REALLY?

By Rosidahdivyanka

159K 7.6K 1.5K

Cuek bukan berarti nggak peduli. Cuek bukan berarti nggak sayang. Tapi cuek itu sebagian dari memperhatikan. ... More

chapter 1
chapter 2
chapter 3
Chapter 4
chapter 5
PEMERAN
Chapter 6
Aura & Dito
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
TheRempong
Chapter 11
Chapter 12
chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
DI FOLLOW YA ^^
Chapter 16 (A)
Chapter 16 (B)
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
INFO
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44

Chapter 28

1.7K 67 0
By Rosidahdivyanka


•~•~•~•




"Dit, dipanggil Mis Nayna. Katanya suruh temuin dikantor," kata Sintia, teman sekelasnya.

"Loh? Mis Nay udah masuk?" tanya Dito bingung. Kemaren kan Mis Nay baru menikah, dan sekarang dia sudah masuk sekolah. Apa dia tidak mengambil cuti untuk beberapa hari?

"Udah. Noh ada dikantor. Buruan temuin," suruh Sintia lagi.

Meski bingung, Dito tetap mengiyakan perintah itu. Mungkin Mis Nay memanggilnya untuk membahas masalah lomba teater yang akan diadakan tiga hari lagi, pikir Dito.

"Iya. Thanks ya infonya," ucap Dito yang diangguki Sintia.

Setelah kepergian Sintia, Dito segera berbalik untuk berpamitan pada Aura.

"Ra," panggil Dito. Aura menoleh, menatap Dito dengan tatapan bingung seolah berkata kenapa Dit?

Dito berjalan menghampiri Aura.

"Gue mau ke kantor nemuin Mis Nay," kata Dito setelah mereka berhadapan.

"Masalah lomba lagi?" tanya Aura. Dito menaikan bahunya tidak tau.

"Mungkin. Gue juga nggak tau," jelas Dito. Aura mengangguk paham.

"Yaudah sana. Kenapa harus izin segala coba?" omel Aura.

"Izin salah, nggak izin salah. Nasib cowok tuh emang gini ya, selalu salah dimata cewek. Dan ya, ceweklah yang paling benar didunia ini," kesal Dito dengan jawaban Aura.

Aura terkekeh, tidak menganggap ucapan Dito itu benar-benar.

"Iya dong, cewek emang paling benar didunia ini. Udah sana temuin Mis Nay," perintah Aura.

"Iya," jawab Dito kemudian berlalu meninggalkan Aura untuk menemui Mis Nay.



🍁🍁🍁



Bel masuk baru saja berbunyi, Aura mendesah pelan. Sudah dua jam Dito pamit untuk menemui Mis Nay, tapi sampai sekarang belum kembali juga. Dia kemana?

"Ra?" panggil Riri yang menyadari bahwa Aura sepertinya tengah memikirkan sesuatu.

Aura yang terkejut seketika menatap kikuk kearah Riri yang sekarang menatapnya bingung.

"Kenapa apanya? Gapapa kok," jawab Aura berusaha tenang. Riri tidak boleh tau bahwa sekarang dia tengah memikirkan Dito yang beberapa jam lalu pergi dan sekarang dia sudah panik, bisa-bisa Riri akan mengatakannya 'lebay'.

"Yakin?" tanya Riri memastikan. Aura mengangguk mantap.

"Iya,"

"Bagus kalo gitu. Gue ke kamar mandi dulu ya, lo mau ikut nggak?" tanya Riri.

"Mager," jawab Aura singkat. Riri memutar bola matanyanya malas.

"Gue ke kamar mandi dulu. Daahh Aura cans," pamit Riri tak lupa dengan ledekan khasnya.

"Baru tau kalo aku emang cans?" tanya Aura bangga. Riri jadi menyesal sudah mengatakannya cans.

"Najong," teriak Riri membuat Aura terkekeh.

Kepergian Riri bersamaan dengan kedatangan Dito kekelas. Aura menghela napas lega melihat kehadirannya. Bukan karena rindu, tapi entah kenapa tiba-tiba Aura merasa khawatir. Sebenarnya kekhawatirannya tanpa sebab sih.

Dengan langkah cepat Aura segera menghampiri Dito untuk menanyakan apa yang dilakukannya hari ini sampai butuh waktu berjam-jam hanya untuk menemui Mis Nay.

"Dit," panggil Aura menghentikan langkah Dito.

Dito menoleh, menatap Aura dengan tatapan datar.

"Gue capek, kalo mau tanya nanti aja. Gue mau istirahat," kata Dito seakan tau maksud Aura. Mendengar itu, Aura hanya bisa pasrah. Mungkin Dito memang lelah.

"Iya," jawab Aura singkat kemudian berbalik untuk kembali duduk ditempatnya semula.

Melihat kepergian Aura, dalam hati Dito tidak tega tapi mau bagaimana lagi Dito sedang lelah, daripada nanti mereka bertengkar. Lebih baik Dito menyuruh Aura untuk tidak mengganggunya, karena dia memang sedang lelah. Nanti Dito akan bicara pada Aura setelah rasa lelahnya hilang.

Maaf sayang, semoga kamu ngertiin ya, batin Dito menatap kepergian Aura.



🍁🍁🍁



"Ra, gue boleh duduk samping lo?" tanya Dito. Aura mengangguk.

"Iya,"

Setelah mendapat persetujuan dari Aura, Dito segera duduk dikursi yang berada tepat disamping Aura.

"Sorry kalo omongan gue tadi nyakitin lo," ucap Dito memecah keheningan. Aura berfikir sejenak, sebelum akhirnya menjawab.

"Iya gapapa," jawab Aura.

"Soalnya gue tadi capek banget. Dan gue nggak mau karena ini, kita jadi berantem," jelas Dito berharap Aura mengerti.

"Iya, aku paham kok," jawab Aura lagi.

Aura tau bahwa itu tujuan Dito tidak mau bicara padanya. Ketika bertemu Aura, tidak mungkin bagi mereka untuk tidak bertengkar. Meski hanya pertengkaran kecil dan berlangsung sesaat, tetap saja bila bertemu mereka selalu bertengkar. Dalam kondisi lelah Dito bisa saja jadi sosok yang pemarah, makanya Dito menghindari bicara pada Aura saat kondisinya sedang lelah.

Dito menghela napas lega setelah mendengar jawaban Aura. Syukurlah Aura bisa memahami keadaan ini.

Hening sesaat, baik Aura maupun Dito keduanya sama-sama diam sibuk dengan pikirannya masing-masing. Hingga akhirnya Dito memilih untuk angkat suara lebih dulu.

"Gue ada kabar gembira," kata Dito membuat Aura menghentikan aktivitasnya kemudian beralih menatap Dito lurus.

"Apa?" tanya Aura penasaran.

"Lomba teaternya nggak jadi tiga hari lagi. Diundur minggu depan," ucap Dito. Membuat Aura berbinar.

"Wah, berarti kamu bisa datang keacara pernikahan Papa kamu dong?" tanya Aura antusias.

"Tetap nggak bisa, 'kan selisihnya cuma sehari sama pernikahan Papa," sesal Dito.

"Udah gapapa, Papa kamu 'kan ditemenin Ola sama kak Degas," ucap Aura menenangkan. Bukannya membuat Dito tenang, pernyataan Aura justru membuat Dito tertawa geli.

"Kak Bagas Ra, bukan kak Degas," koreksi Dito sambil terkekeh.

"Maksudnya itu haha," tawa Aura, dalam hati dia malu setengah mati. Bagaimana dia sampai lupa dengan nama kakaknya Dito? Astaga Aura malu sekarang.

Dito terus saja tertawa, tanpa menyadari bahwa sekarang Aura tengah menatapnya jengah. Dasar menyebalkan! Terus saja tertawakan Aura sesuka hati.

"Lanjutin aja ketawanya sampe besok pagi," kesal Aura akhirnya.

Kata-kata Aura seketika membuat Dito terdiam, menatap Aura dengan tatapan serius.

"Iya iya maaf," kata Dito.

Aura diam membuat Dito juga ikut diam.

"Jawab napa? Suaranya abis?" tanya Dito kesal. Aura menahan dirinya untuk tidak tertawa.

"Ra--"

"Iya dimaafin," potong Aura cepat. Dia tidak mau memperpanjang masalah ini.

"Haha, thanks sayang," kata Dito kemudian mengusap wajah Aura sayang. Astaga! Aura baper.

"Apaan sih? Udah ah, mau makan," kata Aura sebelum tubuhnya semakin bereaksi. Dengan langkah seribu, Aura meninggalkan Dito yang terkekeh geli karena sikapnya.

"Astaga cewek gue baper," kata Dito sambil terkekeh geli.



🍁🍁🍁



"Lo yakin mau nungguin gue latihan teater? Latihannya lama loh," entah sudah berapa kali Dito menanyakan pertanyaan yang sama pada Aura. Aura sampai bosan mendengarnya.

"Iya loh Dito! aku mau nemenin kamu latihan, kenapa sih kayak nggak suka gitu?" kesal Aura.

Dito menarik napas sebelum menjawab pertanyaan Aura. Sabar. Itu kunci utama saat dia sedang berbicara pada Aura. Belakangan kondisi emosional Aura selalu naik turun tidak bisa ditebak, Dito harus selalu sabar menghadapinya.

"Bukan gitu, tap--"

"Kalo nggak boleh yaudah. Aku pulang," ketus Aura membuat Dito akhirnya pasrah.

"Nggak gitu, Ra. Yaudah kalo itu mau lo, lo boleh ikut. Nggak usah ngeluh kalo nanti pulangnya sore," ancam Dito, Aura tersenyum senang mendengarnya.

"Iya, janji nggak bakal ngeluh," jawab Aura cepat.

"Yaudah, sekarang ayo ke Aula," ajak Dito yang diangguki Aura. Setelah anggukan itu, Aura dan Dito pun berjalan menuju Aula.



🍁🍁🍁



"Hai Dit, hai Ra," sapa Salsa saat mereka sudah sampai di Aula.

"Hai Sal," jawab Aura dan Dito bersamaan.

"Kalian darimana?" tanya Salsa basa-basi.

"Dari kelas," jawab Aura.

"Latihannya belum dimulai, Sal?" tanya Dito menyadari bahwa keadaan sekitar masih sepi.

"Belum. Tau tuh lama banget, harusnya 'kan sekarang udah dimulai," papar Salsa.

"Mungkin bentar lagi mereka datang," kata Dito yang diangguki Salsa.

"Sambil nunggu mereka, gimana kalo kita latihan dulu?" usul Salsa.

"Bareng mereka aja deh, gue masih capek," jawab Dito sekenanya.

"Oh gitu.Yaudah kita latihan dialognya aja gimana?" kekeh Salsa.

"Tapi Sal--"

"Udah gapapa, cuma dialognya doang kok," potong Aura sebelum Dito menyelesaikan ucapannya.

Kalau Aura sudah mengatakan demikian, mau tidak mau Dito harus menurut. Bukannya Dito takut, Dito hanya tidak mau memperpanjang masalah hanya dengan berdebat dengan gadis keras kepala seperti Aura. Menurutnya itu hanya membuang waktu saja, jadi lebih baik dia menurut.

Yaallah gue capek! Kesal Dito dalam hati.

Disisi lain.

Thanks Ra, batin Salsa menang.

"Iya," serah Dito akhirnya. Aura dan Salsa tersenyum puas mendengarnya.

"Ayo Sal," ajak Dito.

"Aura?" tanya Salsa.

"Aku duduk disini aja. Gapapa kok, kalian latihan aja," jawab Aura cepat.

"Yakin?" tanya Dito. Aura mengangguk.

"Yaudah gue sama Salsa latihan dulu ya," pamit Dito. Lagi-lagi Aura mengangguk.

Setelah kepergian Salsa dan Dito, Aura duduk dan menyibukkan diri dengan memainkan ponsel. Ini lebih baik daripada dia bosan sendirian.

Dari kejauhan Aura memperhatikan Salsa dan Dito, mereka sibuk dengan dialog masing-masing.

Ada sesuatu yang Aura tangkap dari tatapan Salsa. Gadis itu terus memperhatikan Dito saat berdialog.
Tatapan itu berbeda dari tatapan biasanya. Apa Salsa menyukai Dito?

Pertanyaan itu seketika terlintas dipikiran Aura. Hanya beberapa detik karena detik selanjutnya pikiran itu segera dibuang jauh oleh Aura. Dia tidak ingin berfikir macam-macam tentang Salsa. Mungkin memang dalam dialog tatapan seperti itu ada.

Setelah menghilangkan pikiran buruk itu, Aura kembali mengfokuskan pikirannya ke ponsel yang sekarang sedang dipegangnya.

Dua jam berlalu, Salsa dan Dito masih sibuk dengan dialognya masing-masing. Aura? Dia sudah mulai bosan. Dan ya, dia lapar.

"Yaampun, laper. Apa dito masih lama?" tanya Aura pada dirinya sendiri.

Mengesampingkan
rasa laparnya, Aura kembali mengalihkan pandangannya untuk menatap Dito. Masih seperti sebelumnya, Dito sibuk dengan dialognya tapi tiba-tiba...

Cup.

Salsa mengecup pipi Dito. Hal itu sontak membuat Aura seketika memelot tidak percaya. Mendadak hatinya menjadi panas. Dia hanya bisa diam membeku ditempat tidak bisa mengatakan apa-apa. Apa yang Salsa lakukan? Apa dia lupa kalau ada Aura diantara mereka? Mereka anggap apa Aura?

"Sal, apa-apaan sih? Jijik tau nggak," kesal Dito kemudian menjauh dari Salsa. Salsa yang tidak sadar dengan apa yang baru saja dilakukannya langsung mendekati Dito. Dia tidak mau kalau Dito salah paham.

"Dit, So-sorry. Gue--"

"Udah Sal, latihan hari ini cukup sampai sini. Gue capek gue mau pulang," kata Dito kemudian berlalu pergi tak peduli dengan Salsa yang sekarang tengah terisak.

Di sela langkahnya, Dito teringat Aura, gadis kesayangannya. Apa Aura melihat adegan tadi? Astaga Dito harus mengatakan apa sekarang? Kenapa juga Salsa dengan seenaknya mencium pipinya, dia tidak akan memaafkan Salsa kalau Aura sampai marah padanya.

Dengan langkah tergesa-gesa Dito berjalan kearah Aura. Gadis itu membalikkan tubuhnya kearah belakang. Baguslah berarti tadi dia tidak melihat kejadian itu, batin Dito.

Meski sedikit gugup, Dito akhirnya memilih untuk duduk disamping Aura. Dan..

Apa ini? Kenapa Aura menangis?

"E-lo kenapa nangis?" tanya Dito panik. Apa Aura melihat kejadian tadi? Tamatlah riwayatnya sekarang.

Tidak ada jawaban dari pertanyaan itu, hal ini membuat Dito harus mengajukan pertanyaan yang sama.

"Ra, lo kenapa?" tanya Dito lagi.

"YANG KENAPA ITU KAMU! KAMU SAMA SALSA TADI NGAPAIN? AKU LIAT SEMAUNYA!" Aura berteriak menumpahkan semua uneg-uneg yang sejak tadi berusaha ditahannya.

Tidak bisa dipungkiri lagi, bahwa saat ini Aura benar-benar marah padanya. Air mata yang sejak tadi berusaha ditahannya juga lolos begitu saja. Dito harus apa sekarang?

"Ra--"

"Udah diem! Aku mau pulang," kata Aura kemudian berlalu. Dito tak mau tinggal diam, ia juga ikut beranjak untuk mengejar Aura.

"Ra tunggu, gue bisa jelasin," teriakan Dito tidak membuat Aura bergeming, dia terus saja berjalan tanpa memperdulikan teriakan itu sama sekali. Hari ini dia benar-benar kesal pada Dito.

"Ra, plis dengerin gue dulu," kata Dito yang berhasil menghentikan langkah Aura.

"Kamu nggak perlu jelasin apa-apa karena aku udah liat semuanya. Kamu boleh jelasin temuin aku kalo kamu udah nggak jadi peserta lomba ini," tegas Aura kemudian menghapus air matanya.

"Maksudnya? Gue harus keluar dari peserta lomba ini?" tanya Dito terkejut dengan permintaan Aura.

"Iya," jawab Aura tegas.

"Oke, gue bakal keluar," jawab Dito akhirnya. Tidak sepenuhnya jawaban itu benar-benar akan dilakukan Dito, karena Dito tau saat ini Aura tengah emosi. Percuma jika dia bersikeras untuk menjelaskan. Sekuat apapun Dito akan menjelaskan, gadis itu pasti tidak mau mendengarnya. Jadi lebih baik untuk saat ini dia menurut saja.

"Gue anter lo pu--"

"Nggak perlu aku bisa pulang sendiri," potong Aura cepat. Dito tidak mau mencegah keinginannya ini. Baiklah jika ini keinginannya, Dito tidak akan melarang. Saat Aura sudah tenang nanti, barulah Dito akan berbicara padanya.

"Aura marah ya?" pertanyaan seseorang membuat Dito menoleh.

Dito menoleh menatap si pemilik suara jengah. Salsa. Orang yang sudah membuat Aura marah besar padanya. Apa sebelum menciumnya tadi dia lupa kalau ada Aura didekatnya? Dasar bodoh.

"Puas lo?" kesal Dito kemudian berlalu meninggalkan Salsa yang masih terkejut dengan jawabannya.

"DIT, GUE BISA JELA--"

"NGGAK ADA YANG PERLU LO JELASIN!" teriak Dito kesal.

Mendengar itu Salsa hanya bisa diam tak tau harus melakukan apa. Besok dia akan menemui Dito untuk meminta maaf dan menjelaskan semuanya. Dia juga akan meminta maaf pada Aura.



🍁🍁🍁





Bigluv,
Rosidah❤

Lampung, 14Juli2018



Continue Reading

You'll Also Like

3.9M 231K 59
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
557K 37.8K 41
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...
5M 214K 52
On Going ā— Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
13.8K 3.6K 108
[END, PROSES REVISI] Love, sad, humor, dan konspirasi berkumpul di sini. Pertemuan singkat nan konyol yang dialami oleh lelaki dingin dan gadis meny...