Arina Ella

بواسطة ShabrinaHuzna

123K 4.3K 153

COMPLETED✅ 🎥Yuk, tonton Trailernya di Chapter pertama sebelum baca ((: --- Arina Ella gadis SMA yang merupak... المزيد

Introduction 1 - VIDEO TRAILER
Introduction 2 - PLAYLIST
P r o l o g
1. Competition Preparation
2. The Concert Tickets
Get to Know the Characters
3. Their Secret
4. Rehearsal
5. The Unexpected Concert
6. Bad Dreams
7. All Those Letters
8. Dinner with Rizky
Instagram @arinaella
10. Debate
11. Debate (Again)
12. Me, You, and Good View
Instagram @arinaella Announcement
13. We're Eleven Grader!
14. Keisha
Update: Thankies & Title Update
15. Jealous
16. Tasya's Pom Pom
17. Sugar Cafe
18. Gossip, Gossip, Gossip
19. Matchmaker
20. Lucky
21. Arina's Last Name
22. The Real Keisha
23. Dad's Secret
24. Need a Prove
25. Completely Forgot
26. Elitta Friska
27. Embarrassing Morning
28. Drama
29. It's Over
30. Today is the Day
31. The Almost Fight
32. Officialy
33. Forget and Throw It
34. Too Much Hope
35. Suspicious
36. Splash!
37. Mess
38. Everything Changed
39. Dear Bunda
40. Dad's Secret (2)
41. Miss Becomes Missing
42. "Don't call me your Bro!"
43. The Fight
44. So Complicated
45. Dad's Secret (3)
46. Dad's Truth
47. One by One
48. First Plan
49. Let's Talk
50. Plan that Unplanned
51. "What Did You Call me?"
52. Surrounded by Cheers
53. Fix the Next Problem
54. Lullaby Song
55. Good News
56. Studio Music
57. An Awkward Dinner
58. My Lyrics Editor
59. The Biggest Regret
60. Song Revision
61. Sorry Arina Ella (1)
62. Too Emotional
63. So Warm
64. Sorry Arina Ella (2)
65. Good News for Dad
66. Seventeen!
67. Gold Dresses
68. The Engagement Day
69. It's You!
Epilog
My New Romance Story

9. Back to School Again!

1.5K 64 6
بواسطة ShabrinaHuzna

Gue belum terbiasa menganggap lo sebagai teman saat kita berdua.

-Andika Fernando-

🎹 🎹 🎹

Sesuai dengan perjanjian, Arin akan sekolah karena Rizky telah mentraktirnya.

"Kirain lo bakal melanggar perjanjian," ucap Rizky pada Arin yang berada di koridor sekolah.

"Tadinya, sih mau melanggar," jawab Arin tersenyum licik.

Rizky mebelalakan matanya.

Arin pun terkekeh karena Rizky yang mudah dibohongi, "Nggak, Ky. Gue bercanda."

"Rese lo! Yaudah gue mau ke kelas ya, bye," Rizky berjalan cepat meninggalkan Arin.

Saat Arin masih berada di koridor sekolah, tiba-tiba seseorang berteriak memanggilnya, "Ariiiiiiiin!"

Terlihat Tasya berlari-lari membuka tangannya lebar menawarkan pelukan, meski tangannya sedang memegang pom-pom.

"Tasyaaa!" seru Arin dan mereka berpelukan.

Arin melihat pompom Tasya yang berwarna putih, "Ciee, sekarang anak cheerleader." Tasya baru-baru ini mengikuti tim cheerleader. Di kelas sepuluh ini, cheerleading mungkin akan menjadi hobi barunya setelah gymnastic.

"Iya, nih!"

"Wiih, pasti seru!" seru Arin yang ikut semangat. "Terus gymnastic lo gimana?"

"Masih lanjut dong, kan cheerleader sama gymnastic nggak jauh beda," jelasnya.

"Sama-sama lompat dan jungkir balik, ya?" Mereka berdua sama-sama tertawa. Melihat wajah Arin begitu bahagia membuat Tasya ikut senang. Ini pertamakalinya ia melihat Arin tersenyum kembali.

"Gue seneng lo masuk sekolah lagi," ucap Tasya.

"Gue juga seneng bisa balik sekolah, tapi gue harus siap-siap sama tugas bertumpuk," keluh Arin mengingat ia telah seminggu tidak sekolah.

"Kalo ada PR matematika dasar, tanya aja. Gue pasti bantu," Tasya menawarkan.

Lalu dari kejauhan, seseorang memanggil Tasya, "Tasya, sini!"

Tasya memberi isyarat oke pada temannya, lalu kembali menatap Arin, "Gue, ke lapangan, ya. Ketua cheers manggil, nih."

"Oke," jawab Arin.

Karena tas yang Arin bawa agak berat, ia pun pergi ke lokernya untuk menaruh sebagian buku paketnya. Saat ia membuka lokernya, secarik kertas jatuh dari lokernya. Arin mengambil kertas itu dan membacanya.

______________________________________

Welcome back to school Arina! Hope you're having fun today :)

-secret admirer-
______________________________________

Arin melirik ke kanan, ke kiri, mungkin penulis ini ada di sekitarnya. Namun yang terlihat hanya senior-senior dan guru yang berlalu-lalang di koridor sekolah.

Lalu dari belakang, tiba-tiba seseorang menyapa Arin, "Hai, Arina Ella!" Dengan segera Arin menyelipkan kertas itu pada tumpukan buku dalam lokernya.

Arin berbalik dan ada Dika di situ, "Hai Andika Fernando!" Arin memasang wajah kebingungan, apa Dika yang mengirim suratnya?

"Kamu apa kabar? Are you already okay?"

"A little bit better than before," jawab Arin sambil tersenyum.

"Syukurlah."

"Dik, lo bisa bantu gue nggak ngerjain tugas-tugas gue yang ketinggalan selama seminggu? tanya Arin karena Dika lah orang yang bisa membantunya. Tidak mungkin ia meminta bantuan pada Rizky ataupun Tasya karena berbeda jurusan.

"Boleh, gue bakal bantu lo," kemudian Dika memasang senyum miringnya, "asal dapet makan gratis." Dika kini terkekeh.

"Ya, ya, ya," Arin memutar bola matanya.

"Enaknya kapan, nih?"

"Nanti malam, di rumah gue? Nanti malam Bibi di rumah bakal masak enak soalnya," usul Arin.

"Umm," Dika terdiam. Lagi-lagi ia enggan untuk ke rumah Arin. "Apa nggak di kelas aja, atau perpustakaan gitu?" usul Dika.

Arin mengernyitkan dahinya. "Kenapa, sih dengan rumah gue? Emang ada hantunya?" tanya Arin penasaran, karena ini kedua kalinya Arin memaksa Dika untuk main ke rumahnya namun Dika menolaknya.

"Nggak, Rin. Sejujurnya gue belum terbiasa."

Arin bingung, "Terbiasa sama apa?"

"Gue belum terbiasa menganggap lo sebagai teman saat kita berdua."

Deg! Itulah yang Arin rasakan. Perasaan bersalah pada Dika kembali muncul. Tentu saja akan sulit bagi Dika menganggapnya hanya sebagai teman, sedangkan Dika masih sayang dengan Arin. Dika masih tidak ingin menganggap Arin sebagai mantan.

Jika dipikir-pikir, posisi Arin dengan Dika sama. Bedanya, Arin merasakan posisi seperti itu saat ia bersama dengan Rizky. Belakangan ini Arin masih sulit mengontrol perasaannya saat berada di dekat Rizky. Sulit juga baginya menganggap Rizky hanya sebagai sahabat.

Lalu pikiran Arin kembali pada Dika. Ia pun kembali membujuk Dika, "Tenang aja, pasti Ayah gue sudah pulang malam ini. Jadi nanti kita nggak akan berdua banget, kok, di rumah."

"Ya sudah," jawab Dika mau tidak mau, "di rumah lo saja."

"Dika," ucap Arin dengan ragu, namun ia melanjutkan, "gue harus gimana biar lo terbiasa kembali seperti dulu berteman?"

Dika terdiam. Tak lama ia menjawab. "Nggak ada yang perlu lo lakuin, Rin," ucap Dika, "mungkin gue yang harus move on."

Bel sekolah berbunyi menghentikan ketegangan Arin dan Dika. Mereka pun berdua masuk ke kelas.

🎹

Ternyata sekolah tidak seburuk apa yang ia pikirkan. Banyak teman-temannya dan juga guru di sekolah yang men-suport Arin untuk menghadapi keadaannya sekarang. Ia pun sekarang mulai belajar untuk mengikhlaskan apa yang terjadi.

Tentang tugas, ternyata tugas tidak sebanyak yang ia bayangkan, namun tetap saja beberapa tugas sangat sulit. Ia tetap akan meminta bantuan Dika.

Saat jam menunjukkan pukul tiga sore, Pak Pram belum juga datang menjemputnya. Ia pun memutuskan menunggu di hall basket sekolah.

Dari tempat duduk penonton, Arin melihat Dika yang sedang berlatih untuk lomba basket antar SMA. Oh, jadi ini alasan kenapa Dika tadi nggak ikut pelajaran terakhir, ujar Arin dalam hati menyimpulkan.

Dari pinggir lapangan, Arin juga melihat sekumpulan cheerleader yang sedang beristirahat. Mata Arin kini langsung mencari wajah Tasya. Terlihat Tasya yang sedang duduk memperhatikan Dika dengan serius. Arin menarik bibirnya hingga membentuk senyum.

Benar dugaannya bahwa Tasya tertarik dengan Dika lebih dari seorang teman. Arin berjalan perlahan-perlahan mendekati Tasya.

"DORR!" teriak Arin mengejutkan Tasya yang sedang melamun.

Tasya menoleh dan berkata, "Arin! Lo bikin gue jantungan aja!"

"Hehe, maaf," Arin menyengir lalu duduk di bangku samping Tasya. "Lo melamun apaan, sih?" tanya Arin pura-pura tidak tahu.

"Nggak ngelamun, kok," Tasya berbohong.

"Merhatiin siapa, sih? Dika yaaaa?" ledek Arin sambil menyenggol bahu Tasya.

"Apaan sih, Rin. Tiba-tiba bahas Dika," Tasya mengerucutkan bibirnya.

Suara pluit coach berbunyi dan Dika berlari kecil ke arah Arin dan Tasya. "Kalian ngomongin gue, ya?" tanya Dika sambil terengah-engah. Pipi putih Tasya langsung memerah.

"Geer," tukas Tasya yang berusaha menunjukkan wajah yang biasa saja.

"Kok gue denger ada yang nyebut nama gue?" tanya Dika lagi.

"Kita cuma..." Tasya kehabisan kata-kata.

"Kita lagi bahas tugas-tugas gue, dan gue bilang lo bakal bantuin gue," jawab Arin yang membantu Tasya dalam situasi groginya ini.

Tasya bernapas lega. Warna merah bagai tomat pada pipi Tasya pun menghilang sedikit.

"Oh," jawab Dika singkat, lalu meneguk air dari botol minumnya.

"Lo dateng jam berapa nanti?" tanya Arin.

"Jam lima, soalnya latihan hari ini nggak terlalu berat. Kita kerjain tugas geografi, sama ekonomi, kan?" tanya Dika memastikan.

"Ya," jawab Arin. Lalu Dika pun kembali ke lapangan saat pluit coach berbunyi.

Saat Dika pergi, Tasya memelototi Arin. "Lo tuh ya, nyebelin banget, deh!"

"Lha? Kenapa?" Arin menjawab sambil tersenyum pura-pura tak berdosa.

Tasya hanya diam, tidak mau mengakui perasaannya.

"Hayoo, kenapa?" Arin meledek Tasya lagi.

"Udah, ah!" Tasya mulai jengkel.

"Ya sudah kalo nggak mau ngasih tau. Tapi kalo mau cerita, I'm ready for listen, you know," jelas Arin sambil merangkul Tasya. Pipi Tasya kembali memerah karena ia takut Arin mengetahui perasaannya pada Dika.

🎹

Jam lima lebih, Dika membunyikan bel rumah Arin.

"Hei! Yuk, masuk," ajak Arin. Saat tiba di ruang tengah, "Kita belajar di sini, ya. Gue ke kamar dulu mau ambil laptop."

"Oke," jawab Dika lalu duduk di sofa ruang tengah.

Setelah Arin mengambil laptopnya, Arin pun memulai sore produktifnya dengan Dika. Di mulai dari tugas geografi, lalu di lanjut ekonomi. Karena Dika sudah mengerjakan tugas-tugas ini sejak minggu kemarin, ia hanya membimbing Arin cara mengerjakannya.

Tak lama, datang Bagas yang baru saja pulang dari kantor pelabuhan. Dari pintu, Bagas melihat anaknya sedang belajar bersama di ruang tengah. Bagas melihat seorang laki-laki yang menemani Arin belajar. Ia kira laki-laki itu adalah Rizky, karena sudah biasa Rizky berada di sini, namun ternyata bukan. "Kamu Dika, ya?" tanya Bagas.

"Iya, Om," jawab Dika. Dengan segera ia bangkit dari sofa dan bersalaman dengan ayah Arin. Lalu disusul Arin yang bersalaman dengan ayahnya.

"Kamu masuk sekolah, kan tadi pagi?" Bagas adalah pengusaha yang super sibuk, maka wajar saja bila ia tidak menyadari saat Arin berangkat sekolah tadi pagi.

"Masuk, kok. Ini lagi ngerjain tugas yang tadi dikasih guru."

"Akhirnya kamu sekolah kembali," Bagas tersenyum sambil mengelus-eluskan puncak kepala Arin. "Ayah ke kamar dulu, ya, nanti kita makan bareng."

"Oke," jawab Arin

Saat tugas geografi dan ekonomi selesai, tercium aroma makanan yang sudah dihidangkan oleh bibi. Arin pun mengajak Dika untuk makan bersama dengannya dan juga ayahnya. Terlihat ikan gurame dengan saus asam manis di atas meja makan.

Arin mengambilkan nasi untuk ayahnya, lalu saat ingin mengambilkan untuk Dika, Dika menahan tangan Arin, "Gue ambil sendiri aja."

Arin mengangguk dan memberikan sendok nasi pada Dika.

Meja makan terasa sunyi, hanya terdengar suara sendok yang bersentuhan dengan piring.

"Arin," panggil Bagas yang memecah kesunyian, "kamu udah siap minggu depan?"

Arin mengernyitkan dahi. "Hah? Siap buat apa, Yah?"

"Sudah siap lomba piano minggu depan?"

Yang tadinya Arin ingin mengangkat sendok kini menjadi terhenti, Oh no! Ayah kan belum tahu kalo kemarin aku mengundurkan diri, batin Arin dengan panik.

"Arin?" tanya ayahnya kembali. Dika menyenggol Arin yang sedang melamun.

Pikiran Arin pecah saat Dika menyenggolnya. "Ayah," Arin terdiam sejenak, "sebenarnya.. Arin.." Arin menggigit bibir bawahnya. "Arin udah ngundurin diri."

"APAA?!" ayah menaruh garpu dan sendok dengan keras di atas piringnya.

Oh, my! Ayah marah, aduuuuh, batin Arin ketakutan.

🎹 🎹 🎹

I know akhir bab ini greget, maafin Author. Langsung aja yuk baca chapter selanjutnya ((:

Thank you buat kalian readers aktif, thank you  juga  v o t e  nya!

Luff ya ma loves, Shabrina Huzna

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

30.7K 2K 9
Ini cerita tentang Astran, yang memiliki masa lalu gelap yang mendorongnya menjauh dari orang-orang, dan Aurel, yang hampir seumur hidupnya menjalani...
3.5M 312K 43
Ini tentang Deana Nismara Kencana dan dunianya yang berubah 180° semenjak ia bertemu dengan laki-laki yang bernama Caesar Iseabail Silaen. Saya bingu...
4.7M 344K 28
Apa jadinya jika kamu batal menikah? Undangan sudah disebar dan segala persiapan sudah matang. Tinggal menunggu hari saja, tapi mempelai prianya mala...
178K 7.3K 39
Mencintai teman masa kecil... itu hal yang biasa bukan? tapi tidak menurut Livia. Mencintai seseorang merupakan sesuatu yang hampir tak mungkin. dia...