REALLY?

By Rosidahdivyanka

159K 7.6K 1.5K

Cuek bukan berarti nggak peduli. Cuek bukan berarti nggak sayang. Tapi cuek itu sebagian dari memperhatikan. ... More

chapter 1
chapter 2
chapter 3
Chapter 4
chapter 5
PEMERAN
Chapter 6
Aura & Dito
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
TheRempong
Chapter 11
Chapter 12
chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
DI FOLLOW YA ^^
Chapter 16 (A)
Chapter 16 (B)
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
INFO
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44

Chapter 23

2.1K 93 15
By Rosidahdivyanka




"Ra," panggil Dito.

Tak ada jawaban.

"Ra,"

Masih sama.

"Ra,"

Lagi-lagi sama, tak ada jawaban. Apa mungkin pendengaran Aura sedang bermasalah?

Dito menatap Aura tajam, tapi yang ditatap hanya memainkan ponselnya dengan tenang. Karna kesal, Dito sampai merebut ponsel itu dari tangan Aura. Cukup! Sudah cukup Dito bersabar sejak tadi. Mencoba bersabar dan harus menahan amarahnya agar tidak meledak itu tidak mudah. Lihat saja, sekarang Dito akan buat perhitungan dengannya.

Dito yang merasa kesal, langsung meletakkan ponsel Aura diatas meja. Dito sama sekali tidak peduli dengan tatapan sinis yang diberikan Aura.

Dito menghela nafas pelan, kemudian mengarahkan wajah Aura agar menatapnya. Dia menatap Aura dengan lembut.

"Ngambekan banget sih Cass," cibir Dito. Aura memalingkan wajahnya malas menatap Dito yang menyebalkan ini. Dia kesal dan tidak ingin berbicara padanya.

Dito yang merasa diabaikan langsung mengarahkan wajah Aura agar menatapnya lagi. Dia tidak suka diabaikan seperti ini.

"Jangan ngambek lagi dong Cass, kita maafan ya," Dito berusaha mengajak bicara Aura, tapi Aura tetap diam.

"Cass--"

"Nama aku Aura, bukan Cassie. Jadi stop panggil aku Cassie!" bentak Aura. Dito tersenyum meledek, akhirnya dia angkat suara juga.

"Itu kan panggilan sayang aku ke kamu," tambah Dito.

"Dih, aku-kamu. Biasanya juga lo-gue," komentar Aura. Dito menghela nafas lega mendengarnya. Akhirnya Aura mau mengomentarinya lagi.

"Iya deh iya, gue minta maaf. Maaf gue udah marah ke lo soal yang semalem. Gue ngaku gue salah. Gue minta maaf," sesal Dito. Aura tidak menjawab. Dito mengacak rambutnya frustasi, dia bingung harus melakukan apa. Mendapat maaf dari Aura sangatlah sulit, tidak seperti yang dibayangkannya. Dito pikir dengan bersikap sedikit romantis padanya akan memberi efek tersendiri bagi Aura, hingga Aura mau memaafkannya. Tapi nyatanya tidak.

Setelah hening beberapa saat, akhirnya Dito kembali memberanikan diri untuk mengajak bicara Aura lagi. Dia tidak akan menyerah sebelum mendapat maaf dari Aura malam ini.

"Ra, udah dong ngambeknya. Maafin napa? Gue ngaku salah, gue minta maaf. Maafin gue plis," kalian tau dimana posisi Dito sekarang? Dia sudah berjongkok dihadapan Aura dengan tampang melasnya sambil terus memohon. Aura sampai tidak tega melihatnya, mau bagaimana pun Aura sangat menyayanginya. Dia tidak tega melihat Dito memohon seperti ini. Baik lah kali ini Aura akan memaafkannya, lagi pula Aura sudah tidak tahan berlama-lama marah dengannya. Sungguh, dia rindu Dito. Aktingnya hari ini sangat menyiksanya.

Perlahan tangan Aura terulur untuk menyentuh pipi Dito. Dito sampai melongo dibuatnya. Ini bener Aura?

"Iya dimaafin. Dito nggak usah khawatir, Aura cuma sayang sama Dito. Cintanya Aura itu cuma buat Dito seorang. Seganteng dan sebaik apapun cowok yang deketin Aura, Aura nggak peduli. Aura cuma cinta sama Dito, bukan yang lain," jelasnya lembut seraya tersenyum penuh arti. Kemudian memegang kedua bahu Dito, agar berdiri.

Dito menghela nafas lega mendengarnya. Tapi, sejak kapan Aura berubah jadi wanita yang romantis seperti ini? Ini pertama kalinya Aura berkata lembut padanya. Sambil memegang wajah Dito pula. Oh yaampun, Dito ingin berteriak sekarang. Tapi itu tidak mungkin kan? Ah, sudahlah ini juga tidak terlalu penting untuknya. Yang terpenting sekarang dia dan Aura sudah berbaikan. Itu jauh lebih baik dari semuanya.

"Gue juga gitu Ra, gue sayang sama lo. Sayangggg banget. Cuma lo satu-satunya cewek yang ada dihati gue," jawab Dito yang sebentar lagi akan meneteskan air mata, tapi berusaha ditahannya. Oh yaampun, ternyata Dito baperan pemirsah.

"Lo kenapa? Nangis?" tanya Dito yang menyadari bahwa mata Aura juga berkaca-kaca sepertinya. Aura menggeleng pelan.

"Enggak, aku cuma terharu aja." jawab Aura polos.

"Uluh uluh, ternyata cewek gue baperan juga. Sini-sini, peluk. Kan udah maafan." Dito merentangkan kedua tangannya, menunggu pelukan Aura. Aura menatapnya bingung.

"Emang boleh?" tanya Aura polos.

"Nggak boleh!" Aura cemberut.

"Iya, nggak boleh. Karena gue yang bakal meluk lo duluan," lanjut Dito kemudian menarik Aura dalam pelukannya. Awalnya Aura terkejut, tapi kemudian membalas pelukan itu. Jarang-jarang kan momen seperti ini terjadi diantara mereka? Jadi Aura tidak akan melewatkannya.

"Dit, aku sayang kamu," ucap Aura lirih, tapi Dito bisa mendengarnya.

"Gue lebih sayang sama lo," jawab Dito.

Tanpa sadar Aura tersenyum puas mendengarnya. Sudah lama Aura menanti momen seperti ini. Yaitu saat Dito berubah menjadi pria romantis yang bersikap manis. Seperti film-film yang selama ini ditontonya. Dan sekarang, Aura sudah merasakannya. Sungguh Aura tidak akan melupakan momen ini. Pertama kali. Catat! Pertama kali mereka berpelukan. Ah yaampun, Aura sampai tidak percaya.

Hening sejenak, sampai akhirnya Dito bersuara lebih dulu.

"Maaf," Ucap Dito pelan. Entah sudah berapa kali Dito mengucapkan kata itu.

"Untuk apa? Yang tadi? Kan udah dimaafin," jawab Aura.

"Maaf karena gue udah marah nggak jelas ke lo tadi pagi. Gue cuma nggak suka kalo lo deket dengan laki-laki lain selain gue, apalagi Key. Gue cemburu." jujur Dito.

Aura menatap Dito dengan mata yang berkaca-kaca. Tak butuh waktu lama, cairan bening tiba-tiba menetes membasahi pipi Aura. Melihat itu, Dito bingung sekaligus terkejut. Aura kenapa? Apa dia salah bicara? Entahlah. Dito jadi bingung sekarang.

"E-elo kenapa?" tanya Dito terbata-bata, Aura menggeleng cepat. Seolah berkata dia tidak apa-apa. Tapi Dito tidak percaya begitu saja.

"Gue salah ngomong? Apa gimana? Jawab, jangan diem aja. Gue kan jadi bing--" ucapan Dito seketika terhenti saat tiba-tiba Aura memeluknya erat. Dito terkejut dengan pelukan Aura yang begitu erat. Dia kenapa? Dito semakin bingung.

"Maafin aku juga. Maaf aku udah buat kamu kesel. Ma--"

"Udah gue maafin. Lo nggak perlu minta maaf, karena disini gue yang salah, bukan lo." jelas Dito seraya menghapus air mata Aura.

"Tap--"

"Udah nggak usah bahas itu lagi. Gue sayang banget sama lo. Gue harap lo juga gitu," pinta Dito. Aura mengangguk.

"Iya, aku juga sayang sama kamu." jawab Aura kemudian tersenyum.

"Gue juga berharap, ini pertama dan terakhir kalinya kita kayak gini. Jangan keulang lagi. Maaf gue udah salah paham soal lo sama Key tadi malem. Gue janji ini nggak akan keulang lagi. Janji. Mulai hari ini gue akan percaya seratus persen sama lo. Gue harap lo juga gitu, jangan berhenti percaya sama gue," kata Dito serius.

"Makasih udah percaya. Aku juga akan berusaha percaya sama kamu. Tapi kamu harus inget, sekali aja kamu hancurin rasa percaya aku ke kamu, aku nggak akan bisa lagi percaya sama kamu." kata Aura tak kalah serius. Dito mengangguk paham.

"Iya, insyallah gue akan jaga kepercayaan yang udah lo kasih ke gue. Semoga gue nggak akan pernah buat lo kecewa, karna gue sayang banget sama lo," jawab Dito, membuat Aura semakin yakin dan percaya pada Dito.

Aura tau, Dito tidak akan pernah membuatnya kecewa. Dito pasti bisa menjaga kepercayaan yang selama ini sudah diberikannya. Semoga saja.

"Ra," panggil Dito.

"Iya?"

"Gue boleh minta sesuatu nggak?" tanya Dito hati-hati.

Aura menaikan sebelah alisnya, menatap Dito bingung. Ini pertama kalinya Dito meminta sesuatu darinya. Sebenarnya apa yang ia inginkan dari Aura?

"Apa?" tanya Aura masih bingung.

"Plis lo nggak usah deket-deket apalagi sampe pulang bareng sama Key kayak kemaren. Bukannya gue nggak percaya sama lo, tapi gue nggak mau kalo Key makin suka sama lo," jelas Dito berharap Aura memahaminya.

"Emang Key suka aku?" tanya Aura.

"Iya dia suka lo,"

"Kamu tau dari mana?," tanya Aura lagi.

"Sikap dia kalo deket lo itu udah jadi bukti kuat kalo dia suka lo. Tatapan yang dia kasih ke lo itu beda. Gue tau kalo itu tatapan penuh arti." jelas Dito. Aura mengangguk paham.

"Iya aku janji nggak bakal terlalu deket sama Key, tapi kalo ngobrol gapapa kan? Mau gimana pun juga dia fotografer aku, jadi aku bakal sering ketemu dia di tempat pemotretan," jelas Aura.

"Masalah ngobrol itu nggak masalah. Gue nggak ngelarang. Gue cuma nggak mau lo deket-deket dia. Takut dia makin suka sama lo," jawab Dito, lagi-lagi Aura mengangguk paham.

"Yaudah sekarang lo tidur. Udah jam sembilan. Gue pulang dulu ya," pamit Dito kemudian mengacak rambut Aura dengan sayang. Setelah mendapat persetujuan dari Aura, Dito segera beranjak untuk pulang.

"Aku anter sampe depan ya," Dito mengangguk menyetujui. Mereka pun berjalan beriringan menuju lantai bawah.

Dibawah masih ada Dian. Dia tersenyum puas melihat Aura dan Dito sudah berbaikan. Buktinya Aura mau mengantarnya pulang. Setelah berpamitan dan mendapat izin dari Dian, Dito segera pulang. Tentu saja diikuti Aura di belakangnya.

"Gue pulang dulu, besok gue jemput kayak biasa. Maaf gue udah buat lo nangis hari ini. Janji ini yang pertama dan terakhir. Setelah itu nggak akan keulang," kata Dito seraya mengacak rambut Aura pelan.

"Iya, dimaafin. Yaudah gih sana pulang. Hati-hati dijalan," suruh Aura. Dito mengangguk.

"Yaudah, gue balik ya. Langsung tidur abis ini," Aura mengangguk mengiyakan. Tangannya melambai-lambai ke arah Dito. Tidak butuh waktu lama, mobil Dito perlahan menjauh dari rumah Aura, meninggalkan gadis itu sendirian.

Setelah mobil Dito tidak nampak lagi dari pandangannya, Aura pun segera masuk.

-------------

"Udah gih, sana tanyain!" suruh Riri. Safa, Lissa, dan Rommi mengangguk setuju. Aura terlihat berfikir. Apa dia harus mengikuti ucapan ke empat sahabatnya ini? Sebenarnya Aura juga penasaran, tapi Aura juga takut jika dia menanyakan ini Dito akan salah paham dan menganggapnya tidak percaya dengannya. Oh yaampun, Aura bingung. Dia harus melakukan apa? Tanya atau tidak?

"Buruan ih, kesel gue lama-lama." gemas Riri.

"Nih ya, gue saranin. Mending lo tanya hubungan mereka itu apa, sebelum nanti si Salsa itu makin ngedeketin cowok lo. Emang lo mau kalo Dito dideketin cewek lain?" pertanyaan Lissa tentu saja dihadiahi gelengan kepala oleh Aura. Ia tidak mau ini sampai terjadi. Baiklah, Aura akan menanyakannya pada Dito, semoga saja Dito tidak akan salah paham dengan pertanyaannya nanti.

"Makanya lo tanya gih sekarang. Sebelum terlambat," suruh Riri lagi. Kali ini dia lebih bersemangat.

"Iya iya, aku bakal tanya ke Dito. Tapi kalo dia salah paham gimana?" cemas Aura.

"Nggak bakal salah paham Dito mah. Gue tau banget gimana sifat dia," jelas Riri.

"Kalo ada apa-apa kamu mau tanggung jawab? Enggak kan?" tanya Aura lagi. Membuat Riri, Safa, Lissa dan Rommi gemas setengah mati. Rasanya mereka ingin menjambak Aura sekarang juga.

"Gue yang tanggung jawab," jawab Riri, Safa, Lissa, dan Rommi bersamaan. Mereka sendiri bingung, kenapa bisa bersamaan seperti ini? Padahal ini tidak direncanakan. Mungkin karena mereka sedang kesal sekarang.

"Oke kalo kalian tanggung jawab. Aku akan tanya," jawab Aura kemudian berjalan menghampiri Dito yang tengah sibuk dengan tugas Matematikanya. Dalam hati dia bingung, harus kah dia menanyakan hal ini ke Dito? Mengingat tadi malam dia sudah berjanji bahwa akan percaya pada Dito seperti Dito percaya padanya. Tapi sekarang? Sebenarnya Aura bukan curiga mengenai hubungannya dengan Salsa. Aura hanya penasaran kenapa malam itu mereka pergi berdua. Hanya itu yang Aura ingin tau dari Dito. Semoga saja pertanyaannya nanti tidak akan membuat Dito tersinggung.

Dengan langkah ragu, Aura berjalan menghampiri Dito. Pria itu masih sibuk dengan tugasnya.

"Eh, Ra. Kenapa?" tanya Dito yang menyadari Aura sudah duduk disampingnya.

"Aku mau tanya sesuatu. Boleh?" tanya Aura ragu. Dito mengernyitkan dahinya bingung. Tidak biasanya Aura mengajukan pertanyaan seperti ini. Mungkin ini penting, pikir Dito.

"Iya, gapapa. Tanya apa?" tanya Dito.

"Tapi kamu jangan mikir yang macam-macam. Aku tanya karna aku pengen tau. Nggak ada maksud lain," jelas Aura sebelum mengajukan pertanyaan. Dito mengangguk paham, dalam hati sebenarnya dia bingung.

"Kamu sama Salsa ada hubungan apa? Kata Riri kemarin dia liat kamu sama Salsa di kafe. Emang bener?" tanya Aura hati-hati, sebisa mungkin dia tidak boleh membuat Dito berfikir yang macam-macam tentang pertanyaannya ini.

"Iya bener. Kemarin, gue sama Salsa emang ke kafe untuk latihan Drama lomba Bahasa Inggris nanti," jelas Dito membuat Aura malu setengah mati dan tentu saja menyesal sudah menanyakan pertanyaan seperti itu padanya. Itu kan sama saja dia curiga dan tidak percaya dengan kekasihnya itu. Dasar Riri! Ini semua karena dia sudah mengkomporinya. Aura jadi malu menatap Dito sekarang.

"Oogitu," jawab Aura singkat.

"Kenapa nanya gitu? Khawatir ya kalo gue bakal pindah ke lain hati?" Aura tidak menjawab. Tapi Dito sudah tau bahwa jawabnya adalah 'iya'.

"Tenang aja, di hati gue cuma ada lo kok. Nggak akan ada cewek lain yang bisa gantiin posisi lo dihati gue, sampe kapan pun," jelas Dito membuat pipi Aura tiba-tiba merona.

Tanpa mereka sadari, seseorang juga mendengar kata-kata Dito tadi. Mendadak dia panas mendengarnya. Dia benci Dito, dia juga benci Aura. Lebih tepatnya, dia iri pada Aura. Kenapa dia tidak bisa seperti Aura? Dan kapan dia bisa berada diposisi Aura seperti ini?

"Dasar sok romantis!" katanya kemudian berbalik meninggalkan kelas Aura dan Dito.

----------------

Aura menatap ponselnya dengan tatapan sendu. Sejak tiga hari yang lalu, benda persegi panjang itu tidak pernah lepas dari pandangannya, dan sejak tiga hari itu juga, Dito sama sekali tidak menghubunginya sama sekali. Bisa dikatakan mereka lost-contact. Jangankan memberi kabar, telfon dan pesan Aura saja sama sekali tidak dibalas. Tidak ada kata pamit yang diucapkan Dito pada Aura, dia menghilang begitu saja.

Sudah tiga hari Aura tidak melihat Dito sama sekali. Entah pergi kemana, Aura juga tidak tau. Aura sudah berusaha mencari tau dimana keberadaan Dito, tapi hasilnya nihil. Tidak ada satu orang pun yang tau dimana Dito sekarang. Bahkan Duta, sahabat Dito sekaligus pacar Riri juga tidak tau. Sebenarnya Dito kemana sih? Apa dia keluar kota? Tapi tidak mungkin, Dito pasti akan mengirim surat izin ke sekolah atau setidaknya memberi tau nya. Tapi nyatanya? Dua hal itu tidak ada yang dilakukannya. Dito kemana? Apa yang harus Aura lakukan sekarang? Bahkan Aura sama sekali tidak tau orang-orang terdekat Dito, yang seharusnya bisa membantunya mencari tau keberadaan Dito. Oh yaampun, Aura jadi pusing sekarang.

"Ngelamun aja. Mikirin apaan sih? Dito lagi?" tebak Riri yang otomatis menyadarkan Aura dari lamunannya. Aura diam tidak menjawab, dia pusing dan entah pergi kemana pikirannya sekarang.

"Udah berapa kali sih gue bilang ke lo? Dito itu baik-baik aja. Nggak usah lebay deh. Baru juga dua hari belum setahun. Udah kek ditinggal mati aja lo," kesal Riri menyadari Aura beberapa hari ini seperti kehilangan semangat hidup. Hanya karna Dito yang tidak memberinya kabar sama sekali.

"Segitu yakinnya kamu kalo Dito baik-baik aja, kamu tau Dito dimana?" curiga Aura.

"Ya, ya enggak. Tapi gue yakin kalo Dito itu baik-baik aja," gugup Riri, Aura menatap sahabatnya itu tidak percaya, sepertinya ada sesuatu yang sedang disembunyikan darinya. Tapu apa? Aura juga tidak tau.

"Apa?" tanya Riri tidak nyaman dengan tatapan yang diberikan Aura. "Nggak percaya kalo gue emang nggak tau apa-apa soal Dito?" lanjut Riri.

"Kayaknya sih gitu," jawab Aura enteng.

"Yaampun Aura, gue emang beneran nggak tau Dito dimana. Suerrr. Kalo gue tau, gue pasti bakal kasih tau lo," jelas Riri. Benar juga sih. Riri juga bukan tipe orang yang suka berbohong.

"Lo masih nggak percaya?" tanya Riri ragu.

"Percaya kok," Riri menghela nafas lega mendengarnya.

"Menurut kamu kira-kira siapa yang tau Dito sekarang ada dimana?" tanya Aura barangkali Riri tau.

"Mana gue taulah. Lo yang pacarnya aja nggak tau, apa kabar gue?" jawaban Riri lagi-lagi membuat Aura menghela nafas berat. Duta tidak tau, Riri juga tidak tau, lalu siapa yang tau?

"Udah, nggak usah dipikirin. Gue yakin ntar Dito bakal balik lagi," hibur Riri. Memang benar kata Riri, tapi tetap saja Aura merasa khawatir dengan keadaan Dito saat ini.

-----------------


Aura mengambil ponselnya untuk memastikan ada notifikasi dari Dito atau tidak. Tapi harapannya seketika kandas saat dilihatnya tak ada satupun notifikasi dari Dito, sama seperti kemarin.

Aura mendengus pelan.

Kapan Dito akan memberinya kabar? Aura melirik jam dinding, yang menunjukkan pukul 23:30.

Setelah mematikan lampu kamarnya kemudian berniat untuk tidur tiba-tiba ponselnya bergetar, tanda ada panggilan masuk. Tanpa pikir panjang, Aura meraih benda itu dan melihat nama 'Riri' dilayar ponselnya. Riri menelponnya? Malam-malam begini? Mungkin ini penting.

Akhirnya Aura menerima panggilan itu.

"Hal--"

"Ra! Dito Ra, Dito!!" kata Riri panik dengan nada setengah berteriak. Aura terkejut sekaligus bingung.

"Ri, sekarang kamu tenang dulu. Kalo udah tenang, nanti kamu baru cerita." suruh Riri.

"Udah?" tanya Aura.

"Hm,"

"Bagus kalo gitu. Kamu kenapa? Terus tadi kamu bilang sesuatu tentang 'Dito', dia kenapa? Kamu udah ketemu dia?" tanya Aura antusias.

"Bu-bukan," terdengar suara Riri semakin panik.

"Terus?"

"Dit-Dito kecelakaan," kata Riri membuat tubuh Aura seketika lemas.

"Ke-kec-kecelakaan?" tanya Aura gemetar. Semoga saja pendengarannya itu salah. Itu tidak mungkin! TIDAK!

"Iy-iya Ra,"

Mendengar itu air mata Aura seketika jatuh. Sesak di dadanya tidak bisa ditahan lagi.

"Ka-kamu nggak becanda kan?" tanya Aura belum percaya sepenuhnya.

"Enggak Ra, gue nggak becanda." mendengar itu tubuh Aura terasa semakin lemas. Kali ini Aura yakin Riri sedang tidak becanda, itu artinya?

"Enggak Ri, hiks. Kamu pasti bohong kan?" Aura kembali meneteskan air mata.

Riri yang tau bagaimana perasaan Aura sekarang, hanya bisa diam.

"Ri, jawab!" Riri diam, bingung harus menjawab apa.

"Udah, lo berhenti nangis. Jemput gue sekarang di kafe Loka. Kita ke Rumah Sakit liat keadaan Dito," perintah Riri. Aura bingung kenapa harus ke kafe, seharusnya kan bisa langsung ke Rumah Sakit.

"Ken-"

"Udah buruan!" potong Riri tidak mengizinkan Aura untuk bertanya sedikit pun. Aura pun menurut karna tak ingin berdebat lagi.

------------

SELAMAT PAGI ^^
kayaknya ini UP pagi pertama kali deh hahaha. Kan libur, jadinya abis saur bisa langsung ngetik hehe,

SELAMAT HARI LIBUR 😆
liburan kemana nih kalian? Aku mah apa, cuma di pulau kapuk 😰

Kurang lebih seminggu lagi lebaran ya, hehe nggak kerasa. Mohon maaf lahir dan batin ya 😇 maaf kalo aku ada salah selama ini *,
SEMANGAT PUASANYA😊

VoteKomennya ditunggu ^^

SEE YOU IN THE NEXT CHAPTER GUYS❤

SALAMSAYANG,
ROSIDAH❤

FOLLOW IG aku ya @rosidahdivyanka

Lampung, 10 Juni 2018








Continue Reading

You'll Also Like

17K 2.3K 100
Su Shuilian adalah putri sah pertama dari keluarga bordir terkenal, tetapi dia dibunuh oleh anggota keluarganya yang cemburu. Setelah kematian, jiwa...
257K 10.2K 43
Andai aku bisa meminta satu permintaan maka aku akan meminta supaya waktu berhenti ketika kita bersama ~Salsa Khairana Al-Bar Kamu adalah perempuan y...
3.5M 166K 62
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...
7.5K 168 13
Cinta adalah pengorbanan namun bagaimana ketika pengorbanan mu tak di hargai? Cinta adalah perjuangan namun bagaimana ketika perjuangan mu di balas d...