Jessie Ware - Hearts
Maaf ya udah dua kali lagu Jessie Ware muncul, soalnya selain nge fans, emang lagu-lagunya luar biasa bikin galau (":
Jangan lupa komentar yaa, PLEASEEEEE ((((:
🎹 🎹 🎹
Kini Rizky membuka tas bagian depan dengan perlahan karena takut tasnya akan basah dengan air danau yang masih ada di sekujur tubuhnya. Setelah membuka, ia mengambil sebuah kertas putih yang di belakangnya terdapat sebuah tulisan.
Arin tahu persis tulisan siapa itu dan membuatnya menjadi membeku saat melihatnya. Bagaimana foto usangnya dengan Dika bisa berada di tangan Rizky?!
Raut wajah Rizky terlihat penuh dengan amarah. Kemudian Rizky membalik kertas foto tersebut dan membaca sebuah tulisan yang tadi telah Arin lihat: Best Moment with You -2016-
Setelah membaca, Rizky mengangkat kepalanya dan menatap Arin dengan tajam. Kini Rizky menunjukkan foto di tangannya pada Arin. "Apa ini Arin?!" tanyanya dengan rahang yang mengeras.
Benar dugaan Arin. Terpampang wajah dirinya dan Dika dengan wajah yang begitu dekat pada foto itu. "Ky, aku bisa jelasin semua ini," ucap Arin yang kini memberanikan diri untuk mendekati Rizky.
"Jadi ini alasannya kamu tadi nggak balas-" Rizky enggan menyebutkan kata ciuman karena bahkan itu belum bisa disebut sebagai ciuman bila Arin tidak membalasnya.
Arin memahami apa yang dimaksud oleh Rizky adalah ciuman. "Bukan gitu, Ky. Tadi bibir aku nggak tahu kenapa tiba-tiba beku," jelas Arin yang kini matanya sudah berkaca-kaca karena menahan air mata.
Rizky memasang wajah tidak peduli dengan alasan Arin. "Pantas saja saat tadi aku tanya kamu suka siapa, kamu nggak berani jawab," ucap Rizky dengan sinis. "Kamu suka Dika, huh?!"
Arin menjawab dengan lemah dan juga mata yang penuh air mata. "Ky, dengerin penjelasan aku dulu."
Rizky memotong sambil menunjuk foto Arin dan Dika dengan pemandangan pantai. "Jadi pas liburan di pantai waktu itu, kalian udah pacaran di belakang aku sama Tasya?"
"Rizky, aku sama Dika nggak bermaksud begitu. Tapi sekarang semua udah berubah," jelas Arin yang air matanya kini sudah membasahi pipi. Entah mengapa Arin jadi bingung untuk mulai menceritakannya dari mana.
"Kamu udah bohongin aku! Kamu juga udah bohongin Tasya!" geram Rizky dengan volume maksimal. "Jangan-jangan sekarang kalian masih pacaran dibelakang aku dan Tasya?" tanya Rizky dengan sinis.
"Semua udah berakhir sejak lama," jelas Arin sambil terisak-isak karena tangisannya. "I ended it. Aku sama Dika nggak punya perasaan apa-apa satu sama lain."
"Unbelievable!" tukas Rizky sambil melipat kedua tangan di depan dada.
Lalu Rizky tersenyum sinis pada Arin. "Tapi tenang aja Rin, aku nggak akan kasih tahu ini ke Tasya. Karena apa?!" tanya Rizky yang menatap tajam Arin. "Karena kalau Tasya sampai tahu foto ini, ia pasti bakal marah besar dan putus sama Dika. Jadi intiya, aku peduli sama Tasya, bukan karena peduli sama kamu."
"Oya, satu hal lagi. Soal tadi di danau, anggap aku nggak pernah ngelakuin hal itu, atau bahkan anggap kita nggak pernah sahabatan. Aku tarik ucapan yang tadi ingin kukatakan saat kita di danau!" Rizky memungut tasnya, berbalik, dan pergi meninggalkan Arin sendiri di jembatan.
Arin menangis dengan kerasnya sambil menutup wajahnya karena merasa bersalah dan malu pada dirinya sendiri. Semua terlambat untuk dijelaskan karena Rizky juga tidak ingin mendengar penjelasan darinya.
🎹
Setelah Arin ditinggal oleh Rizky, ia langsung menelepon Pak Pram, meminta untuk menjemputnya di danau. Untunglah Pak Pram pernah ke danau waktu itu, sehingga Pak Pram bisa menjemput Arin di danau.
Saat tiba di rumah, Arin membuka pintu rumahnya perlahan. Bagas yang sudah berada di rumah begitu terkejut melihat anaknya masuk ke rumah dengan rambut dan baju yang basah. Meski wajahnya basah, Bagas tahu air di wajah Arin bukanlah air seperti di bajunya. Bagas tahu itu adalah air mata karena raut wajah Arin menunjukkan kesedihannya.
"Arin," Bagas bangkit dari sofa dan menghampiri Arin, "kamu kenapa?"
Arin menggeleng-gelengkan kepalanya dan mulai menangis tersedu.
Bagas segera memeluk anak semata wayangnya itu, meski dengan bajunya yang basah kuyup. "Kamu bisa ceritain semua sama ayah," ujar Bagas yang kemudian mengecup puncak kepala Arin.
Kecupan itu mengingatkan Arin kembali pada kecupan Rizky tadi di danau. Arin menangis semakin keras dan memeluk erat ayahnya. Setelah itu Arin melepas pelukannya dan pergi dari ruang tamu menuju kamarnya.
Karena panik, Bagas langsung mencari ponselnya untuk menelepon seseorang yang selalu diandalkan disaat Arin seperti ini. Dari tangga Arin melihat ayahnya sudah memegang ponsel. Kini ia tidak jadi ke kamar dan berbalik untuk menahan ayahnya. "Ayah, jangan telepon Rizky."
"Kalau begitu kamu jelasin ke ayah. Kamu kenapa, Sayang?" tanya Bagas yang menaruh ponselnya kembali.
"Arin berantem sama Rizky," ucapnya dengan lemah.
"Jangan-jangan kamu basah kuyup begini karena Rizky?!" tanya Bagas sekali lagi dengan nada yang tidak terima.
"Bukan begitu, Yah. Baju Arin basah karena lain hal, bukan karena Rizky," jelas Arin.
"Perlu Ayah menelepon Tante Anita untuk menegur Rizky?"
"Ayah, tolong jangan katakan apa-apa sama Tante Anita," pinta Arin dengan mata yang masih berkaca-kaca.
Tatapan Arin membuat bagas menjadi lemah dan terpaksa menganggukan kepalanya. "Ayah yakin kalian nantinya akan baik-baik saja," ucap Bagas menenangkan.
"Nggak, kali ini sepertinya nggak akan bisa, Yah," ucap Arin yang menyerah dengan keadaan.
"Oh, Arinaku," Bagas memeluk Arin sekali lagi. "Ya sudah, kamu bersih-bersih diri. Setelah itu kita pergi nonton, bagaimana?" ajak Bagas sambil tersenyum, mungkin film akan menghibur Arin.
"Arin mau di rumah aja," tolak Arin dengan halus.
"Baiklah," ujar Bagas yang pasrah.
🎹
Sekarang Arin berendam di bathtub dengan air hangat yang sudah ditetesi banyak essential oil beraroma lavender. Ia pikir aroma lavender bisa sedikit membuatnya relaks, ternyata tidak. Arin menutup wajahnya dan menangis sekeras-kerasnya. Arin merasakan telapak tangannya menyentuh bibirnya yang dingin.
Kini jari telunjuknya memegang bibir bawahnya. Ia pun semakin menangis karena mengingat ciuman pertamanya harus berakhir seperti ini.
Kejadian hari ini bisa dibilang hampir sempurna ditambah Rizky yang nyaris akan mengungkapkan perasaannya. Namun sayang, dewi fortuna tidak memihak pada Arin hari ini, karena foto itu merusak segalanya.
Arin mencoba mengingat kembali kapan terakhir ia melihat foto itu. Arin sangat ingat dirinya sudah meremas dan membuang foto tersebut di tong sampah. Saat Rizky menunjukkan fotonya waktu tadi, fotonya memang terlihat sudah lecak. Tandanya ada seseorang yang rela memungut dari tong sampah untuk memberikannya pada Rizky.
Orang pertama yang Arin pikirkan adalah Keisha. Yang terakhir ia ingat saat dirinya membuang foto itu Keisha sempat berada di gerbang sekolah yang jaraknya tidak terlalu jauh namun juga tidak terlalu dekat. Lalu terbayang oleh Arin rencana untuk melabrak Keisha dan melawannya. Namun ia tahan karena ia tidak bisa menuduh Keisha sembarangan tanpa adanya bukti atau pun saksi. Ah, semua menjadi kalut! Kemudian Arin memutuskan untuk menyudahi berendam di bathub.
Usai berendam, Arin mengganti piamanya lalu beranjak ke kamar. Seketika ia menjadi lesu saat melihat bingkai foto yang ia pajang di atas laci samping kasurnya. Arin berjalan ke arah laci dan memasukkan bingkai yang terpajang foto Rizky dengan dirinya ke dalam laci. Ia tidak ingin melihat wajah Rizky lagi, karena hal itu hanya akan menambah air matanya semakin membanjiri.
🎹 🎹 🎹
Jangan lupa tinggalin v o t e kalian
Luff yaa,
Shabrina Huzna😘
Instagram: shabrinafhuzna