Enemy But Friends

By dnar13

79.9K 3.7K 333

DIUSAHAKAN UPDATE SETIAP HARI. DISINI HARAM KEDATANGAN PLAGIATOR. [..SEMUA PART DIPRIVATE, HARAP FOLLOW DINDA... More

Perhatian
1 - Mimi Peri
2 - Panci Gosong?!
3 - Surprise
4 - Gak bokong!!
5 - Red Blood
6 - Generasi Micin
7 - Imut imut apa amit amit?!
8 - Kampretol Lejatos
HAPUS?
9 - Mimpi Buruk
10 - Si Lonte
UU AA
12 - Jongos
13 - BESOK ALFIAN MATI!!
Cast
14 - Wanita Murahan
15 - Nitip Kondom
16 - Pacarnya Alfian
Pilih, please?
17 - Dikenyot-kenyot
18 - Yakin
19 - Pekerjaan Paling Mulia
20 - Karma Itu Nyata!
21 - Milik Gue!
22 - Hidup Mario Alfian!
23 - Hewan Buas?
24 - Manusia Berbulu Hijau
25 - Muka Pasaran
26 - Latihan ASIAN Games
27 - Tuan Rubah
28 - Calon Istri?
29 - Alergi Disakitin
30 - Awal Segalanya
31 - Sangat Membosankan
32 - Rafi Gila!
33 - Jenguk Caroline
34 - Danau Caro?
35 - Terungkap
36 - Buku Diary Roy
37 - Ingatan yang Buruk
38 - Taruhan
39 - Taruhan Akan Dimulai
40 - Menang atau Kalah?
41 - Berita Hot Pagi
42 - Dia kenapa?
43 - Mabok Tayo
44 - Acara Pertunangan(1)
45 - Acara Pertunangan(2)
46 - Penjelasan
47 - Pengakuan
48 - Diandra?
49 - Cemburu
50 - Ajakan Shinta
51 - Complicated
52 - Sakit Hati
53 - Hari Pertama Ujian
54 - Tak Sengaja Bertemu
Casting tambahan
55 - Ketemu Lagi?!
56 - Mulainya Niat Awal
BACA
57 - Teror?
58 - Waktunya Berhenti
59 - A Hope
60 - Pengajian
61 - Classmeet
Penting

11 - Sahabat

1.3K 72 4
By dnar13

~Sahabat sama seperti Bhinneka Tunggal Ika! Walaupun berbeda-beda, tapi tetap satu juga. Itulah kita, harus bersatu, akan bersatu, dan selalu bersatu. Selamanya!~
***

'Plakk

Semua orang terkejut termasuk Caroline sendiri yang terdiam terperangah menatap seseorang didepannya yang melindungi tubuhnya. Alfian.

Alfian tadi berlari dengan cepat menghadang hingga wajahnya yang mendapat ciuman manis dari telapak tangan siswi itu.

"Lo gak berhak nampar dia! Karena, semua ucapan dia memang ada benarnya. Semuanya!! Gue mau tau tanya sama kalian semua yang ada disini!! APA KALIAN TIDAK JIJIK MELIHAT SISWI YANG BERTINGKAH SEPERTI BIDUAN SEKOLAH INI?!" tanya Alfian dengan menatap mereka semua.

"JAWAB AJA JUJUR, GAK AKAN DIGIGIT KOK!" timpal Caroline.

Semua siswa yang mendengar itu membuat mereka mengangguk, dan menjawab 'Ya' secara serempak.

Alfian, Caroline, dan lainnya menyeringai puas.

"See?"

"Are you hear?"
tanya Alfian dan Caroline dengan bersamaan.

Siswi itu menggepalkan tangannya dengan penuh emosi yang ingin meledak, "Kalian belum tau gue siapa ya?"

Caroline mengernyit, "Tau kok, biduan jablay yang miskin belaian kan? Yang beraninya cuma menindas siswa culun."

Siswi itu menatap tajam manik mata coklat indah Caroline, " Gue Diandra! Orang tua gue donatur terbesar disekolah ini! Sedangkan lo? Ahh pasti orang miskin."

"Orang tua lo kan yang donatur? Bukan lonya kan? Masih mending sih gue miskin harta, daripada lo...miskin belaian," ejek Caroline dengan tersenyum mengejek.

"Kuhamil duluan sudah tiga bulan gara-gara pacaran tidurnya berduaan. Kuhamil duluan sudah tiga bulan gara-gara pacaran suka gelap-gelapan...." Dora dan Mackie dengan serempak bernyanyi mengejek siswi itu.

Caroline tertawa mengejek. Begitu juga dengan semua siswa yang memperhatikan mereka.

"Setelah ini lo, dan babu-babu lo gak akan bisa ketawa lagi! Ingat itu!" Siswi itu--Dinandra--mengajak dayang-dayangnya pergi dengan wajah yang memerah menahan marah karena baru pertama kali mereka dipermalukan didepan umum seperti ini. Mereka takkan melepaskan orang yang sudah berani dengan mereka sebelum menderita.

"Oh btw, nama gue CAROLINE GISELLE AUDISON!! Ingetin yaw!! Biar kalian tau nama dari orang yang MENGELUARKAN KALIAN dari SEKOLAH INI kalo orang itu minat!! teriak Caroline dengan keras agar mereka bisa mendengar ucapannya.

Tampak Diandra dan dayang-dayangnya terdiam menegang mendengar ucapan Caroline barusan, namun dengan segera mereka melanjutkannya.

Caroline yang menyadari itu menyeringai puas, Dia fikir ia akan takut? Tidak. Sama. Sekali.

Semua siswa membubarkan diri, dan kembali melanjutkan kegiatan masint-masing.

"Heh, bisul. Pipi kiri gue jadi merah nih gara-gara lo! Tanggung jawab!" Ujar Alfian dengan tak terima pipi kirinya yang baru terasa mengenyut setelah sibuk memperhatikan Diandra, wanita yang mengejar-ngejarnya, yang dimulai sekarang ia akan menunjukkan bendera perang, karena sudah malas dengan tingkah Diandra yang selalu ingin menarik perhatiannya.

Caroline menatap pipi kiri Alfian yang memang benar-benar memerah, lalu tertawa.
"Mungkin tuh si lonte make cat merah sebelum nampar."

"Lo kata pipi gue dinding?" tanya Alfian dengan tak terima lagi.

"Bukan, bangunan."

"Yaa, dinding bangunan!" ejek Dora dan Mackie dengan menatap Alfian mengejek.

"Apa lo, kutu?!"

"Apa lu, bocah?!"
tanya Dave dan Rakha dengan membentak pada Dora dan Mackie yang tersentak kaget mendengar bentakan mereka.

"Ya, apa!"

"Apa geh!"

"Lo itu--"

Mulai lah pertengkaran lagi yang membuat Caroline pusing mendengarnya.

"Udah, udah. Mending kita makan, sebelum jam pelajaran mas--"

'Triiinggg

"...uk," sambung Caroline setelah bunyi bel masuk itu dengan datar. Yah, keburu masuk.

"Yah kan, keburu masuk! Elo sih, Helek!" Dora menyalahkan Dave.

"Lo sih, Om!" Mackie menyalahkan Rakha.

"Kok gue sih?!" tanya Dave dan Rakha dengan bersamaan.

"Widih, paduan su--"

"HEI, KALIAN NGAPAIN MASIH DIKANTIN SAAT BEL MASUK SUDAH BERBUNYI?!!"
Suara menggelegar dari guru yang bertubuh kecil yang pernah mencegat mereka agar tidak kabur dulu saat mereka juga berada dikantin pada saat jam pelajaran mengejutkan mereka.

Mereka menoleh, dan lari kalang kabut ketika melihat guru pria itu berlari cepat mengejar mereka.

"Kabur, kabur!!" teriak Alfian panik.

Mereka berlari keluar kantin melalui pintu satunya, namun terhenti ketika melihat Bu gajah sudah berdiri dengan tangan yang melentang siap memeluk mereka semua.

"Waduh, gimana nih?" tanya Rakha dengan panik. Ia melihat kebelakang, guru kecil itu juga sudah semakin dekat dengan mereka.

"Bu! Ada uang 200 tuh!!" jerit Caroline sembari menunjuk belakang Bu gajah dengan tiba-tiba.

"Mana? mana?" Bu gajah mengikuti arah telunjuk Caroline, dan mencari uang itu.

Caroline segera berlari melewati Bu gajah yang masih sibuk mencari uang itu, namun terhenti ketika menyadari sesuatu.
Kedua teman, dan rivalnya malah dengan polosnya ikut mencari uang itu.

Caroline menepuk judulnya dengan kesal, "Woi! Kabur!! Kok malah ikut nyari uangnya?!"

Seketika mereka tersadar dengan tingkah bodoh mereka yang mengikuti ucapan bodoh Caroline, dan ikut berlari menyusul Caroline yang menuju kelas.

"Loh mana sih uangnya? Katanya ada disin--" Bu gajah menoleh kebelakang, namun kosong melompong. Tidak ada sama sekali siswa yang menjadi target tangkapannya bersama guru kecil itu yang sudah tergeletak mengenaskan dilantai karena sudah lelah berlari.

"Anak-anak itu!!" umpat Bu gajah dengan geram.

***

Caroline mengintip dibalik jendela ada guru atau tidaknya didalam kelas mereka. Setelah benar-benar memastikan tidak ada ia bernafas lega.
"Gak ada gurunya, woi."

"Bagus deh," lega Mackie.

"Eh, memangnya kali ini siapa gurunya?"

"Tetep bapak tadi, bisul. Mangkanya kalo sekolah tuh diniatin! Tentang jadwal aja gak tau, gimana sih lo?" sewot Alfian dengan menatap Caroline sinis.

"Ya gue mana tau, gue kan murid baru!"

"Heh, gue juga murid baru kali!"

"Ya tap--"

"Eh udah, udah," lerai Dave dengan lesu. Ia sudah lelah berlari.

"Badan gede, tenaga seupil," ejek Dora.

"Apa lo bilang?!"

"Badan doang yang lo gedein, tapi tenaga seupil!" ulang Dora dengan lebih mendetailkannya.

"Heh! Buktinya bapak yang ngajar tadi badannya kecil, tapi tenaganya gede!"

"Ya kalo itu mah memang bapaknya yang kuli!"

"Ter--"

Alfian menoel-noel lengan Dave dengan matanya yang ia arah-arahkan kebelakang tubuh Dave mengisyaratkan untuk menatap belakang.
Namun, Dave menepisnya, dan menatap Alfian sinis,
"Apa sih? Gue lagi sibuk nih!"

Caroline dan Mackie menoel-noel pinggang Dora dengan tegang, namun sama seperti Dave, Dora menepisnya, dan menatap sahabat-sahabatnya itu dengan sinis,
"Apa?! Gue lagi berurusan sama nih belis!"

"Terus bapak tadi tenaga kuli, lo apa dong? Tenaga bangunan? Biar kalo lo nikah sama tuh bapak-bapak jelek anaknya dinamain kuli bangunan!"

"Oh, jadi saya tenaga kuli, dan jelek ya?"

"Iya lah! Mangkanya ngaca! Apa perlu gue beliin kaca?!"

"Beliin aja dia kaca, hel! Biar sadar diri dia tuh jelek, galak, tenaga kuli, sok merintah, gak enak dipandang!!" dukung Dora dengan jengkel.

Alfian, Rakha, Caroline dan Mackie bertambah tegang, dan memilih diam seolah-olah tak tau apa-apa, dan tak ikut campur sama sekali.

Demi keselamatan sahabat sehidupnya--yaiyalah sahabat sehidupnya, masa sematinya? Emangnya pas kiamat masih bisa mikirin sahabat? Enggak kan?--, Caroline menoel-noel pinggang Dora lagi dengan diberi sedikit cubitan. Setelah melihat Dora yang menatapnya bertanya sekaligus meringis sakit merasakan cubitan mautnya, ia menunjuk seseorang yang dibelakang Dave dengan kepalanya sembari mengatakan 'itu' tanpa suara.

Dora mengikuti ucapan Caroline, dan dalam sekejap tubuhnya terasa lemas. Itu...bapak yang mengajar tadi.

Dave yang penasaran apa yang diliat Dora hingga membuat wajahna menjadi kusut ikut menoleh kebelakang tubuhnya, dan menjadi menyengir garing.

"Eh, Bapak hehe. Apa kabar, pak? Baiklah, ya pasti. Hehe," ujar Dave dengan tegang. Pasti setelah ini habis nasibnya.

"KALIAN BERDUA LARI KELILINGI LAPANGAN 5 KALI PUTARAN!!" bentak bapak itu dengan wajah yang sangat memerah menahan marah.

Melihat ada sirene bahaya, Dave dan Dora dengan segera mengikuti perintah bapak itu.

Caroline memandang Dora yang berlari menuju tangga untuk kebawah dengan kasihan, setidaknya jika mereka memiliki kesalahan harus mendapat hukuman yang sama. Tiba-tiba ia mendapat ide, dan menatap bapak itu,
"Saya ikut lari, pak!"

"Saya juga, pak!" timpal Mackie.

Bapak itu mengernyit, "Untuk apa kalian ingin ikut berlari? Yang mendapat hukuman hanya mereka."

"Mau itu kesalahan sendiri atau bersama, hukuman harus dijalani bersama! Karena kami...sahabat," jawab Caroline dengan tegas, "Saya permisi, pak!"

Bapak itu, Alfian dan Rakha menjadi salut dengan ucapan dan tindakan Caroline beserta teman-temannya yang menjaga penuh kesolidaritasan. Ini mengajarkan Alfian dan Rakha untuk selalu bersenang dan bersedih bersama dengan sahabat-sahabatnya. Karena, sahabat iu bukan hanya sekelompok orang yang mengobrol ngodal ngadul yang tak jelas dengan nongkrong dimanapun, dan bermain bersama. Tetapi, untuk menjadi sandaran bahagia, sedih, marah, kesal, dll. Karena, sahabat adalah...rumah ketiga setelah sekolah.

Alfian dan Rakha ikut bersemangat, dan memutuskan mengikuti langkah Caroline menuju bawah untuk keliling lapangan.

"Saya lari juga, pak!"

"Saya juga!" ujar mereka dengan semangat saat akan menuruni tangga.

Bapak itu tersenyum ketika melihat tingkah ke 6 siswa itu yang tertawa karena bercanda saat masih berlari.
"Mungkin mereka yang akan menjadi Bee selanjutnya. Mudah-mudahan saja."

***

Caroline ikut berlari dibelakang Dora, begitu juga dengan Mackie.

"Loh, kok kalian ikut lari? Kan gue doang yang dapet hukuman," tanya Dora dengan heran.

"Kita sahabat, Dor. Semuanya dilakukan bersama, dan tidak ada kata pribadi dalam kamus persahabatan kita." Caroline tersenyum tulus.

Mackie mengangguk meng-iyakan, "Sahabat sama seperti Bhinneka Tunggal Ika! Walaupun berbeda-beda, tapi tetap satu juga. Itulah kita, harus bersatu, akan bersatu, dan selalu bersatu. Selamanya!"

Dora menjadi terharu, dan ingin memeluk mereka, namun melihat bapak itu yang masih mngawasi dari atas membuatnya mengurungkan niat, dan menjadinya hanya bisa tersenyum.
"Makasih ya.... Gue gak tau lagi harus bilang apa."

"Itu bilang," ujar Caroline dengan (sok) polos.

"Yee, itu mah beda kali, carrot!"

"Sama aja, Doraemon!"

"Kemarin gue Dora The Eksplora, sekarang Doraemon, nanti apaan?" tanya Dora sarkastik

"Mpok Nori," jawab Mackie dengan menyengir.

Caroline tertawa terbahak-bahak, sedangkan Dora terbelakak tak terima, dan bibirnya yang ia monyong-monyongkan.

"Buah belimbing dimakan kalong, lo persis kambing kalo lagi monyong!" ejek Caroline dengan pantun.

Dora semakin meloto kesal, sedangkan Caroline dan Mackie sudah tertawa terbahak-bahak.

"Seru amat ketawanya, awas lalet masuk gak kerasa. Duluan ya..., bye...." Alfian ber-dadah ria pada mereka bertiga yang cengo. Dan, Rakha ikut ber-dadah ria. Lalu, mereka berlari lebih cepat menuju Dave yang sudah sedikit jauh didepan mereka.

"Kejer, woi, kejer!" ajak Caroline dengan semangat.

"Ayok, ayok!"

"Ya kali gak kuy." Mereka ikut berlari lebih cepat menyusul para lelaki didepannya itu.
Lalu, melewati mereka sembari berdadah-dadah ria.
"Kita duluan ya!"

"Kita tunggu diputaran terakhir!"

Alfian, dan lainnya merasa tertantang dan lebih mencepatkan lari lagi menyusul mereka.
Jadilah, mereka lomba cepat-cepatan selesai diputaran akhir.

~Bahagia itu terkadang didapatkan dengan cara yang cukup sederhana.~

Tbc
Lanjut besok lagi😋😂
Wah, sahabat memang mampu seperti saudara sendiri ya, hingga lupa bila kalian hanya bersahabat bukan sesama saudara😄.

Mau baca part selanjutnya? Vote, komen, bagikan cerita ini ke semua temanmu, keluargamu, sahabatmu, dll ya dan masukkan cerita ini ke reading list kamu! Insyaallah Dinda bakal update setiap hari😉
Terima kasih yang telah melakukan semua syarat agar bisa membaca part selanjutnya❤

Sampai jumpa dipart selanjutnya💋

Regards,
Dinda yang lagi pusing😷😂

Continue Reading

You'll Also Like

461K 52.3K 34
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
768K 68K 44
Setelah kematian ibunya Rayanza yang tadinya remaja manja dan polos. Berubah menjadi sosok remaja mandiri yang mampu membiayayi setiap kebutuhan hidu...
ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

1.9M 103K 57
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
2.3M 124K 53
[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan den...