GIVE ME BABY TWINS ✔️

By sunflowerlovers

1.9M 62.4K 954

[TAMAT] Tiga kali serangan pertahanan diri telah dilayangkan Camilla pada Marcell, pewaris perusahaan Ashford... More

KATA PENGANTAR
SINOPSIS
1. PRICE TAG
2. TWIN BABIES
3. BEWITCHED
4. HYPNOTIZED
5. STARVING
6. GOOGLING
7. BEST FRIENDS
8. PLAYBOY
9. JEALOUS? IMPOSSIBLE
10. PENALTY FOR RESIGNATION
11. ETHAN
12. HONEST
13. A CHAOTIC NIGHT
14. BEST BROTHER
15. BLINK KISS
16. NEW YORK FASHION WEEK
17. BAD LUCK
18. IT NEVER RAINS BUT IT POURS
19. WITH HIM
20. TRAGEDY IN THE LIMO
21. BLOND MAN
22. TEMPTATION
23. HIS REVENGE
24. AT NIGHT
25. KIDNAPPED
■ PIC. YAKOV'S MANSION ■
26. LET'S GO
27. LUNCH WITH HIM
28. WANNA STAY AWAY
29. MISFORTUNE
30. TEMPTED?
31. PLAY WITH BABIES
32. WANNA KILL YOU
33. DECISION
34. ESCAPE FROM MY PROMISE
35. HEARTBEAT
36. CARRIED ON
37. IS THIS A DATE?
38. SÃO PAULO
39. GENES GÊMEOS
40. CRIANÇAS
41. EM VOLTA DELE [Vingança]
41. EM VOLTA DELE [É mesmo?]
42. VAMOS NOS CASAR!
43. ARREPENDIDO
44. CURIOSO
46. HIS SERIOUSNESS
47. GREAT INFLUENCE
48. POP THE QUESTION
49. CHAOS
■ SEQUEL GMBT ■

45. A SENTENÇA ROMÂNTICA

14.7K 883 19
By sunflowerlovers

------------------------------------
A SENTENÇA ROMÂNTICA
=
THE ROMANTIC SENTENCE
------------------------------------

SELAMAT MEMBACA XD
WORDS = 1600+

"Kenapa?" tanyaku dingin.

"Karena aku tidak akan mengizinkanmu dicium mesra oleh serangga sehingga meninggalkan bekas di kulit indahmu. Hanya aku yang boleh mencium bibirmu hingga bengkak dan hanya aku yang boleh mencium tubuhmu hingga meninggalkan bekas. Selamanya," ucapnya sambil melihat ke arah bahuku yang terbuka.

Astaga, demi apa?

Hanya dengan kalimat itu dia bisa dengan mudahnya mengubah ekspresi dinginku menjadi senyuman tertahan. Apa dia memang seromantis ini? Hanya karena serangga dia tidak rela aku ke tempat neneknya? Aku tertawa setelah beberapa detik mendengar dia selesai mengucapkan kalimat indah itu. Mulutnya sangat pandai menggoda hati wanita, bukan?

"Sekarang kau sudah aku izinkan keluar," ucapnya dengan santai.

Aku terdiam dari tawaku dan merasa jika kini dia mengusirku setelah berhasil menggoda hatiku. "Mengapa? Apa sekarang kau sedang mengusirku?"

"Tidak. Kau sebelumnya yang mengatakan jika kau ingin kembali ke kamarmu dan sekarang aku sudah mengizinkanmu. Lihatlah dirimu sekarang, rasa penasaranmu sudah terselesaikan dan kau sudah tersenyum bahagia. Jadi, silakan keluar," terangnya sambil berjalan ke kamar mandinya. "Mimpi yang indah, Camilla," dia setengah berteriak setelah memasuki pintu kamar mandi namun badannya mundur lagi untuk melihatku.

"Ah iya, besok pagi kita akan segera berangkat pergi dari sini," ucapnya terakhir dan kini dia sudah menutup pintu kamar mandi dan menguncinya.

Mataku membelalak setelah mendengar pintu kamar mandi yang dikunci. "Apa yang baru saja dia lakukan? Dia mengunci pintu kamar mandinya? Oh Tuhan, apa aku terlihat seperti wanita mesum yang akan merengsek masuk ke dalam kamar mandi secara diam-diam," gerutuku kesal.

Huh, apa dia pikir aku akan menurutinya setelah dia memperlakukanku seperti ini. Tidak akan! Tidak akan! Dan sejujurnya aku pun tidak ingin keluar dari kamar ini setelah hatiku merasa tersentuh akan ucapannya yang sangat sangat spesial yang pernah aku dengar. Aku ingin tertidur sambil memeluk tubuhnya yang hangat.

Suara shower mengiringi langkahku berjalan mengelilingi kamarnya. Aku menatap perabotan dan barang-barangnya dengan lebih intens. Kamar ini cukup lengkap untuk seseorang yang hanya bertamu sekali-sekali saja, sepertinya Marcell memang sering ke rumah ini. Sekali seminggu? Atau dua kali seminggu? Sebulan sekali? Entahlah, aku akan menanyakan kepadanya saja. Aku melangkahkan kakiku-yang terbalut sendal empuk dengan hiasan boneka panda-menelusuri kamarnya sambil menyentuh furniture-furniture yang terlihat menarik dan unik.

Mataku menangkap beberapa figura yang berjajar rapi di atas meja kayu yang dilapisi cairan mengkilap. Satu figura menarik perhatianku, foto keluarganya. Aku menatap wajah Reynold dan Ana, mereka memang pasangan yang akan membuat banyak orang iri karena paras yang seimbang. Tampan dan cantik. Di tengah-tengah Reynold dan Ana yang terlihat masih sangat muda-sedang duduk sambil menggendong bayi yang aku yakin itu adalah Rachel. Sedangkan di sebelah Reynold dan Ana....ada pria kecil berjas yang aku duga adalah Marcell. Aku menatapnya berkali-kali hingga membuat keningku berkerut.

Suara pintu kamar mandi yang terbuka membuatku tersentak dari pemikiranku. Aku menatap ke arah pintu kamar mandi dimana dia sedang berdiri hanya dengan menggunakan handuk berwarna hitam yang melilit tubuh bawahnya dari batas pinggulnya. Warna itu terlihat sangat kontras di tubuhnya yang sedikit kecoklatan dan itu sangat menakjubkan.

Tubuhnya benar-benar sialan gila. Otot-otot kencang bertebaran disetiap sisi tubuhnya. Oh Tuhan, dia sangat atletis dan sialan sangat menggoda. Aku menatap setetes air yang jatuh dari rambutnya dan berjalan menuruni kulit pada dada bidangnya dan mengalir hingga menuju sisi atas handuknya.

Astaga, bagaimana bisa otakku  iri terhadap setetes air itu. Aku sangat ingin menjalankan jari-jariku mengikuti bekas air yang mengalir ditubuhnya. Bolehkah aku membantu mengeringkan air yang menyentuh priaku dengan seenaknya?

Pria ku? Apa dia boleh menjadi milikku?

"Kau masih belum keluar?" ucapnya kaget.

"Belum." Aku menggelengkan kepalaku yang telah beralih menatap wajahnya karena tidak tahan untuk menatap tubuh berototnya lagi. Tahan Camilla, tahan! Dan aku gagal. Aku menatap perutnya yang berotot dan itu membuatku merasa lapar. Perutnya bahkan lebih menggoda daripada roti sobek yang eightpack hingga twelvepack. "Aku tidur disini saja," lanjutku yang kini kembali melihat ke arah matanya yang memperlihatkan kekhawatiran. Aku memberikannya senyuman terbaikku dan itu malah membuatnya melangkah mundur.

"Tidak, tidak, tidaaak!" ujarnya gelagapan. "Kau tidak boleh tidur di sini," ucapnya dengan nada sedikit meninggi.

"Kenapa tidak boleh?" ucapku dengan bibir yang tertekuk sambil bergerak lebih dekat kepadanya. Aku menghirup aroma sabun memabukkan yang menguar dari tubuhnya dari jarak yang menurutku masih sangat jauh ini. Aroma yang sangat maskulin.

"Karena kau dan tanganmu—Oh astaga, kembalilah ke kamarmu. Aku tidak akan membuat kau mengkhianati wasiat ibumu."

"Aku hanya ingin tidur—tidak lebih," ujarku mengkoreksi dan melangkah mendekatinya.

"Berhenti! Hentikan langkah kakimu, Camilla," geramnya sambil menyentuh keliman handuknya dengan erat dan itu membuatku memandangnya dengan kesal. "Jangan menggodaku lagi," lanjutnya.

Aku menghentikan langkahku dan menatapnya dengan mata yang menyipit kesal. "Aku tidak menggodamu! Kenapa kau melarangku mendekatimu sedangkan kau melakukan hal yang ingin kau lakukan seenaknya kepadaku. Kau lihat bekas sialan ini!" ucapku sambil menghentak kakiku dan menunjuk dimana bekas yang kini membiru pada kulit bahu kiri dan kananku. "Ini bukti dari ulahmu yang seenaknya kepadaku."

"Kau dan aku berbeda. Aku masih bisa mengontrol tanganku dan tubuhku yang bergerak padamu. Tetapi semua itu akan sulit jika kau yang memulainya duluan karena kau dan tanganmu membuatku ... menjadi gila," ucapnya dengan geraman frustasi sambil menyugar rambutnya yang basah.

"Well, kau sudah aku anggap gila sejak hari pertama kita bertemu."

"Baguslah kalau begitu. Sekarang kembalilah ke kamarmu," ucapnya dengan ekspresi yang datar.

Aku menatapnya dengan kesal. Apa dia benar-benar tidak memperbolehkanku tidur di dekatnya? Aku membalikkan tubuhku dengan kesal membelakanginya dan berjalan menuju pintu kamarnya. Tetapi aku menghentikan tanganku yang akan membuka pintu dan berbalik kearahnya lagi.

"Aku akan menjaga tanganku dengan baik-baik dan aku tidak akan menggodamu. Aku berjanji," ucapku sambil berjalan menuju kasurnya dan kini aku menghempaskan tubuhku di atas kasurnya yang lebih empuk dari kasur di kamar tamu. "Ahh, aku baru menyadari ternyata kasur ini lebih empuk daripada kasurku."

"Kau sungguh wanita keras kepala," geramnya. Kini Marcell kembali ke kamar mandi setelah mengambil sesuatu dari kopernya.

Beberapa menit kemudian dia keluar dengan mengenakan pakaian yang sudah melekat di tubuhnya. Sialan! Mereka menghalangi pandanganku dari tubuh atletisnya. Tidak bisakah dia tidur tanpa atasan?

"Kau harus menjaga tanganmu dan tubuhmu. Kau dilarang menyentuhku sembarangan. Okay?" tegasnya.

"Okay. Aku hanya ingin menyentuh kasurmu saja," balasku yang kini sedang menarik selimut menutupi tubuhku.

Kasurnya saja? Huh, kebohongan yang sangat bodoh.

"Apa kau akan mengenakan gaun itu untuk tidur?" Dia berdiri di sisi kasur yang tidak kutiduri.

"Kenapa? Apa kau berharap aku membukanya?"

"Bukan. Setidaknya kau menggantinya dengan baju tidurmu terlebih dahulu. Baju itu tidak akan nyaman untuk kau bawa tidur."

Ya, aku tau ini tidak akan nyaman karena aku terbiasa tidur tanpa mengenakan bra yang saat ini menekanku dengan ketat. Tetapi aku rela menahannya untuk malam ini agar dapat tertidur dalam pelukannya.

"Dan memberikanmu kesempatan mengunci kamarmu hingga aku tidak bisa masuk lagi ... dan tidur di sini? Tidak. Akan. Dan. Jangan. Harap," ucapku dengan nada mengejeknya. Dia pikir aku sebodoh itu?

"Astaga, Camilla. Aku tidak ada memikirkan hal itu sama sekali. Kalau begitu kau kenakan saja bajuku." Dia memberikanku baju kaos berwarna hitam berukuran besar dan celana panjang yang longgar berbahan katun. "Kenakan saja ini."

"Okay." Aku mengambilnya dan beranjak dari kasur menuju kamar mandinya. "Jangan kabur keluar," peringatku kepadanya. Bayangan dia yang lari menyelinap keluar dari kamar membuatku dengan cepat melepas gaun dan braku setelah menutup pintu kamar mandi dan mengenakan baju Marcell yang kebesaran dan kepanjangan pada tubuhku.

Aromanya melingkupi tubuhku. Aku menatap diriku di cermin dan mencuci wajahku yang sudah bersih dari riasan sejak-setelah—Nicholas menyampaikan pesan dari Marcell.

Bayangan Marcell dan neneknya yang sedang membicarakanku membuatku tersenyum senang. Aku keluar dari kamar mandi dengan cepat setelah tersadar dari lamunanku yang cukup lama dan melihatnya yang kini berbaring sambil bersandar pada kepala kasur sambil menggenggam ponsel yang bersandar pada sisi telinganya.

"Aku belum pernah mela—" Dia menghentikan ucapannya saat dia menyadariku yang baru saja keluar dari kamar mandi. "Bye, Mom. Aku akan menghubungimu lain waktu." Dia menutup panggilan itu dengan menghela napas. "Kau cepat juga."

Padahal aku pikir ini sudah cukup lama. Apa yang dibicarakannya dengan ibunya barusan? Dia membuatku penasaran.

"Agar kau tidak kabur dariku," balasku setelah berbaring disebelahnya.

"Aku tidak akan pergi darimu meskipun kau memintanya. Kemarilah. Kita harus segera tidur. Aku ingin malam ini cepat berlalu," ucapnya sambil menarikku kedalam pelukannya.

Hal yang aku inginkan dan dia melakukannya tanpa aku memintanya. Aku tidak pernah sebelumnya merasakan pelukan yang jauh lebih nyaman daripada pelukan Daddy, Mommy, dan Ethan. Sekilas, aku kembali mengingat foto keluarganya. Aku sangat ingin menanyakannya, tetapi aku takut salah berbicara. Sebaiknya tidak sekarang.

"Cepat berikan aku anak kembar," ucapku pelan kepadanya yang kini sedang memelukku dengan dagunya yang berada di puncak kepalaku.

"Kita belum menikah."

"Maksudku ... cepat nikahi aku."

"Seandainya aku bisa, aku sangat ingin menikahimu sejak tadi, membawamu keluar dan menikah dengan mendadak. Namun, aku tidak mau mati dibunuh oleh suruhan ayahmu dan aku tidak ingin kau berpikiran aku menikahimu hanya untuk tubuhmu atau hanya untuk mendapatkan keuntungan dari keinginanmu."

"Jadi kau ingin aku berpikiran seperti apa?" tanyaku sambil menjauhkan kepalaku dari ceruk lehernya dan mendongakkan kepalaku menatapnya yang kini sedang menatapku. Aku mengkerut keningku dan alisku.

"Hal yang lebih daripada itu. Sekarang, tidurlah," ucapnya sambil mendorong kembali kepalaku untuk tenggelam di lehernya yang wangi.

"Besok kita benar-benar akan pergi ke negara lain? Kapan kita akan kembali ke New York?"

"Lihat saja besok. Sudah cukup berbicara di leherku. Sekarang tidurlah, Camilla." Suaranya terdengar cukup datar dan dingin.

"Aku suka," bisikku sambil melingkarkan tanganku dengan erat ditubuhnya seperti yang sedang dilakukannya padaku. Hidungku dapat mencium aromanya yang menguar dari lehernya dengan sangat pekat dan itu membuatku sangat nyaman hingga tanpa sadar aku mulai jatuh tertidur.

TO BE CONTINUED
[08 May 2018]
🌟 184 in Romance


Reads : 47.2 K
Votes : 3.43 K

Full chapter juga bisa dibeli dengan Rp. 49.000 untuk akses selama 30 hari di Karya Karsa ya 

Continue Reading

You'll Also Like

4.8M 177K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
9.8M 394K 36
[C O M P L E T E] Apalah artiku tanpa kalian, readers :* Selamat datang dicerita ribet yang melow Cerita lengkap... Silahkan mampir jika penasaran...
312K 9.8K 32
[PROSES REVISI - PART LENGKAP] Hanya berawal dari tatap yang mampu menghipnotis keduanya untuk tetap saling mengunci dan tak akan pernah melepaskan. ...
47.8K 2K 20
Menjadi satu-satunya yang tak pernah diinginkan dalam keluarga pernah dirasakan oleh Ify. Keluarganya sangat membencinya tanpa dia tahu apa alasanny...