She's MINE!! (✔)

By giantpasta

3.2M 152K 4.4K

[TELAH TERBIT DALAM BENTUK EBOOK] HIGHEST RANK: - #4 IN ROMANCE (25/6/18) - #46 IN TEENFICTION (25/6/18) Alan... More

A/N
00 - Awal
01 - Bertemu
02 - Siapa Alan?
03 - You're Mine
04 - Maksa
05 - Mall
06 - Posesif
07 - Berangkat Bareng
08 - Kejar-Kejaran
09 - Mac & Cheese
10 - Sial
-BACA, INI PENTING!-
11 - Curhat
12 - Basah Kuyup
13 - Sakit
14 - Sakit (2)
15 - Ponsel
16 - Cemburu
17 - Hajar
18 - Alvaro
19 - Pecel Lele
20 - Hari Pertama
21 - Soda
22 - Kesepian
23 - Peluk
24 - Pengakuan
25 - Sedih
26 - Kejutan
28 - Pintu
29 - Tangis
30 - Bingung
31 - New?
32 - Patah
-CAST-
E-BOOK
33 - Kelahi
34 - Dipanggil
35 - Papa
36 - Nasi Goreng
37 - Pantai
38 - Penjelasan
39 - Kaget
-ROLEPLAY-
40 - Ternyata
41 - Rahasia
42 - Aneh
43 - Baikan
44 - Sebenarnya
-FUN FACT-
-NEW STORY-

27 - Kita Sama

48.9K 2.4K 15
By giantpasta

Hari-hari berlalu begitu cepat. Hingga akhirnya bulan September berakhir dan datanglah bulan Oktober. Seperti layaknya dedaunan yang sudah kekuningan jatuh ke tanah dan tergantikan oleh daun yang baru.

Untuk yang pertama kalinya, Vella bermain di rumah Alan. Ditemani dengan Alvaro dan anjing Alan, Lucas. Vella juga mengetahui bahwa Alan mempelihara anjing dan sangat menyayangi semua anjing. Dan setahu Vella, cowok penyayang binatang adalah cowok yang setia.

Sampai sekarang, Vella masih belum mengerti tentang perasaannya terhadap Alan. Vella memang nyaman jika berada di dekat Alan, namun ia masih belum bisa mengatakan bahwa ia menyukai Alan. Hal lain yang membuatnya mulai yakin dengan perasaannya adalah ketika ia berada di dekat Alan, seperti ada kupu-kupu yang berterbangan di perutnya. Ketika Alan menatap matanya, tiba-tiba saja jantungnya berdegup sangat kencang. Apalagi ketika Alan menarik Vella ke dekapannya yang hangat dan membuat nyaman.

Sore ini, Vella, Alan, Alvaro serta Lucas sedang duduk santai di bangku dekat kolam renang yang terletak di belakang rumah Alan. Ini pertama kalinya Vella bermain ke rumah Alan, oleh karena itu ia baru mengetahui bahwa rumah Alan jauh lebih besar dari rumahnya. Apalagi di rumah Alan terdapat kolam renang dan juga taman kecil di bagian belakang rumah.

Vella kini sedang mengelus bulu lebat Lucas dengan lembut. Dari dulu Vella memang ingin mempunyai anjing peliharaan. Vella juga ingin pelihara kucing, namun sayangnya ia alergi terhadap hewan lucu yang suka memakan ikan tersebut.

"Lucas biasanya yang mandiin siapa?" tanya Vella yang masih mengusap bulu lebat Lucas.

"Aku," jawab Alan yang sedang memakan apel yang sudah dipotong-potong. Sedangkan Alvaro sedang memainkan ponselnya sambil senyum-senyum sendiri.

Vella terkekeh. "Rajin banget sih."

Alan ikut tertawa, lalu menyodorkan mangkuk berisi potongan apel itu. "Mau, gak?"

Vella menggeleng. "Gak ah, tangan aku kotor abis pegang Lucas."

Alan mengambil satu potong apel, kemudian menyodorkannya ke arah Vella. "A," pintanya.

Vella tersenyum tipis dan membuka mulutnya, tepat saat itu juga Alan memasukkan potongan apel ke dalam mulut Vella. Vella mengunyah apel itu, rasanya manis dan enak.

"Enak, kan?" tanya Alan sambil menampilkan senyum manisnya.

Vella mengangguk dan membalas senyum Alan. "Iya."

"A lagi," pinta Alan, Vella pun membuka mulutnya dan Alan memasukkan potongan apel itu ke dalam mulut Vella. Sedangkan Vella mengunyah potongan apelnya secara perlahan sambil mengelus bulu lebat Lucas.

Alvaro yang berada lumayan jauh dari mereka berdua itu mulai mengalihkan pandangannya ke arah Alan yang sedang menyuapi Vella. Alvaro mendengus ketika melihat Alan yang suka curi-curi pandang ke arah Vella ketika cewek itu sedang mengelus bulu lebat Lucas.

Beh, berasa dunia milik berdua. Gue-nya dicuekin, anjay! batin Alvaro.

"Udah kali, suap-suapannya. Gue serasa kayak nyamuk, nih." Alvaro sengaja memperbesar volume suaranya agar dua manusia itu dengar. Benar saja, keduanya langsung menoleh ke arah Alvaro.

"Bodo, Al, bodo. Kalo gak suka, pergi aja sono," cetus Alan.

"Astaghfirullah, galak amat, Bang," protes Alvaro. "Kak Vel aja kalem. Lah cowoknya galak, jutek, plus nyebelin. Kalo gitu, Kak Vel buat gue aja deh."

"Bacot lu," dengus Alan sebal. "Pergi sana."

Vella menabok bahu Alan pelan. "Hush! Gak boleh gitu sama adek sendiri!"

Alvaro tertawa geli. "Denger tuh, Bang."

Alan melirik Alvaro dengan sinis. "Heh, bocah. Mending lo masuk ke kamar, cuci tangan, cuci kaki, terus bobo. Dari pada lo di sini, gak ada guna."

"Buset, Bang. Iya deh, gue pergi." Alvaro akhirnya bangkit dari bangku seraya ngedumel karena Alan mengusirnya. Cowok manis itu masuk ke dalam rumah dan duduk di sofa. Lantas ia menonton televisi sambil mengemil cookie cokelat.

Di belakang rumah dekat kolam renang, Alan dan Vella masih ada di sana, bersama dengan Lucas yang menemani mereka berdua. Alan menghela napas berat, kemudian melirik Vella. Diam-diam cowok itu memperhatikan cewek yang merupakan pacarnya. Vella memang sangat cantik menurut Alan, apalagi senyum milik cewek itu.

"Vella," panggil Alan tiba-tiba.

"Ya?" Vella menatap Alan.

Alan menunduk. "Kalo boleh jujur, aku juga sebenernya kesepian, kayak kamu."

Vella mengerutkan dahinya bingung. Ia menatap Alan, namun tangannya tak berhenti mengelus bulu lebat Lucas yang wangi dan halus. "Kenapa? Bukannya ada Alvaro?"

Alan menghela napas berat. "Papa aku kerja, jarang pulang juga kayak mama kamu. Alvaro juga sebelumnya cuma dateng ke Indonesia setahun sekali. Cuma sekarang dia mau tinggal di sini aja."

Vella tertegun sebentar. Ia tak menyangka kalau Alan juga bernasib sama seperti dirinya. Apalagi Vella mengingat ketika Alvaro bilang bahwa ibu mereka sudah tiada. Kalau begitu, Alan juga sama sedihnya seperti Vella. Hanya saja Alan masih beruntung karena memiliki Alvaro, sedangkan Vella tidak punya sama sekali.

Jadi, Vella tentu bisa merasakan apa yang dirasakan Alan. "Mama kamu udah meninggal, ya?"

Alan mengangkat kepalanya, menatap Vella. "Kok kamu tau?"

"Alvaro cerita sama aku waktu itu."

Alan mengerutkan dahinya. "Loh? Kok kamu deket banget sama Alvaro? Emang dia kalo ada apa-apa ceritanya sama kamu?"

Vella menggeleng. "Enggak, Alan. Waktu itu aku lagi nungguin Mama, terus Alvaro nemenin aku
Udah, itu doang."

"Tapi kamu jangan terlalu deket ya, sama dia. Inget, kamu milik aku."

Mulai lagi kan, sifat posesifnya.

"Iya, Alan, iya." Vella memutar bola matanya.

Alan kembali menunduk. Entah kenapa, tiba-tiba ia jadi memikirkan ibunya. Apakah ibunya tenang di atas sana? Apakah ibunya bahagia di atas sana? Alan terus-terusan memikirkan itu. "Papa kamu udah meninggal?"

Vella mengangguk. "Iya. Makanya aku bisa ngerasain apa yang kamu rasain."

"Kalo begitu, kita senasib, Vel. Orang tua kita sama-sama gak lengkap, terus orang tua kita yang masih ada juga malah sibuk kerja," ujar Alan yang sama sedihnya dengan Vella.

Vella menghela napas. "Tapi kamu masih mending, karena kamu masih punya Alvaro. Aku lebih parah, Lan, aku gak punya adik atau kakak sama sekali."

Alan beralih menatap lurus ke arah kolam renang. "Papa aku jarang banget pulang ke rumah. Pokonya aku ketemu dia jarang banget. Makanya aku selalu sinis dan cuek kalo ngomong sama dia."

"Ih, jangan begitu, Alan. Walaupun mama aku sibuk kerja dan lebih mentingin kerjaan dibanding aku, tapi aku tetep hormatin dia sebagai ibu aku karena aku juga tau kalo dia masih sayang sama aku."

Alan mendengus. "Tapi aku gak yakin kalo Papa sayang sama aku."

"Jangan begitu, Alan. Kalo papa kamu gak sayang sama kamu, pasti kamu akan ditelantarin sama dia, kebutuhan kamu gak akan dipenuhin sama dia. Kamu gak akan sekolahin, kamu gak akan dikasih tempat tinggal. Jadi kamu jangan berpikiran kayak gitu. Aku yakin, pasti papa kamu sayang banget sama anak-anaknya."

Alan menggeleng. "Gak, Vel. Dia kasih aku tempat tinggal, sekolahin aku, kasih uang, dan fasilitas lainnya karena dia punya banyak uang. Aku yakin dia gak sayang sama aku ataupun Alvaro, karena dia sama sekali gak peduli sama keadaan aku. Waktu aku sakit aja, dia gak peduli. Dia juga gak pernah nelfon aku."

"Jadi aku yakin banget, dia gak sayang sama anak-anaknya. Dia gak peduli sama aku. Dia cuma peduli sama kerjaannya doang, Vel." Alan melanjutkan ucapannya.

Vella mengusap bahu Alan dengan pelan dan lembut. "Tapi aku yakin banget, pasti papa kamu sayang sama kamu."

Alan menggeleng. "Apa buktinya?"

Vella tersenyum tipis. "Coba kamu tunjukkin sesuatu yang bisa bikin papa kamu bangga sama kamu. Misalnya kamu menang di pertandingan basket antar sekolah. Kamu pinter olahraga, kan? Aku yakin kalo kamu tunjukkin penghargaan itu ke papa kamu, pasti papa kamu bakalan bangga banget."

Vella berhenti sejenak sebelum melanjutkan ucapannya. "Atau gini deh, Lan. Coba kamu minta papa kamu libur satu hari aja. Kamu bareng Alvaro manfaatin waktu itu buat ngabisin waktu sama papa kamu, mendekatkan diri sama papa kamu."

Alan mengangguk mengerti, lalu tersenyum. "Akan aku coba."

Vella tersenyum lagi. "Karena aku yakin, Lan. Walaupun mama aku atau papa kamu selalu sibuk kerja, itu bukan berarti mereka gak perhatiin anak-anaknya. Mereka cuma mau bekerja keras buat penuhin kebutuhan anaknya, bikin anaknya bahagia."

Alan mengangguk sambil tersenyum. "Iya, Vel. Makasih, ya? Karna kamu, aku gak sedih lagi."

"Sama-sama."







Continue Reading

You'll Also Like

Athalla By adel

Teen Fiction

176K 5.5K 35
Athalla Dirga Hilmi sesosok cowok badboy, gangster dan menjadi most wanted sekaligus cowok barbar disekolah SMA Global Internasional. Apalagi, Ia mem...
ZIAN By —

Teen Fiction

81.3K 2.3K 42
[COMPLETED ✓] "Lo bisa jauhin gue kalau lo mau." 2#simplestory 12'19 @copyright2019dhiyaauliahnf
1.3M 67.9K 40
Dia yg kejam, dia yang nakal , dia yang tak pernah mengenal kata cinta dalam hidupnya, dia juga orang yang berkuasa di daerahnya , tapi suatu hari se...
613K 17K 49
Cerita sudh end ya guys, buru baca sebelum BEBERAPA PART DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBIT. Kata orang jadi anak bungsu itu enak, jadi anak bungsu...