Sore hari ini, Arin sedang berada di perpustakaan sekolah bersama Rizky. Ia dibantu Rizky mengerjakan tugas matematika yang harus dikumpulkan besok.
"Udah, selesai?" tanya Rizky.
"Done!" seru Arin sambil menutup buku tulisnya. "Thanks, you're the best."
"I know," ucap Rizky sambil tersenyum miring. Arin memutar bola matanya seolah tidak peduli dengan perkataan sombong Rizky.
"Balik, yuk. Pak Pram udah on-the-way ke sekolah, nih," ajak Arin.
"Yuk," jawab Rizky yang bangkit dari kursi.
Lalu Arin memasukkan alat tulisnya ke dalam tas kemudian keluar dari perpustakaan dengan Rizky. Saat di lorong, mereka bertemu Tasya dan Dika dengan badan mereka yang penuh keringat.
"Wihh, ini dia couple hits sekolah kita!" seru Rizky.
"My favorite couple, Kapten Basket dan Kapten Cheers!" sahut Arin sambil terkekeh.
Dika memutar bola matanya, sedangkan Tasya mendengus keras lalu berkata, "Rin, mau gue peluk nggak?" tanya Tasya yang membuka tangannya menawarkan pelukan penuh keringat sebagai ancaman.
"Iya deh ampun. Daripada kena bau keringat lo," ucap Arin dengan wajah jijik.
"Anyway, emang kalian latihan berat banget ya sampai keringatan banyak gini?" tanya Arin sambil berjalan bersama keluar dari lorong.
"Iya, nih. Tim basket kan bakal lomba antar SMA," jawab Tasya yang berjalan di samping Arin.
"Emang kapan bakal ada tanding basket?" tanya Rizky
"Beberapa minggu lagi mungkin," jawab Dika. "Kalian bakal datang buat nonton kan?"
"Pasti dong!" seru Arin.
"Good luck, yaa!" seru Rizky.
Saat mereka telah keluar dari lorong sekolah, dari kejauhan terlihat Keisha yang sedang duduk di dekat gerbang sekolah sambil membolak-balikkan majalah remaja yang dibacanya.
"Itu Keisha, kan?" tanya Tasya.
"Dia belum dijemput?" tanya Rizky.
"Mana gue tau. Kan lo pacarnya," sindir Arin.
Rizky mendecih. Kini ia menghampiri Keisha.
"Eh, tunggu gue," ucap Arin yang berjalan cepat mengikuti Rizky disusul oleh Dika dan Tasya.
Keisha yang menyadari kehadiran Rizky langsung menutup majalahnya. "Eh Kak Rizky!"
Dia nggak sadar gitu kalo ada gue, Tasya, dan Dika? Kenapa Rizky doang yang di sapa? batin Arin dengan perasaan keki.
"Kamu belum dijemput?" tanya Rizky pada Keisha.
"Umm, iya," jawab Keisha dengan nada sedih. "Supir Keisha tiba-tiba bilang nggak bisa jemput."
"Kok bisa?"
"Umm..." Keisha terdiam sejenak.
"Kenapa?" tanya Rizky lagi yang sekarang memasang wajah curiga.
"Katanya mobil bermasalah dan sekarang lagi dibawa ke bengkel," jelas Keisha.
"Oh. Aku antar kamu pulang, ya?" tawar Rizky.
"Nggak usah repot-repot, Kak," ucap Keisha.
"Udah nggak apa-apa. Lagian ini udah sore banget, lho," ucap Rizky.
Lalu Keisha menatap Arin dengan tatapan seolah meminta izin Arin.
Sebenarnya Arin tidak ingin melihat Keisha yang berdua lagi dengan Rizky. Namun ia juga merasa kasihan dengan Keisha karena langit memang sudah berubah warna menjadi oranye, pertanda sudah larut sore. Lalu Arin menganggukkan kepalanya pada Keisha, "Udah nggak apa-apa. Kasihan kamu, ini udah terlalu sore."
"Ya sudah, deh," jawab Keisha sambil tersenyum.
"Gue balik duluan ya, guys," pamit Rizky yang kemudian pergi bersama Keisha ke tempat parkir.
Tanpa sadar Arin sudah menarik sudut bibirnya ke bawah ketika motor Rizky melewatinya. Melihat ekspresi Arin, Tasya menjadi bingung. "Rin, lo kenapa?" tanya Tasya.
Dengan gerakan secepat kilat sudut bibir Arin kini naik ke atas. "Nggak apa-apa."
"Eh, kalian belum dijemput?" tanya Dika.
"Gue udah, sih," jawab Tasya. "Lo udah dijemput, Rin?" tanya Tasya.
"Pak Pram belum datang, nih," jawab Arin.
"Ya udah kita tungguin lo sampai Pak Pram datang," ucap Dika.
Sudah lima menit namun Pak Pram belum juga muncul. Lalu terlihat sebuah mobil sedan berwarna hitam yang berhenti di depan gerbang. "Mobil lo ganti, Rin?" tanya Tasya.
"Hah? Enggak, kok," jawab Arin dengan yakin, karena tidak mungkin ayahnya membeli mobil baru sedangkan di rumah masih ada mobil bekas bundanya yang menganggur.
Kemudian pintu mobil pengemudi terbuka dan terlihat bapak tua yang mengenakan seragam supir. Lalu Bapak itu menghampiri tempat duduk mereka. "Punten, nih. Kalian sekolah di sini kan, ya?" tanya bapak tua itu.
"Iya, Pak. Ada apa, ya?" tanya Dika.
"Kalian kenal Keisha nggak, ya?"
Arin mengerutkan dahinya. "Kenal, Pak. Memang kenapa?"
"Bapak tadi disuruh Keisha untuk jemput dia." Mendengar jawaban pak supir membuat mereka bertiga langsung membelalakan matanya setelah mendengar jawaban supir Keisha.
"Lho? Keisha sudah pulang di antar teman kami, Pak," jelas Tasya.
"Oh begitu. Ya sudah kalau memang Keisha bersama teman kalian. Kalau begitu saya permisi," ucap supir Keisha kemudian kembali ke mobil sedan hitam itu.
"Bukannya tadi Keisha bilang mobilnya di bengkel?" tanya Arin dengan nada bete.
"Padahal tadi mobilnya kelihatan baik-baik aja, deh," ujar Tasya. "Berarti Keisha bohongin Rizky, dong?!"
"Gila! Jahat banget itu Keisha ngerjain Bapak tua," ketus Dika.
"Cantik-cantik tapi sifatnya kayak begitu," tukas Arin sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Gue jadi nggak setuju kalo dia sama Rizky," ucap Tasya dengan nada kesal.
"Sabar ya, Rin," ucap Dika sambil menepuk pundak Arin.
"Thanks," jawab Arin dengan lemah. Kemudian Tasya mengerutkan dahinya karena bingung, mengapa Dika berkata seperti sedang mencoba menyemangati Arin?
"Wait a minute! What do you mean by that? Apa ada hal yang gue nggak tahu?" tanya Tasya pada Dika dan Arin.
"Udah, Rin. Kasih tau Tasya sekarang."
Kini Tasya memandang Arin dengan serius. "Sebenernya gu-gue—"
Karena gemas dengan Arin yang terbata-bata, akhirnya Dika menjawab. "Arin suka Rizky, Sya."
Tasya membelalakan matanya terkejut. "Ya ampun, kenapa lo nggak cerita gue? Kayak gitu gue nggak akan ngeledekin Rizky sama Keisha kemarin-kemarin."
"Maaf gue nggak ngasih tau. Soalnya lo kan satu kelas sama Rizky dan gue tau lo orangnya suka ceplas-ceplos. Entar kalo lo keceplosan bilang Rizky gimana?"
"Tenang aja Rin, gue bakal keep silent. Malah gue bakal bantu lo biar Rizky jadian sama lo, daripada sama Keisha yang centil itu. Gue nggak sudi!" ucap Tasya dengan nada tinggi.
"Tuh kan, Rin," sahut Dika, "gue bilang apa. Kita berdua pasti bakal bantu lo biar kalian jadian."
"Guys, please deh. Gue nggak berharap jadian sama dia. Lagian dia sahabat gue dari kecil. Kalau pacaran terus kita putus, yang ada malah ngerusak persahabatan kita juga nantinya," ucap Arin.
"Hmm, oke-oke kalau emang lo nggak mau, kita bakal tetep bantuin lo biar Rizky nggak deket-deket si muka imut itu yang padahal hatinya amit-amit," gerutu Tasya.
"Kenapa jadi lo yang bete ya? Padahal kan harusnya kan Arin," ucap Dika yang tertawa melihat tingkah perempuan yang disukainya itu.
Arin terekeh. "Hahaha, iya nih Tasy. Seharusnya kan gue yang bete."
"Habisnya kesel! Gue kan udah terlanjur ledek-ledekin Rizky dan gue juga nggak enak banget sama lo, Rin" jawab Tasya dengan wajah murung.
"Nggak apa-apa, Tasy. Salah gue juga nggak berani ngasih tau lo."
Lalu suara klakson dari mobil Arin terdengar. "Eh, itu Pak Pram."
"Ya sudah, yuk balik," ajak Dika. Lalu Dika pulang dengan motornya sedangkan Arin dan Tasya pulang dengan supir mereka masing-masing.
🎹 🎹 🎹
Uwooo siapa yang udah curiga dari awal kalo Keisha tokoh antagonisnyaa?? Hihihi
Oya, v o t e nya boleh dung😍😍 Thankies!
Luff ya,
Shabrina Huzna
Instagram: shabrinafhuzna