Heyoo!
Selamat malam minggu. Kalau kalian baca ini berarti tandanya kalian lagi malam mingguan sama Wattpad, nih.
Ciee, tenang aja kalian nggak sendiri. Ada Shab di sini, unchh..
Ohiya jangan lupa tinggalin v o t e kalian, luf ya!
🎹 🎹 🎹
Esok harinya keadaan di sekolah menjadi berbeda. Kedekatan Arin dan Tasya membuat Rizky dan Dika kebingungan.
Kini di kelas IPA, Tasya terlihat senang tidak seperti biasanya. Ia merasa lega telah berbaikan dengan Arin. Ia juga senang pada dirinya sendiri karena mau membuka hatinya untuk mendengar penjelasan dari Arin. Bila saja ia masih menutup hatinya, ia tidak mungkin akan mendengarkan penjelasan sebenarnya dari Arin.
Rizky yang duduk di sampingnya menatap Tasya bingung karena ekspresinya yang tampak bahagia. "Tasy, kamu sama Arin..."
"Ya, aku baikan sama Arin. Kenapa? Ada Masalah?" tanya Tasya dengan alis yang bertautan.
"Tasya," ucap Rizky dengan nada bicara ditekan, "dia udah jadian sama pacar lo— maksud gue mantan pacar lo."
"Dia punya alasan soal itu," jelas Tasya dengan cuek.
"Dan lo percaya dengan alasannya?" tanya Rizky yang sebenarnya tidak bisa disebut sebagai pertanyaan karena nada meremehnya.
"Iya," tegas Tasya.
"Memang apa alasannya?" tanya Rizky penasaran.
Tasya tidak mungkin menjelaskan bahwa Rizky lah alasan mengapa Arin berpacaran dan putus. Ia merasa tidak punya hak untuk menceritakan hal ini. Harus Arin. Lalu Tasya mencondongkan badannya pada Rizky dan berkata, "Kalau lo mau tahu, tanya dia langsung."
"No way!"
"Ky, please kasih dia kesempatan buat jelasin."
"Nggak akan pernah, titik!"
Tasya mendengkus keras karena kesal dengan sifat keras kepala Rizky. "Terserah lo, deh," ucapnya dengan nada malas.
Beberapa menit kemudian Tasya melihat dari jendela kelasnya Keisha yang sedang berjalan sambil tertawa dengan teman-temannya. Melihat geng itu —terutama Keisha—membuat Tasya muak. Ia tidak menyangka, semua ini Keisha lakukan untuk balas dendam dengan dirinya dengan ketiga sahabatnya.
Gara-gara Keisha, hubungannya dengan Dika kini berakhir.
Hmm, Dika?
Mengapa ia memikirkan si kapten basket itu. Tidak-tidak, singkirkan itu dari benakmu, Sya, batinnya menegaskan dirinya sendiri.
🎹
Tak hanya Rizky yang mengintimidasi Tasya, Arin pun juga sama diintimidasi oleh Dika di kelas. "Kemarin gimana? Kalian benar-benar sudah baikan?"
Arin mengangguk tersenyum.
"Syukurlah. Lalu apa dia bercerita soal, umm... Soal gue?"
Arin mendesah. "Dia cerita. Tapi dia bener-bener masih marah sama lo, Dik. Maaf ya gue nggak bisa bikin Tasya mau maafin lo," ucap Arin yang kini menjadi tidak enak.
"Ya sudahlah, biarin aja," ucap Dika dengan nada lesu.
Arin kini menatap Dika dengan penuh prihatin. Baru saja Dika menjalin hubungan, dan sekarang sudah putus dengan Tasya.
Lalu terlintas di benak Arin soal Keisha. Ia masih tidak percaya Keisha yang mengambil foto itu dari tong sampah dan memberikannya dengan Rizky. Sebegitu besarnya kah perasaan dendam Keisha dengannya. Kini tergerak dari dalam hati Arin untuk melakukan suatu hal.
"Dik, gue ke toilet dulu, ya," alibi Arin. Dika menjawab dengan anggukan.
Kini ia berjalan keluar kelas dan pergi menuju kelas sepuluh IPA. Tanpa banyak ragu, Arin masuk ke kelas begitu saja. Adik-adik kelas yang tadinya sedang bersenda gurau kini menjadi hening saat Arin yang masuk menghampiri segerombolan anak populer di kelas itu.
"Keisha," panggil Arin.
Keisha yang tadinya sedang tertawa kini terhenti dan menatap Arin. Arin pun memberi tatapan seolah berkata: "Ayo keluar." Sambil memasang wajah ketus, Keisha mengikuti Arin keluar dari kelas.
Saat keduanya telah berada di luar, Arin menarik napas panjang. Ini benar-benar tidak direncanakan, tapi Arin tetap akan berbicara dengan Keisha. "Keisha, aku tahu kamu yang ngasih foto itu ke Rizky," kata Arin.
Keisha kini melipat kedua tangannya di depan dada dengan wajah yang penuh angkuh.
Karena tidak ada komentar apa-apa dari Keisha, Arin pun kembali berbicara. "Aku nggak masalah kalau kamu mau merusak hubungan aku sama Rizky."
Keisha memutar kedua bola matanya seolah tidak peduli dengan perkataan Arin selanjutnya. Ia merasa sudah menang dalam permainan balas dendam ini.
Lalu Arin lanjut berbicara, "Tapi kalau rencana kamu itu sampai merusak hubungan temen aku juga—Dika dan Tasya— aku nggak bisa terima!"
"Terima aja balasannya. Toh, kalian udah ngerusak hubungan Keisha dengan Kak Rizky," ucap Keisha dengan nada meninggi.
"Pfft," Arin tersenyum miring, "memang kalian udah jadian?"
"Hampir," ucap Keisha dengan sedikit ragu.
"Nggak usah kepedean, Sha," ujar Arin dengan nada meremeh. Wajar saja bila Arin percaya diri seperti ini, karena ia tahu saat itu Rizky masih menyukainya—meski sekarang sudah tidak lagi.
"Udahlah, Kak! Bilang aja Kak Arin nggak suka kalau Keisha menang," kini Keisha menyentak.
"Menang?" Arin mengerutkan dahinya. "Memang kita lagi kompetisi, huh?!"
"Iya," jawabnya sambil tersenyum miring pada Arin.
"Terus apa hadiahnya? Rizky?" tanya Arin sambil melipat kedua tangannya depan dada. "Kalau kamu mau ambil Rizky, silakan! Tapi ingat, karma akan datang. Pas nanti kamu udah jadian sama Rizky, ingat kamu pernah ngerusak hubungan seseorang. Mungkin nantinya hubungan kalian juga bisa rusak."
Kini wajah Keisha memerah karena marah. Ia kesal dan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dengan segera ia masuk ke kelas meninggalkan Arin sendiri.
Dari luar kelas Arin menatap tajam Keisha. Semua teman-temannya mencoba menenangkan Keisha yang kini dengan wajah cemberut. "Sabar, Sha."
"Tenang, Sha," ucap salah seorang temannya sambil mengelus-elus rambut panjang Keisha.
Arin menarik napas dengan lega, karena masalah dengan Keisha akhirnya terselesaikan. Lalu saat Arin berbalik badan, ia melihat Dika yang sudah berdiri di belakangnya. "Dika?"
"Rin, jadi Keisha yang ngasih foto itu ke Rizky?"
Arin mengangguk, "Tapi tenang aja, dia nggak akan ganggu kita lagi sepertinya." Lalu Dika melihat Keisha yang sedang cemberut dari luar kelas.
"Thank you, Rin," ucap Dika sambil tersenyum.
"Sama-sama. Dan sekarang saatnya lo coba ngomong sama Tasya, ya," pinta Arin.
Dika merundukkan kepalanya, "Gue nggak bisa sekarang."
"Lo bisa. Gue tahu dilubuk hati Tasya yang paling dalam, dia masih sayang sama lo, Dik," ucap Arin sambil memengang bahu Dika untuk menguatkannya.
Namun sayangnya disaat momen Arin menguatkan Dika, Dewi Fortuna tidak memihak pada Arin dan Dika karena kini ada Rizky yang sedang menatap mereka dengan sinis. Jelas itu bukan wajah cemburu lagi. Arin tahu itu adalah wajah kekecewaan dan marah Rizky. Dengan segera Arin menarik tangannya dan merunduk karena takut menatap Rizky.
"Dasar cewek genit," gumam Rizky.
Mendengar gumaman Rizky membuat Arin berani mengangkat kepalanya untuk menatap Rizky tajam. "Lo bilang gue apa?!"
🎹 🎹 🎹
Maaf Shab lagi-lagi bikin kalian gereget. Udah ah, lanjut aja chapter berikutnya aja :*
Luff yaa,
Shabrina Huzna😘
Instagram: shabrinafhuzna