REALLY?

By Rosidahdivyanka

159K 7.6K 1.5K

Cuek bukan berarti nggak peduli. Cuek bukan berarti nggak sayang. Tapi cuek itu sebagian dari memperhatikan. ... More

chapter 1
chapter 2
chapter 3
Chapter 4
chapter 5
PEMERAN
Chapter 6
Aura & Dito
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
TheRempong
Chapter 11
Chapter 12
chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
DI FOLLOW YA ^^
Chapter 16 (A)
Chapter 16 (B)
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
INFO
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44

Chapter 27

1.7K 67 3
By Rosidahdivyanka

•~•~•~•

Tepuk tangan terdengar begitu meriah saat seorang wanita baru saja selesai menyanyikan sebuah lagu pada resepsi pernikahan Mis Nayna sore ini.

Wanita berbalut dress berwarna biru muda senada dengan sepatunya itu berhasil membuat semua tamu undangan berdecak kagum dengan suara indah yang dimilikinya.

"Suaranya bagus," komentar Aura sambil terkekeh.

"Iyalah. Emangnya lo, nggak punya bakat apa-apa. Pinter enggak, ada bakat juga enggak. Terus apa kelebihan lo?"ejek Dito membuat Aura menyesal sudah mengatakan ini padanya.

Kamu cantik kok sayang. Walaupun nggak pinter haha, ucap Dito dalam hati.

"Nggak tau!" kesal Aura dengan kata-kata Dito tadi. Dia mengejeknya atau apa sih? Dasar menyebalkan!

"Lo tuh nggak peka banget sih Ra, romantis dikit kenapa," kesal Dito dengan jawaban Aura.

Mendengar itu, Aura mengernyitkan dahinya bingung.

"Maksudnya?" tanya Aura tidak mengerti dengan perkataan Dito. Dito baru saja mengejeknya dan sekarang dia merajuk dengan mengatakan bahwa Aura tidak peka. Apa-apaan coba, seharusnya yang merajuk itu kan Aura bukan Dito. Kenapa ini jadi Dito?

"Seharusnya waktu gue bilang 'terus apa kelebihan lo' lo tuh harus jawab gini 'kelebihan gue cuma buat mencintai dan menerima kekurangan kamu' eakk," jelas Dito membuat Aura semakin tidak mengerti dengan kata-katanya.

"Maksudnya apa sih?" kesal Aura.

"Dasar oon. Noh baca ulang! Gue malas jelasinnya," suruh Dito.

Aura menatap Dito dengan tatapan bingung. Meski begitu dia tetap melakukan apa yang Dito ucapkan.

"Iya tunggu aku baca. Tapi kalo masih nggak nyambung gimana? Kamu jelasin lagi ya, sampe aku paham," jawab Aura yang entah sejak kapan ikut gesrek.

"Kalo udah lo baca ulang masih nggak nyambung, mending lo pulang jebur sumur," kesal Dito. Aura tertawa geli mendengar obrolan mereka yang entah kemana arah tujuannya.

"Dih apaan coba nggak lucu," komentar Aura karena Dito semakin tidak jelas.

"Nggak lucu lah, gue kan nggak lagi ngelawak," jawab Dito santai. Kemudian mengajukan pertanyaan pada Aura.

"udah paham belum?" tanya Dito.

"Udah," jawab Aura cepat. Dito tersenyum meremehkan. Dia tidak yakin Aura benar-benar memahami ucapannya secepat itu.

"Apa coba?" tanya Dito memastikan.

"Seharusnya aku bilang gini kan ke kamu, 'kelebihan gue cuma buat mencintai dan menerima kekurangan kamu' gitu kan?" tanya Aura. Dito menghelas napas pasrah. Percuma saja bicara panjang lebar pada Aura, dia tidak akan memahami apa yang sedang dibicarakan.

"ITU SAMA AJA LO NGULANG APA YANG GUE OMONGIN AURA DIANRY FARANISAAA," kekesalan Dito akhirnya meledak. Aura cemberut mendengarnya.

"Ya gimana loh Dito? Aku nggak paham," Aura jadi kesal juga sekarang.

"Makanya jangan kebanyakan makan micin biar nggak oon. Males gue jelasinnya. Percuma juga gue jelasin ini ke lo, nggak akan pernah nyambung sampe kapan pun.Yang ada nanti gue kesel sendiri," kata Dito kemudian berpaling dari tatapan yang semula menatap Aura kini beralih menatap kedepan.

"Nyebelin tau nggak!" ketus Aura karena Dito mengabaikannya.

"Bodo," balas Dito.

"Kalo pacarnya oon itu diajarin kek biar pinter. Bukannya diejek kayak gini," kesal Aura kemudian memainkan ponselnya.

"Males gue ngajarin lo," ketus Dito.

Tak ada jawaban dari Aura. Gadis itu sibuk dengan ponselnya. Entah apa yang dilakukannya, Dito sendiri tidak tau dan tidak ingin tau.

"Lo dengerin gue nggak?" tanya Dito.

"Ng--" jawaban Aura seketika terhenti di tenggorokan saat pembawa acara kembali bersuara.

"Dari murid nya Bu Nayna nggak ada yang mau nyanyi nih?" tanya pembawa acara itu.

Tak ada jawaban. Semuanya diam, sibuk dengan pikirannya masing-masing. Sepertinya mereka sudah mulai bosan dengan acara ini. Mereka disini sejak tadi pagi sedangkan sekarang hari mulai sore.

Tasya selaku ketua kelas dengan cepat mengkoordinir teman-temannya untuk kembali fokus pada acara.

"Guys, ada yang mau maju nggak?" tanya Tasya berharap ada yang bersedia.

"Gue nggak berbakat," celetuk Nando.

"Sama gue juga," sahut seseorang lagi.

"Sama gue juga,"

"Sama gue juga,"

"Gue juga"

dan...

Semua jawabannya sama. Dasar tidak kreatif.

"Bukan nggak berbakat. Tapi pada malu. Padahal biasanya malu-maluin," kata Dito membuat semua orang seketika beralih menatapnya.

"Dih kok kalian natap gue gitu?" tanya Dito merasa tidak nyaman dengan tatapan yang diberikan teman-temannya.

"Lo emang nggak malu?" tanya Tasya yang masih tekejut dengan respon Dito saat teman-temannya tadi menolak untuk bernyanyi kedepan.

Dito berfikir sejenak. Dia mengingat-ingat ucapannya tadi. Dan....

Oh yaampun! Kenapa dia bisa bicara seperti itu? Sekarang Dito harus apa?

"Dit, jawab! Emang lo nggak malu?" pertanyaan Tasya berhasil membuat Dito tersadar dari lamunannya.

"Enggak," jawab Dito spontan. Dia sudah memikirkan jawaban ini sebelumnya.

Dia akan menggunakan cara ini untuk berbaikan dengan Aura. Aura kan sedang marah padanya. Sudah beberapa jam Aura tidak mengajaknya bicara, Dito sudah tidak tahan lagi dengan sikapnya itu. Lihat saja apa yang akan dilakukan Dito setelah ini.

"Bagus kalo lo nggak malu. Kedepan gih sana nyanyi," suruh Tasya.

"Nggak ada yang mau nyanyi nih? Momen kayak gini nggak akan terulang lagi loh," kata sang pembawa acara yang ternyata masih menunggu jawaban dari mereka.

"Dit, udah gih sana lo maju aja. Katanya lo nggak malu," suruh Tasya terkesan memaksa.

"Iya iya, gue bakal maju. Tapi sama Aura, kalo nggak sama Aura gue nggak mau," jawab Dito menyetujui permintaan Tasya tapi dengan sebuah syarat.

"Yaudah sana, lo bilang aja sendiri. Aura kan cewek lo," jawab Tasya santai.

"Nggak bisa. Gue sama dia lagi--"

"Oh gue paham. Pantes dari tadi kalian diem aja, ternyata ini penyebabnya," potong Tasya yang mengerti maksud Dito.

"Makanya gue minta tolong sama lo, bujuk gih dia buat nemenin gue nyanyi. Biar dia nggak marah lagi, gue nggak berani takut semakin marah nanti," jelas Dito panjang lebar. Tasya terkekeh mendengarnya.

"Dih, enak banget lo. Cari kesempatan dalam kesempitan," komentar Tasya, Dito tertawa renyah.

"Haha, abisnya gue bingung," ucap Dito tak lupa diiringi tawa.

"Serah lo dah," kata Tasya.

"Jadi mau bantuin nggak? janji deh ntar gue nyanyi," Dito berusaha merayu Tasya. Sedangkan Tasya tidak punya pilihan lain selain mengikuti kemauan Dito.

"Iya gue bantuin," serah Tasya membuat Dito tersenyum menang.

"Thanks Sya, lo baik deh," jawaban Dito.

Tasya mengangguk kemudian berjalan menghampiri Aura yang tengah mengobrol bersama Riri, Safa, Lissa dan yang lainnya.

Semoga saja Aura menyetujui permintaannya ini, doa Tasya.

"Ra, gue mau ngomong sesuatu sama lo. Bisa?" tanya Tasya saat mereka sudah berhadapan. Ada Riri, Safa, Lissa dan yang lainnya disamping Aura. Apa Tasya mengganggu mereka?

"Bisa Sya, ngomong apa?" tanya Aura antusias. Sepertinya ini penting.

"Tapi gue ganggu kalian nggak?" Tasya balik bertanya.

Aura dan yang lainnya spontan menggeleng, mengisyaratkan 'tidak'

Tasya menghela napas lega melihatnya.

"Kami perlu pergi?" tanya Riri, barangkali Tasya ingin membicarakan hal yang penting pada Aura.

"Nggak. Kalian disini aja gapapa kok. Ini bukan masalah penting," jawab Tasya santai, Riri dan yang lainnya pun mengangguk.

"Kamu mau ngomong apa, Sya? Masalah kado? Kadonya udah aku kasih ke adiknya Mis Nay, nanti dia yang ngasihin. Kembaliannya ada sama aku, besok ya disekolah. Nggak aku bawa soalnya," jelas Aura panjang lebar. Tasya menggeleng, bukan itu yang ingin dia bicarakan pada Aura.

"Gue bukan mau bahas masalah itu. Masalah kado gue percaya sepenuhnya ke lo. Sekarang gue mau bahas masalah lain," jawab Tasya, membuat Aura bingung.

"Masalah apa?" tanya Aura penasaran walaupun dalam hati dia masih bingung dengan maksud Tasya.

"Jadi gini..." Tasya menceritakan semuanya secara detail. Semoga Aura bisa mengerti dan bersedia menemani Dito nanti.

"Dito yang nyuruh kamu?" tanya Aura, yang sudah bisa dipastikan jawabannya adalah 'iya'. Aura tau itu.

Tasya mengangguk membuat Aura menghela napas kasar.

"Lo mau kan?" tanya Tasya lagi. Dalam hati dia berdoa semoga saja Aura mau.

Aura tidak menjawab, dia terlihat berfikir sejenak.

"Demi kelas kita, gue mohon," pinta Tasya. Sebenarnya tanpa Tasya harus memohon padanya, Aura pasti akan mengiyakan permintaan itu.

"Ra?" Tasya membuyarkan lamunan Aura.

"Iya aku mau," jawaban Aura membuat Tasya seketika menghela napas lega. Syukurlah Aura menyetujuinya.

🍁🍁🍁

Dito memilih lagu berjudul A whole new world untuk dinyanyikannya kali ini. Aura sendiri hanya bisa menggerutu dengan lagu pilihan Dito. Bukannya apa, Aura hanya hapal dibagian reff saja, selebihnya dia tidak hapal.

"Kenapa harus lagu ini sih? Aku cuma bisa reff nya tau," protes Aura.

"Yaudah lo diem aja. Yang nyanyi kan gue, tugas lo cuma nemenin," kata Dito membuat Aura sebal.

"Masa aku cuma diem aja didepan," kesal Aura lagi.

"Emang kenapa kalo cuma diem aja? Lo kan bisa pura-pura nyanyi nanti. Udahlah ayo maju," ajak Dito.

"Iya iya. Ayo!" kesal Aura, namun akhirnya memilih untuk menurut.

Setelah perdebatan kecil itu, Aura dan Dito pun maju kedepan.

Musik yang mengiri sudah dimulai. Dito sudah bersiap untuk bernyanyi. Aura juga sudah berdiri tepat disampingnya.

Dito mulai menyanyi. Semua pandangan beralih menatapnya.

I can show you the world
Shining, shimmering splendid
Tell me, princess, now when did
You last let your heart decide?

I can open your eyes
Take you wonder by wonder
Over sideways and under
On a magic carpet ride

A whole new world
A new fantastic point of view
No one to tell us no
Or where to go
Or say we're only dreaming

A whole new world
A dazzling place I never knew
But when I'm way up here
It's crystal clear
That now I'm in a whole new world with you

Now I'm in a whole new world with you

Unbelievable sights
Indescribable feeling
Soaring, tumbling, freewheeling
Through an endless diamond sky

A whole new world (Don't you dare close your eyes)
A hundred thousand things to see (Hold your breath, it gets better)
I'm like a shooting star
I've come so far
I can't go back to where I used to be

A whole new world (Every turn a surprise)
With new horizons to pursue (Every moment, red-letter)
I'll chase them anywhere
There's time to spare
Let me share this whole new world with you

A whole new world (A whole new world)
That's where we'll be (That's where we'll be)
A thrilling chase
A wondrous place
For you and me

Dito sudah selesai dengan lagunya.
Semua bersorak ria tak lupa dengan tepukan tangan sebagai apresiasi penampilan Aura dan Dito sore ini. Siapa sangka ternyata Dito memiliki suara yang indah sayangnya mereka baru tau itu sekarang.

Dito dan Aura mengucapkan terima kasih kemudian memberikan mikrofon itu pada pembawa acara.

Sambil melempar senyum, Aura dan Dito menuruni panggung. Semua pandangan terarah pada mereka. Aura yang menyadari itu pertama kali berusaha bersikap tenang, meskipun dalam hati dia menahan rasa malu dan ingin cepat-cepat duduk.

"Suara lo boleh juga Dit," puji Nando, Dito hanya menatap datar temannya itu tanpa berminat untuk menanggapinya.

"Sejak kapan lo punya bakat nyanyi Dit," tanya Safa penasaran.

"Bakat apaan sih? Gue nggak ada bakat apa-apa," jawab Dito datar.

"Iye Dit iye," kesal Nando.

"Wah Dit suara lo bagus banget, sumpah. Kalo nggak karena acara ini, kayak nya gue nggak akan pernah tau kalo lo itu punya suara emas," puji Tasya berlebih.

"Kalian ini kenapa sih? Suara gue itu biasa aja. Nggak ada bagus-bagusnya malah. Jadi nggak usah lebay deh," jawab Dito seadanya.

"Ih, bagus gitu," Tasya masih bersikeras pada pendapatnya.

"Udahlah Sya, percuma lo puji dia. Nggak ada guna!" timpal Rommi.

"Nah itu Rommi benar. Nggak ada yang perlu kalian puji dari suara gue tadi. Jadi stop bahas masalah ini," kata Dito pada teman-temannya.

"Daripada debat, mending kita pulang. Capek nih gue, udah sore juga," ajak Anya, teman sekelas Dito.

"Iya gue setuju kalo pulang," tambah Dito.

"Yang lain juga pada setuju kali. Bukan cuma lo aja," sahut Tasya.

"Yaudah, tunggu apa lagi. Ayo kita pamit sama Mis Nay," ajak Nando, yang tentu saja diangguki teman-temannya.

"Iya ayo," jawab Tasya kemudian mengajak teman-temannya untuk menemui Mis Nay yang masih duduk dipelaminan bersama suami dan orang tuanya.

🍁🍁🍁






NEXT NGGAK NIH?
WKWK

YANG MAU NONTON VIDIO AURADITO NYANYI LANGSUNG CEK IG KU YA

@rsdh.story

(Tapi Blum aku post wkwk)



Bigluv,
Rosidah❤

Lampung, 09Juli2018


Continue Reading

You'll Also Like

109K 6.3K 50
Semua rencana yang Allah berikan memang tidak pernah ku duga, aku di pertemukan dengan seorang gadis yang tak lain adalah putri dari sahabat abi ku s...
192K 7.1K 33
Siapa yang meminta untuk dilahirkan? Siapa yang meminta untuk menjadi alasan seseorang menghilang? Siapa yang meminta di perlakukan tidak adil sepert...
257K 10.2K 43
Andai aku bisa meminta satu permintaan maka aku akan meminta supaya waktu berhenti ketika kita bersama ~Salsa Khairana Al-Bar Kamu adalah perempuan y...
2.3M 122K 53
[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan den...