Arina Ella

By ShabrinaHuzna

123K 4.3K 153

COMPLETED✅ 🎥Yuk, tonton Trailernya di Chapter pertama sebelum baca ((: --- Arina Ella gadis SMA yang merupak... More

Introduction 1 - VIDEO TRAILER
Introduction 2 - PLAYLIST
P r o l o g
1. Competition Preparation
2. The Concert Tickets
Get to Know the Characters
3. Their Secret
4. Rehearsal
5. The Unexpected Concert
6. Bad Dreams
7. All Those Letters
8. Dinner with Rizky
Instagram @arinaella
9. Back to School Again!
10. Debate
11. Debate (Again)
Instagram @arinaella Announcement
13. We're Eleven Grader!
14. Keisha
Update: Thankies & Title Update
15. Jealous
16. Tasya's Pom Pom
17. Sugar Cafe
18. Gossip, Gossip, Gossip
19. Matchmaker
20. Lucky
21. Arina's Last Name
22. The Real Keisha
23. Dad's Secret
24. Need a Prove
25. Completely Forgot
26. Elitta Friska
27. Embarrassing Morning
28. Drama
29. It's Over
30. Today is the Day
31. The Almost Fight
32. Officialy
33. Forget and Throw It
34. Too Much Hope
35. Suspicious
36. Splash!
37. Mess
38. Everything Changed
39. Dear Bunda
40. Dad's Secret (2)
41. Miss Becomes Missing
42. "Don't call me your Bro!"
43. The Fight
44. So Complicated
45. Dad's Secret (3)
46. Dad's Truth
47. One by One
48. First Plan
49. Let's Talk
50. Plan that Unplanned
51. "What Did You Call me?"
52. Surrounded by Cheers
53. Fix the Next Problem
54. Lullaby Song
55. Good News
56. Studio Music
57. An Awkward Dinner
58. My Lyrics Editor
59. The Biggest Regret
60. Song Revision
61. Sorry Arina Ella (1)
62. Too Emotional
63. So Warm
64. Sorry Arina Ella (2)
65. Good News for Dad
66. Seventeen!
67. Gold Dresses
68. The Engagement Day
69. It's You!
Epilog
My New Romance Story

12. Me, You, and Good View

1.3K 64 4
By ShabrinaHuzna

Playlist for this Chapter is gonna be: Ultralife (Piano Version) - Oh Wonder😁😁

Jangan lupa  v o t e  nya yaap,
many smooches for y'all!

🎹 🎹 🎹

Genggaman tanganmu terasa berbeda. Apakah ini pertanda perasaanmu juga berbeda?

-Arina Ella-

🎹 🎹 🎹

Pagi hari esoknya, Arin dan Rizky pergi ke pemakaman diantar oleh Pak Pram. Sebelum pergi, Arin sempat membeli balon helium berwarna merah. Rizky mengernyit saat Arin masuk ke mobil dengan balonnya. Untuk apa Arin ke pemakaman bawa balon? batin Rizky bertanya-tanya. Setelah itu, Pak Pram menjalankan mobilnya menuju pemakaman.

Saat tiba di pemakaman, pertama-tama mereka mengunjungi makam Papa Rizky.

Rizky berjalan sambil kebingungan mencari makam Papanya diantara banyaknya makam. Ditambah Rizky tidak bisa konsentrasi karena balon merah yang melayang digenggaman Arin.

Setelah Rizky menemukannya, Rizky dan Arin berjongkok lalu memejamkan kedua mata untuk berdoa. Selesainya, Rizky mencabuti beberapa rumput liar yang tumbuh di pinggir makam sedangkan Arin membersihkan batu nisannya.

"Om Niko," ucap Arin sambil mengelus batu nisan, "Bunda lagi sama Om Niko, kan?"

Rizky yang masih membersihkan rumput berkata, "Iya, jadi Tante Steffie Ella nggak akan sendiri di sana."

Arin tersenyum pada Rizky, senang dengan jawaban Rizky.

"Sudah, kan? Yuk, kita ke makam Tante Steffie," ujar Rizky sambil bangkit dan menepuk-nepuk tangannya yang kotor akan tanah dan rumput.

Makam Om Niko dan Bunda Arin tidak terlalu jauh, sehingga mereka hanya perlu berjalan sebentar.

"Hai Tante," sapa Rizky setelah menemukan makam Steffie Ella.

"Hai, Bunda."

Sekarang Arin dan Rizky berhadapan dengan posisi makam Steffie Ella di antara mereka. Mereka berjongkok lalu berdoa. Selesai berdoa, Arin berkata, "Ky, bisa tolong pegang balonnya?" Rizky mengambil balon yang Arin pegang. "Jangan diterbangin," ucap Arin sambil memicingkan mata sebelahnya.

"Iya, iya," ucap Rizky sambil memutar bola matanya.

Lalu Arin mengeluarkan secarik kertas dan pena dari dalam tas selempangnya yang sudah ia bawa sejak tadi. Ia pun mulai menulis di kertas itu.

______________________________________

Hai Bunda, apa kabar?

Maaf, jika surat ini akan membuat Bunda kecewa. Sepertinya Arin tidak bisa lanjut bermusik seperti dulu lagi. Semua ketakutan dan trauma selalu muncul ketika mulai menyentuh tuts piano. Entah mengapa jari-jari Arin selalu gemetar dengan hebat ketika mencoba bermain piano. Arin memutuskan untuk berhenti bermusik. Arin harap Bunda mengerti.

Arina Ella.

______________________________________

Tulisan yang Arin tulis dalam secarik kertas digulung. Lalu ia pun mengambil kembali balon yang tadi dipegang Rizky. Tali dari sebuah balon gas helium itu Arin ikat pada gulungan kertas. Setelah itu, ia menerbangkan balon tersebut. Setetes air mata berhasil melewati pipi Arin.

Melihat hal itu, Rizky yang berada di seberang Arin, bangkit untuk pindah posisi menjadi di samping Arin. "It's gonna be fine, Arina," hibur Rizky sambil tersenyum memandang Arin.

"Yeah, I know that," jawab Arin sambil mengelus-elus batu nisan bundanya.

Lalu Arin menoleh ke arah Rizky yang sekarang sedang mencabuti rumput liar yang sudah mulai tumbuh di makam bunda. Terlihat wajah tampan Rizky dari samping. Ia melihat setiap senti, dari mulai mata, hidungnya yang mancung, sudut bibirnya.

Rizky, you're my best-best-best friend. Kalau nggak ada kamu, siapa yang akan menghibur aku disaat aku masih sedih karena Bunda?

Tapi, semenjak Bunda nggak ada, siapa yang akan mendengar curhatanku tentang kamu? Kenapa kamu tidak memberiku kode apa pun tentang perasaanmu?

Apakah kamu tahu perasaanku ke kamu? Atau kah kamu sebenarnya pura-pura tidak tahu? Entahlah, batin Arin dalam lamunan

Rizky menyadari dirinya sedang diperhatikan oleh Arin. "Ehm," deham Rizky yang menyadarkan Arin dari lamunan.

Arin mengedip-ngedipkan matanya dan membuang muka pada Rizky.

"Kita mau kemana weekend ini?" tanya Rizky. "Nongkrong di kafe, ke mall, ke toko buku, atau ke game station?"

"Gue lagi pingin ke tempat tenang, Ky."

Rizky mulai googling dalam pikirannya, mencari tempat yang tenang yang ia tahu. "Taman kota, yuk? Kita duduk-duduk aja di pinggir danau, gimana?"

Bibir Arin menyungging, "Yuk."

🎹

Jauh dari keramaian kota, Arin dan Rizky tiba di taman yang Rizky maksud. Taman itu sangat rindang dengan pohon-pohon, juga rerumputan yang memenuhi taman ini. Di sana angin sejuk berhembus kencang dan membuat aroma rerumputan tercium oleh Arin. Beruntungnya mereka, karena mereka tiba disaat taman masih sepi.

Tiba-tiba Rizky menarik tangan Arin, "Ayo ikut gue!"

Sambil berjalan mengikuti Rizky, tatapan Arin terpaku pada tangan Rizky yang menggenggam tangannya. Rizky memang sudah biasa menggenggam tangannya seperti ini, tapi mengapa yang Arin rasakan saat ini berbeda? Arin merasa kehangatan tangan Rizky mengalir pada tangan Arin.

Saat tiba di pinggir danau, Arin melihat matahari pagi menjelang siang ini menyinari danau. Pantulan cahaya menimbulkan air danau mengilap. Arin dan Rizky sama-sama terpesona akan pemandangan seperti ini.

"Keren bukan?" tanya Rizky.

Arin menghela napas sambil tersenyum lebar, "Ya, gue suka pemandangan ini."

"Duduk di sana, yuk," ajak Rizky yang menunjuk ke arah jembatan kecil dari kayu yang berada di pinggir danau.

Lagi-lagi Rizky menarik tangan Arin, dan Arin semakin gugup.

Saat mereka sampai di ujung jembatan, dengan segera Rizky duduk di atas jembatan dan membiarkan kakinya menggantung di bawah. Postur badan Rizky yang tinggi membuat ujung kaki Rizky nyaris menyentuh air danau.

Lalu Rizky menoleh pada Arin yang masih berdiri. "Ayo duduk," pinta Rizky sambil menepuk-nepuk papan kayu jembatan itu.

Arin mengikut dan duduk dengan kaki yang juga ikut di gantung ke bawah.

"Tempat ini bakal jadi tempat terbaik gue," ucap Arin sambil tersenyum.

"Hebat kan gue nemu tempat ini, ya meski agak jauh dari kota," jelas Rizky.

"Justru karena jauh dari kota, makanya keren," ujar Arin sambil memandang Rizky.

Lalu mereka diam, kembali terpaku dengan pemandangan indah ini.

"Arin, dengerin lagu ini deh," tawar Rizky memberikan earphone sebelah kirinya pada Arin. "Baru-baru ini gue suka sama lagu ini."

Arin menerima earphone dan mereka bersama-sama mendengarkan lagu berjudul Ultralife dari Oh Wonder versi pianonya. Pemandangan yang indah, musik mengalun dengan lembut, duduk di pinggir danau berdua dengan Rizky. Mungkin ini adalah momen terindah yang Arin rasakan bersama Rizky.

Suara piano yang dimainkan membuat Arin teringat akan rindunya bersama piano. Hatinya terasa nyeri setiap tuts piano yang dilantunkan. Faktanya, Arin tidak bisa seperti itu lagi. Arin masih tidak mengerti mengapa jari-jarinya sangat sulit untuk digerakkan di atas piano. Sebesar itukah trauma menghantuinya?

"Rizky," ucap Arin tiba-tiba.

"Ya?"

"Lo percaya takdir?"

"Gue percaya," jawab Rizky.

"Tapi lo percaya takdir akan berubah?" tanya Arin balik.

"Gue percaya takdir akan berubah," jawab Rizky. "Tapi takdir yang berubah menjadi positif atau negatif itu tergantung dari masing-masing orang."

"Menurut lo, apa mungkin gue bisa kembali main piano?" tanya Arin yang masih mendengar suara piano dari lagu Oh Wonder.

"Seperti yang gue bilang tadi, itu tergantung lo. Tapi gue yakin lo bisa, kok," jawab Rizky tersenyum sambil memegang bahu Arin.

Arin menjawab hanya dengan senyuman terpaksa.

Lalu Arin dan Rizky kembali menatap danau. Kedua tangan Arin ia letakkan di belakang badannya sebagai tumpuan badannya untuk menyender. Arin menatap langit dan menarik napas panjang. Sudah lama ia tidak merasakan ketenangan seperti ini.

"Arin, mana handphone lo?" tanya Rizky tiba-tiba.

"Ini," Arin mengeluarkan handphone-nya dari tas selempangnya. "Buat apa?"

Rizky mengambil dan berkata, "Sini, gue foto. Bagus banget deh foto di sini." Rizky bangkit lalu mencari posisi yang pas untuk memotret Arin.

Arin tidak peduli saat Rizky memotretnya, karena masih dalam emosi sedihnya.

"Arin, jangan sok candid, deh. Lihat kamera," pinta Rizky.

Saat menoleh, tertangkaplah gambar Arin yang melihat kamera. "Iiih, gue kan belum siap tadi!" gerutu Arin.

"Tapi keren, kok," ujar Rizky menunjukkan gambarnya.

"Iya, keren pemandangannya, guenya nggak," ucap Arin kesal.

Saat Arin melihat, terlihat wajah lesunya. Wajar saja wajah lesu terpampang di foto itu, karena pikirannya masih kalut

"Mau gue fotoin lagi nggak, nih?" tawar Rizky.

"Nggak, deh. Gue sekarang lagi jatuh cinta sama pemandangan ini dan momen ini bareng lo."

Lega! Akhirnya Arin berani untuk memberi kode keras pada Rizky.

"Hmm.." Rizky mengangguk sebagai jawaban.

What?! Hanya itu jawaban Rizky? Nyebelin Rizky nggak ngerti kode, gerutu Arin dalam hatinya.

Arin jengkel, tapi mau bagaimana lagi. Sahabatnya yang satu ini memang kurang peka bila diberi kode. Arin pun berusaha melupakan agar ia bisa kembali konsentrasi pada ketenangannya.

Setelah puas menikmati danau, mereka pun memutuskan untuk kembali karena waktu sudah jam makan siang.

"Riz, lo balik ke rumah, ya. Gue jadi nggak enak sama Tante Ita dan adik-adik lo, gara-gara kemarin gue minta lo untuk nginep."

"Santai aja kali, mereka udah biasa kok kalo gue nginep di rumah lo," ujar Rizky.

Kemudian Arin pergi mengantarkan Rizky.

🎹 🎹 🎹

Yang penasaran post instagram Arina Ella, ini dia chapter bonusnya. Next yuk!

Tapi boleh dong,  v o t  e  nya jangan lupa (;

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.7M 57.9K 26
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
2M 197K 48
Dibantu temannya, Juwi bertekad move on dan mencari pengganti setelah putus dari pacar sejak SMP-nya. Targetnya sebulan. Mulai dari berkenalan dengan...
659K 35K 93
VERSI BARUNYA DITERBITKAN OLEH BIBLIOPUBLISHING. SEBAGIAN PART TELAH DI HAPUS. Alena Nathalia Saudad harus bernasib buruk ketika bertemu de...
4M 447K 44
(Spin Off Cinta Over Time, Bisa dibaca Terpisah) Wenny Kharisma, punya pengalaman pahit mengenai jatuh cinta. Sosok Wenny berubah, dari perempuan man...