Stay (Away)

By hazelaice

197K 21.5K 3.5K

⚠️Cerita Mengandung Bawang⚠️ "Lo maunya apa sih?!" Prilly mengeluarkan seringai menggodanya. Tangannya terulu... More

P R O L O G
1. Kemelekatan Terhadap Ali
2. Kekacauan Yang Tercipta
3. Peluang Yang Menipis
4. Tamu Yang Terlupakan
5. Kesalahan Pembawa Kebahagiaan
6. Perjuangan, Bukan Ekspetasi
7. Terluka, Selalu.
8. Kado Yang Tertukar
SPECIAL PART : VALENTINE'S DAY
9. Bertabrakan Dengan Hati
10. Pahitnya Terasingkan
11. Realita Rasa Pahit
12. Permohonan Yang Tidak Akan Terkabul
13. Obsesi Yang Disalah-Artikan
14. Perbedaan Rasa Yang Kontras
SPECIAL PART : GHINA'S BIRTHDAY
16. Kesepian Yang Merundung
17. Kebiasaan Akan Tersakiti
18. Kamu Adalah Patah Hati Terbaikku
19. Baik-Baik Saja
20. Korban Yang Saling Menyakiti
21. Kekhawatiran Tidak Berdasar
22. Waktu Bukanlah Jawaban
23. Pemeran Pendatang Baru
24. Perasaan Yang Cukup Tau Diri
25. Hal Baik Di Penghujung Hari
26. Sisi Yang Tidak Pernah Terlihat
27. Hubungan Sebatas Profesionalitas
28. Hidup Saling Berdampingan
29. Perasaan Tidak Berdaya
30. Kekeliruan Seorang Penjahat
31. Pencarian Jawaban Hati
32. I Need You
33. Perasaan, Logika, dan Cinta
34. Permulaan Untuk Kebahagiaan
35. Jurang Penuh Luka, Cinta Namanya
36. Keadaan Yang Terbalik
37. Seandainya Yang Tidak Berlaku Lagi
38. Penantian Yang Menyembilu
39. Waktu Untuk Berbahagia
40. Sebuah Jaminan Kepastian
41. Kepedulian Yang Tersirat
42. Do You Still Love Me?
43. Terlambat, Selalu.
44. Korban Yang Berjatuhan
45. Kehilangan Harapan
46. Keinginan Untuk Bahagia
47. Rasa Yang Tak Pernah Usai
48. De Javu
49. Tebusan Kebahagiaan
50. Officially Yours.
51. Kencan Pertama
52. Renjana Yang Amerta
53. Rumah Untuk Prilly
54. Euforia Yang Membuncah
55. Akhir Dari Segalanya?
56. I Will Stay With You
57. But Away From You
58. Bunga Terakhir
E P I L O G
EXTRA PART : PRILLY'S LAST MESSAGE
New Story: BUANA (AliandoPrilly)

15. Rasa Yang Tidak Pernah Luntur

3.2K 461 89
By hazelaice

Idiot.

Bodoh.

Dan...

Menyedihkan.

Bahkan tiga kata diatas, tidak cukup kejam untuk mendeskripsikan Prilly.

Prilly yang malang, karena harus melihat pemandangan Ali dengan senyuman lembut menyerahkan teh hangat dan coklat kepada Ghina. Ia mengulum bibirnya pelan, sambil tersenyum jenaka. Seandainya, ia cukup waras untuk tidak menyusul Ali tadi.

Seandainya.

Sudah kepalang basah, hatinya juga sudah penuh dengan darah-darah yang masih lembab. Darah-darah yang tidak dapat dilihat oleh orang lain, hanya bisa dirasakan oleh Prilly seorang.

Prilly membalikkan tubuhnya, berjalan pelan ke arah bangkunya sambil menatap kosong langkahnya.

"Lo kuat." Prilly mendongak, menatap asal suara yang berbisik kepadanya. Gritte menatapnya datar. Mata Prilly membulat agak sumringah, lalu meredup seketika.

Mengingat ucapan terakhir Gritte saat masih berstatus sahabatnya. Sederet kalimat yang terdengar sederhana, namun mampu mematahkan hati siapa saja yang mendengarnya.

Jujur aja, gue nyesel pernah jadi sahabat lo.

Ia memantapkan langkahnya lagi, enggan untuk mengingat masa suramnya beberapa bulan yang lalu. Bagi Prilly, tidak ada yang perlu ia sesali selama ia sudah melangkah. Terkecuali, ia menyesal karena telah menyusul Ali tadi.

"Jangan bilang lo mau nangis," ujar Rassya jengkel. Ia memegang dagu Prilly agar menatapnya, menelisik mata Prilly yang terlihat sayu namun tidak mengeluarkan air.

"Sok tau lo, minggir sono." Prilly berdecak, lalu mengalihkan pandangannya dari Rassya. Rassya menghadang langkahnya lagi, menatap Prilly lebih dalam.

"Ayok, bolos, bareng Fathar sama Dino, oh iya Maxime juga! Ajak Indah, gih." Ujar Rassya santai. Prilly melotot sambil mengangkat kepalan tangannya.

"Ya elah, gue bosan tau belajar mulu," imbuh Rassya lagi. Prilly memutar bola matanya jengkel. Rassya memasang cengiran andalannya.

"Lo bilang bosen? Bahkan waktu masuk kelas lo bisa dihitung pake jari," cibir Prilly garang.

"Ayolah, Pril. Kali ini doang, janji deh habis ini gue gak bolos-bolos lagi," bujuk Rassya belum menyerah.

"Enggak, lagian gurunya udah mau datang juga," tolak Prilly keras. Bukan Rassya namanya jika tidak berhasil membujuk Prilly, ia terus-terusan memohon bahkan tak segan mencolek-colek lengan Prilly.

"Fine! Untuk kali ini gue ikut lo bolos! Dan ini terakhir kalinya!" Balas Prilly dengan setengah hati, sekaligus jengah.

"Kalo gitu, sekarang lo beresin buku sama tas lo, sekalian sama Indah. Gue sama yang lain tunggu di bawah," balas Rassya dengan suara ceria khasnya. Mau, tidak mau, Prilly ikut tersenyum kecil.

Prilly buru-buru jalan ke tempatnya yang sisa tiga langkah lagi, mengambil tasnya sambil menarik-narik tangan Indah. Indah yang kebingungan pun dengan lincah mengambil tasnya.

Mengingat semua orang sudah duduk di tempatnya masing-masing, langkah Prilly dan Indah diiringi oleh berpuluh-puluh pasang mata dari dalam kelas.

Sebelum benar-benar keluar dari kelas, Prilly diinterupsi oleh teriakan Ali. "Mau kemana kalian?"

Prilly melempar ciuman jarak jauhnya. "Ke hati lo! Kalo guru tanya kenapa gue sama yang lain gak ada di kelas, bilang aja kita ada urusan sama guru BK!" Balas Prilly santai, lalu melenggang keluar dari kelas.

* * *

Benar kata orang-orang, selalu ada pelangi setelah derasnya hujan. Begitu pula dengan suasana hati Prilly, setelah sempat merasa sakit hati, kini ia sudah bisa tertawa lepas lagi bersama sahabatnya.

"Terus, ini kita bolos sampe les terakhir?" Tanya Indah. Prilly mengangguk menyetujui pertanyaan Indah.

"Gue udah males masuk sih, tapi kalo lo dua mau masuk, gue ngekor aja," balas Dino. Indah mendengus sebal.

"Kalo lo mah gue udah gak heran, sebobrok-bobroknya Rassya, hidup lo yang paling gak berguna," balas Prilly sinis. Bibir Dino melengkung ke bawah, berakting menangis.

"Gaya lo, sok-sokan nangis. Gue kasih file JAV terlengkap 2018, syukuran tujuh hari tujuh malem lo," imbuh Indah yang disusul oleh pekikan antusias Dino.

"Jadi, gimana nih? Mau pada balik ke kelas? Atau besok aja?" Kini Maxime buka suara. Rassya menaruh jari telunjuknya di dahi, berpose seperti dengan berpikir keras.

"Lo maunya gimana, Pril?" Tanya Rassya. Prilly membulatkan mulutnya, sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Kok pada nanya gue?" Prilly menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Elo kan tuan putrinya," imbuh Fathar sambil terkikik. Prilly memukul dadanya sok berwibawa.

"Balik aja deh, takut kenak semprot Ali," balas Prilly. Rassya mendengus, sambil mengangguk malas.

"Kalo itu mau lo, gue setuju-setuju aja. Lagi pula, lo balik sekarang, udah pasti kenak semprot. Kayak gak tau pencitraan dia yang naudzubillah banget, pengen gue tikam aja rasanya." Prilly hanya terkekeh pelan.

Bukan rahasia lagi, memang Rassya seperti memiliki dendam kesumat kepada Ali. Prilly yang tidak mau ambil pusing pun, tidak peduli dengan cibiran Rassya.

"Yaudah, siap istirahat ini, kita balik ke kelas. Entar kalo Ali ngamuk sama lo, bilang aja Dino yang jadi induk." Mata Dino melotot garang, ia menendang tulang kering Maxime dengan keras.

"Apa-apaan lo?! Kok gue yang nginduk? Biarin aja kali Prilly dimarahin Ali, lagian cuma Prilly yang betah-betah aja disemprot Ali segitu kasarnya," ujar Dino enteng.

"Kampret lo! Awas aja lo! Rahasia lo masih di tangan gue!" Balas Prilly tak kalah garang. Dino kemudian menyengir, sambil memelas kepada Prilly.

"Iya, iya, bilang aja gue yang nginduk. Jangan bilang Prilly, gue kan sayang banget sama Prilly, mana tega gue dia disemprot sama mulut cabe Ali," ujar Dino dengan manis. Memasang senyum manis ke arah Prilly pula.

Tawa mereka semua pun pecah, Dino selalu menjadi sasaran yang asik untuk dibully karena dia tidak pernah tersinggung atau marah. Prilly pun meninju lengan Dino, "Entar kalo Ali marah sama gue, paling gue cipok. Langsung mingkem tuh bibir, pasti!"

* * *

Prilly dan Indah tertawa sambil memasuki kelas, tidak menyadari beberapa pasang mata yang masih menatap mereka sinis. Terutama sang ketua kelas, Aliando Syarief.

"Udah bolos, malah bisa ketawa-ketiwi. Lo senang kan ngelihat gue kesusahan jawab pertanyaan guru?" Ujar Ali dingin. Prilly menjilat bibir bagian bawahnya, sambil menetralkan debaran jantungnya.

"Aku? Senang lihat kamu susah? Kamunya aja kali yang senang kalo lihat aku sedih. Lagian, kamu bisa jawab dengan jujur kalo kita bolos, gak perlu dibuat ribet." Balas Prilly ringan. Ali mengepalkan tangannya kuat-kuat.

"Bangsat! Gue udah berbaik hati kasihan sama lo semua, supaya lo berenam gak kenak masalah. Tapi balasan lo begini? Dasar gak tau terima kasih!" Ali berdecih dengan sinis.

"Oh ya? Baik hati? Bagus dong, itu artinya kamu udah mulai cinta ke aku. Dan kamu bilang kalo kamu kasihan sama kita berenam? Wah, aku tersanjung loh. Kamu bisa kasihan dan baik hati dalam waktu yang bersamaan, bukankah itu rekor?" Balas Prilly masih berusaha meredam debarannya. Sebenarnya, ia masih gugup dan takut untuk melawan Ali.

"Yaudah lah, Li. Lagian kita udah bolos juga, gak usah diribetin," balas Indah tak kalah enteng. Ali melirik sinis ke arah Indah.

"Lo pengaruhin apa si Indah sampe-sampe bisa senurut itu sama lo?! Lo itu emang pengaruh buruk buat semua orang!" Bentak Ali. Prilly menampilkan seringaian sinisnya.

"Kalo aku aja bisa pengaruhin Indah, kenapa aku gak bisa pengaruhin kamu? Atau jangan-jangan kamu udah kenak pengaruh cinta aku, ya?" Goda Prilly sambil terkekeh pelan.

"Bangsat! Murahan lo! Mumet gue dihadapin sama cewek sinting kayak lo!" Maki Ali kesal, pakai maksimal. Lalu ia pergi dari hadapan Prilly dan Indah.

"Tuhkan, gue bilang juga apa. Belum gue kasih cipokan aja dia udah nyerah, gimana kalo gue cipok. Bisa-bisa minta tambo lagi dia," ujar Prilly sambil tertawa kecil membuat Indah terbahak.

"Emang bener yang dibilang Ali, lo emang sinting!" Balas Indah masih dengan tawanya. Orang-orang yang tadinya sempat memfokuskan diri pada pertengkaran kecil Ali dan Prilly, sekarang malah mencibir Prilly sinting, murahan, muka tembok, jalang, dan segala umpatan kasar lainnya.

"Loh, Rassya kenapa lagi sih sama Ali?" Tanya Indah sambil melirik keluar jendela. Tampak di luar kelas, Rassya dan Ali sedang berdebat. Bahkan tak jarang, Rassya mendorong pundak Ali.

"Buruan, lihat!" Ujar Prilly sambil menarik tangan Indah kencang.

"Kalo lo mau nakal, nakal sendiri aja, gak perlu narik-narik temen lo!" Tegur Ali dengan nafas memburu.

"Temen gue? Prilly maksud lo?" Balas Rassya dengan sinis. Ia meludah pelan, untung saja tidak mengenai sepatu Ali.

"Dino, Fathar, Maxime, Indah, mereka semua korban hasutan lo," lanjut Ali masih dengan nada datar.

"Terus? Apa peduli lo?" Rassya melipat kedua tangannya di depan dada.

"Peduli gue? Gue wajib peduli sama anak urakan kayak lo! Kalo bukan karena gue ketua kelas, gue juga ogah ribetin hidup lo yang gak berguna," jawab Ali datar.

Rassya yang tidak senang dengan ucapan Ali pun mendorong bahu Ali, "Lo gak berhak ngatur hidup gue! Mau berguna atau enggak! Mau lo ketua kelas atau bukan!"

Ali menarik napasnya dalam-dalam, "Gue mau sekarang lo hadep wali kelas dan jujur kalo lo udah bolos!" Rassya menyeringai dengan arogan, ia meludah kembali.

"Dasar babu wali kelas, dikit-dikit ancemannya wali kelas. Kenapa?! Lo takut jabatan lo itu turun? Terus lo gak jadi sorotan lagi?" Ali enggan membalas hujatan Rassya, ia masih menatap Rassya dengan pandangan dingin.

"Takut lo sama gue? Gak bisa jawab? Mati gih, dasar caper!" Rassya yang sudah sangat geram pun, melayangkan bogeman mentah di tulang pipi sebelah kanan Ali.

Ali terpental beberapa langkah ke belakang, Prilly yang melihat hal itu pun tidak tinggal diam. Ia menarik baju Rassya kencang, membuat Rassya mundur. Sedangkan Ghina dengan sigap memeriksa pipi Ali, sambil mengelus-ngelus pelan, modus.

"Sya! Lo apa-apaan sih? Lo tau kan, Ali emang gitu orangnya! Gue lebih suka lo berdua adu mulut daripada adu otot! Gue gak suka lo nyakitin dia!" Ujar Prilly dengan keras. Ia bahkan menendang tulang kering Rassya membuat sang empu mengaduh kesakitan.

"Kamu gapapa?" Tanya Prilly kemudian menghampiri Ali yang sudah dibawa duduk ke dalam kelas. Ali menatapnya dengan enggan.

"Pergi lo dari sini," ujar Ali dengan raut dongkol.

"Kamu tunggu disini sebentar ya, biar aku beliin es batu di kantin untuk ngompres lebam kamu," balas Prilly tidak menunggu tolakan Ali.

Rassya dan teman-temannya tidak berniat mengunjungi wali kelas dan mengaku kesalahan mereka, malah mereka kini sedang mencibir kelakuan Prilly yang dianggap tidak setia kawan.

Prilly berlari dari lantai 3 menuju lantai 1 dengan kekuatan super, tidak peduli kejadian tadi pagi akan terulang lagi. Baginya, keselamatan Ali jauh diatas keselamatannya sendiri. Ia membeli es batu dan kain kasa, ia harus memastikan bahwa tulang pipi Ali tidak bergeser seinci pun. Jika saja bergeser, maka ia sendiri yang akan melayangkan bogeman ke tulang pipi Rassya.

Setelah balik ke kelas dengan napas terengah-engah. Ia masuk dengan senyuman pahit. Bukankah ia selalu kalah? Ia selalu kalah sebelum memulai.

Prilly selalu kalah.

Kalah sebelum perang.

Tapi...seberapa pahit pun kenyataan itu.

Rasanya terhadap Ali, tidak pernah meluntur.

Prilly menyerahkan es batu dan kain yang dibelinya di atas meja Ali, sambil tersenyum seolah ia baik-baik saja.

"Itu esnya dipake ya, siapa tau aja es yang dibeli Ghina gak cukup. Sebelum cair tuh." Prilly terkekeh kecil sambil berkedip pelan. Kedipan yang membuat air matanya menetes.

Continue Reading

You'll Also Like

4M 3.1K 10
Warning ada beberapa part yang berisi konten 21 + jadi bijak dalam membaca..😘😘😘😘 Mau tau di cintai cowo sampai titik tidak waras??? Yang awalnya...
13.1M 147K 17
(21+)wanita berusia 22th yang ditantang untuk membangkitkan gairah seorang homo sexsual(Gay) oleah teman-teman.a apakah yangg akan terjadi?bisakah w...
1.6M 93.2K 39
Menjadi Psikolog merupakan impian gadis chubby ini, tetapi hal ini membuat dia terjebak kepada sebuah permasalahan dan kehidupan bebas diluar sana. P...
1.3M 29.4K 33
Love After Making Love. Cinta setelah Bercinta. Mungkin ini terdengar gila. Namun Kyeza telah membuktikannya. Dia mulai mencintai pria itu setelah ke...