Nggak tahu kenapa lagu ini bener-bener pas banget momen di chapter ini.
Jessie Ware juara kalau bikin lirik galau (":
🎹 🎹 🎹
Mengapa semua tidak sesuai harapan? Ataukah ini salahku yang terlalu berharap?
-Arina Ella-
🎹 🎹 🎹
Arin tiba di rumahnya dan bertemu dengan ayahnya yang sedang berada di ruang makan, menunggu makanan disiapkan oleh bibi. "Hi sweetie!" sapa Bagas
"Hi Dad!" sapa Arin. "Maaf ya, Yah, kita nggak bisa makan malam bareng sama Tante Lita."
"Nggak apa-apa, sayang."
Kemudian Arin berjalan menghampiri meja makan dengan sedikit bungkuk karena lemas. Emosinya sedang naik turun saat ini karena Rizky. Pertama karena pertengkarannya dengan Elvan, kedua karena tadi meninggalkannya begitu saja tanpa pamit.
Melihat raut wajah Arin membuat Bagas mengernyit."Temen kamu yang tanding basket tapi kok kamu yang lesu?"
Seketika Arin langsung mengubah ekspresinya menjadi senang, meski tidak sepenuhnya. "Nggak Yah, Arin malah seneng." Kini Bagas menatap dengan wajah penasaran. "Soalnya tadi temen Arin tadi jadian. Dika sama Tasya, Ayah tahu, kan?"
"Dika? Ayah kira dia pacarmu," celetuk Bagas sambil menyesap kopinya.
"Enggak lah, Yah! Ayah, kan tahu Arin suka sama siapa," bantah Arin.
"Masih sama Rizky, nih?" tanya Bagas sambil tersenyum meledek.
Arin mengernyit kebingungan. "Memang Ayah ngijinin Arin buat pacaran?"
"Sekarang Ayah percaya sama kamu," ucap Bagas sambil tersenyum pada Arin.
Arin membalas dengan tersenyum terpaksa. Disaat Ayah mengijinkanku, Rizky malah melarangku untuk mendekati cowok manapun. Bahkan pacaran dengan Rizky pun tidak akan mungkin, ucap Arin dalam hatinya dengan kesal.
"Hei! Kamu kenapa, Sayang?" tanya Bagas yang menyadarkan Arin dari pikirannya yang entah dimana.
Arin tersenyum untuk meyakinkan ayahnya. "Nggak apa-apa." Tidak sadar, ternyata makanan sudah ada di meja makan.
"Ayah tahu kamu sedang tidak apa-apa, namun bila ada yang ingin kamu ceritakan, ceritalah dengan Ayah," pintanya lalu menghembuskan napas panjang. "Memang, Ayah bukanlah Bunda. Tapi Ayah akan berusaha sebaik mungkin untuk menjadi Ayah terbaikmu, Swetie."
"Don't say that, Dad. You are my Best Dad," ucap Arin tersenyum dengan wajah terharu.
"Janji untuk cerita segala hal pada Ayah, ya?"
"Oke," jawab Arin meyakinkan ayahnya. Namun tetap saja, ia akan menyeleksi cerita apa yang ingin ia ceritakan pada ayahnya.
🎹
Paginya di sekolah, Arin berpapasan dengan Rizky. Dengan segera, ia menarik siku Rizky. "Ky!"
"Apa?" tanya Rizky dengan dingin.
"Kenapa kemarin lo pulang nggak nungguin gue?" gerutu Arin. "Gue kan jadi nggak enak sama Tasya karena Dika yang nungguin! Lo lupa kalau mereka udah pacaran?!"
Rizky mendecih. "Kenapa nggak minta Elvan aja buat nungguin elo?" ketusnya.
"WHAT?!" Arin menggeleng-gelengkan kepalanya, dengan nada tinggi Arin melanjutkan. "Jadi kemarin marah karena Elvan doang? Emang kenapa kalau gue sama Elvan?! Emang salah banget ya kalo gue mungkin nantinya jadian sama Elvan?!"
Kemudian Rizky menarik Arin ke tempat yang sepi karena takut Elvan datang dan mendengarnya. Saat tiba Rizky menjawab dengan jujur. "Gue mencoba jaga perasaan lo, Arin."
Arin mengerutkan dahinya karena tidak paham dengan maksud Rizky.
Rizky pun melanjutkan. "Lo tahu kan Elvan sebentar lagi mau kuliah. Kan bisa aja Elvan selingkuh dari lo di tempat kampusnya. Gue nggak mau lo sakit hati nantinya, Rin," jelasnya dengan wajah serius.
"Hanya karena alasan itu lo ngelarang gue?" Arin terkekeh pelan. "Ky! Gue udah gede, gue tahu mana yang terbaik buat gue. Gue tahu cowok yang tepat buat gue."
Dan dalam hati Arin melanjutkan kalimatnya, dan cowok tepat untuk gue adalah lo, Ky. Disaat gue mencoba untuk jatuh hati dengan selain lo, gue tidak sanggup. Gue pasti selalu kembali menyukai lo, Rizky.
"Gue peduli sama lo," tutur Rizky dengan lemah sambil menyentuh bahu Arin.
"Kenapa? Kenapa lo peduli sama gue?" tanya Arin. Kini tatapan mata Arin penuh dengan harap. Ia sendiri juga tidak mengerti mengapa ia menjadi berharap lebih seperti ini pada Rizky.
"Gu-gue," Rizky mengehela napas sejenak lalu berkata, "gue peduli karena lo sahabat gue. Tugas gue sebagai sahabat adalah menjaga perasaan lo, Rin."
Jawaban yang dilontarkan membuat hati Arin terasa nyeri, mendengar faktanya Arin hanya sebatas sahabat di mata Rizky.
Mengapa semua tidak sesuai harapan? Ataukah ini salahku yang terlalu berharap? Meski kecewa, Arin tetap berusaha semaksimal mungkin agar tidak terlihat kecewa.
Lalu Rizky melanjutkan perkataannya tadi. "Tapi gue nggak mau jadi orang egois. Kalau lo memang sayang sama Elvan, gue nggak akan larang lo, Rin," ucap Rizky tersenyum tipis.
"Udah ah, nggak penting bahas Elvan. Lagian gue juga nggak suka dia, Ky," tegas Arin dengan sedikit jengkel.
Rizky mendengus pelan karena tidak percaya pada omongan Arin.
"Terserah mau percaya atau nggak," ketus Arin, "yang penting sekarang kita baikan, nggak nih?"
Rizky menjawab dengan anggukan. Lalu ia terkekeh pelan. "Tumben ya kita akur tanpa bantuan orang."
"Iya, ya. Biasanya kan kalau nggak ada Dika, Tasya, kita masih berantem" ucap Arin yang ikut terkekeh.
Kemudian terdengar suara siulan dari lorong sekolah yang membuat Arin dan Rizky penasaran. Saat itu juga mereka menuju lorong sekolah untuk mencari tahu. Ternyata orang-orang sedang menyoraki Dika dan Tasya yang berjalan di lorong sambil berpegangan tangan
"Oh my! Hari patah hati satu sekolah," ucap Arin pada Rizky sambil menyengir.
"Pastinya, sih. Mereka kan ditaksir sama satu sekolah," kata Rizky.
Melihat Dika dan Tasya berpacaran membuat Arin berpikir: Apakah dirinya dengan Rizky bisa seperti itu juga, meski awalnya sahabat?
Kini Dika dan Tasya sudah berada di dekat Arin dan Rizky. "Oh my, pasangan kapten basket dan cheerleader kita!" seru Arin yang menyoraki pasangan di depannya.
"Wiih, pajak jadian dong!" pinta Rizky sambil terkekeh.
"Tenang aja, kalian berdua kebagian pajak jadian," ucap Tasya.
"Seriously?" tanya Arin tidak menyangka.
"Makan siang kalian, kita yang traktir," ucap Dika dengan sombong sambil merangkul Tasya.
"Asiiik, sekarang berani rangkul-rangkul depan kita, ya," tukas Rizky sambil emlipat kedua tangannya di depan dada.
"Kalau iri tuh bilang aja, Ky. Rangkul aja tuh Arin," titah Dika dengan senyum meledek.
"Oke," ucap Rizky dengan santai merangkul Arin. Kini Arin diam membeku namun tatapan matanya masih tajam tertuju pada Dika.
"Ciee Arin, betah banget ya dirangkul Rizky," ledek Tasya pada Arin. Sepertinya Tasya sudah memiliki misi dengan Dika untuk menyomblanginya dengan Rizky.
"Apaan, sih!" seru Arin kesal sambil melepas rangkulan Rizky.
"Arin lucu deh kalau salah tingkah," ucap Tasya yang semakin terlihat sedang menyomblanginya.
"Rizky juga tuh," tujuk Dika pada wajah Rizky.
Dika dan Tasya sama-sama terkekeh melihat kedua sahabatnya di hadapannya diam, kaku, dan kikuk satu sama lain.
🎹 🎹 🎹
To be continued...
Jangan lupa tinggalin v o t e kalian
F o l l o w juga yaa Wattpad shabrinafhuzna
Luff yaa,
Shabrina Huzna😘
Instagram: shabrinafhuzna