah memanggil Tante Lita dengan panggilanBunda.

Lita kini membeku di kursinya. Ada perasaan hangat setelah Arin memanggilnya dengan sebutan Bunda. Lita tahu Arin telah salah memanggilnya, namun entah mengapa rasanya ia begitu senang. Jadi seperti ini rasanya dipanggil Bunda oleh seorang anak.

"Umm, ma-maaf Tan," ucap Arin dengan terbata-bata karena melihat wajah Tante Lita yang begitu syok dipanggilnya seperti itu.

Tante Lita mengerjap. "Tidak apa," jawabnya sambil tersenyum. Padahal Tante Lita senang dipanggil seperti itu. Andai Arin benar memanggilnya seperti itu.

Setelah salah memanggil, keadaan pun menjadi kikuk diantara mereka. Arin kini menyalahi dirinya sendiri. Apa ia benar-benar merindukan bunda sehingga ia salah memanggil?

🎹 🎹 🎹

Mihihi, pada nggak sabar lagunya ya?

Sabar ya, sabar. Nanti pasti ditunjukkin lagunya.

Luff yaa,
Shabrina Huzna😘

Instagram: shabrinafhuzna

Continue Reading

You'll Also Like

4.7M 344K 28
Apa jadinya jika kamu batal menikah? Undangan sudah disebar dan segala persiapan sudah matang. Tinggal menunggu hari saja, tapi mempelai prianya mala...
659K 35K 93
VERSI BARUNYA DITERBITKAN OLEH BIBLIOPUBLISHING. SEBAGIAN PART TELAH DI HAPUS. Alena Nathalia Saudad harus bernasib buruk ketika bertemu de...
494K 20.5K 44
Menceritakan sepasang kekasih saling mencintai namun hubungan mereka ditentang oleh ayah Raehan, entah apa alasanya merekapun tidak tahu. suatu hari...
190K 18.3K 43
Adya Naindra Benedict laki-laki ceria yang membuat semua orang disekelilingnya tertawa, Ia memiliki prinsip untuk hidupnya tidak ingin mengenal cinta...